Pesantren Sukorejo dihuni santri dari berbagai daerah
Pesantren Sukorejo merupakan nama singkat dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’yah Sukorejo Situbondo Jawa Timur. Pesantren ini memiliki belasan ribu santri dari daerah yang berbeda. Tentu, satri yang berasal dari daerah yang berbeda, suku dan budayanya juga berbeda. Ada yang dari daerah Lombok, Aceh, Bali, Sulawesi, Sumatera, Madura, Banten, Kalimantan, dan Jawa tentunya.
Festival takbir salah satu program kigiatan Pesantren
Pesantren Sukorejo memiliki program kegiatan yang beranekaragam, salah satunya adalah festival takbiran. Festival ini diikuti oleh santri yang berasal dari berbagai daerah, dengan melalui organisasinya masing-masing. Organisai tersebut bernama IKSASS (Ikatan Santri Salafiyah Syafi’iyah). Jadi, dari sekian santri yang berasal dari daerah tersebut memiliki organisasi. Santri yang dari Bali memiliki organisasi yang bernama IKSASS Bali. Santri yang dari Kalimantan memiliki organisasi yang bernama IKSASS Kalimantan. Begitu juga yang lainnya.
Festival Takbiran ini diselenggarakan tiga hari menjelang hari H Idul Adha.
Pesantren Sukorejo melestarikan budaya daerah
Melalui Festival Takbiran, Pesantren Sukorejo ingin melestarikan budaya yang ada di Negara ini. Oleh sebab itu, santri yang mengikuti Festival tersebut harus menampilkan budaya yang berada di daerahnya masing-masing. Santri yang dari Lombok, menampilkan budaya Lombok. Santri yang dari Madura, menampilkan budaya Madura. Santri yang dari Bali, menampilkan budaya Bali. Santri yang dari Sunda, menampilkan budaya sunda. Santri yang dari Kalimantan, menampilkan budaya Kalimantan.
Suku Madura menampilkan budaya Dayak
Dari sekian santri yang berasal dari berbagai daerah, ada sekolompk santri yang sukunya tidak selaras dengan daerahnya, tentu budayanya juga tidak sewujud dengan sukunya. Sekolompok santri ini adalah santri yang bersuku Madura yang berdomisili di daerah Kalimantan. Jadi, meskipun mereka bersuku Madura, mereka mengikuti Festival Takbiran dengan menampilkan budaya yang dimiliki suku Dayak.
Sehingga, penampilan tersebut bisa dikatakan suku Dayak melantunkan takbir di Pesantren Sukorejo.
Antara suku Madura dan suku Dayak di daerah Kalimantan
Beberapa tahun yang lalu, suku Madura dan suku Dayak mengalami konflik yang mengakibatkan pertumpahan darah. Kedua suku ini cukup lama saling memendam amarah. Konflik yang isunya dilatarbelakangi oleh etnis, ternyata itu hanya isu. Sebenarnya konflik itu dikompori oleh politik militier yang disulut dari Jakarta.
Yang lalu biarkan berlalu
“Suku Madura menampilkan budaya Dayak”. Ungkapan ini agak ganjal dalam logika terutama dalam hati. Karena, kok bisa orang menampilkan sesuatu yang dimiliki oleh musuhnya. Anggaplah suku Dayak musuh bagi suku Madura jika mengingat masa lalu kelam itu.
Memang, bagi orang yang memiliki logika yang kurang normal dan memiliki hati yang gelap, akan merasakan seperti itu. Tapi bagi orang yang memiliki logika sehat dan berhati cerah, tidak akan berpandangan seperti itu, justeru dia akan merasa bangga seraya mengatakan “wowww, sungguh super sekali”. Kenapa bisa demikian? Karena tindakan yang dilakukan oleh santri tersebut menunjukkan toleransi dan demokrasi yang sejati. Tentang apa yang terjadi di masa lalu, biarkanlah berlalu, kita harus menyosngsong masa depan dengan menghilangkan rasa dedam dan menjujung tinggi toleransi dan demokrasi.
Author: Al Muhammad, Kubu Raya Kalimantan Barat
Berikut foto-foto santri Kalimantan ketika menampilkan budaya Dayak di Festival Takbiran Pesantren Sukorejo