Setelah Perang Badar usai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar korban tewas dikumpulkan, yang Muslim dengan sesama Muslim dan yang kafir dengan sesama kafir. Pada saat itulah tiba-tiba laskar Islam menemukan satu keanehan. Seorang korban tewas dari pihak Islam bernama Handhalah radhiyallahu anhuwa ardhahu didapatkan sekujur tubuhnya basah kuyup. Ini sangat aneh di tempat gersang seperti kampung Badar yang terletak di tengah hamparan sahara yang nyaris tak bertepi itu. Atau taruhlah ada cukup banyak air di tempat itu, tapi kapan mandinya? Atau, kalau dimandikan orang, siapa yang memandikan dan kapan? Ini tanda tanya besar yang menggelitik mereka untuk mengorek jawabannya. Ketika temuan aneh ini mereka sampaikan kepada Rasulullah, beliau hanya berkomentar singkat:
ﺇﻧﻪ ﻏﺴﻴﻞ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ
“Dia dimandikan oleh para malaikat,” ujar beliau.
Dimandikan oleh malaikat? Kenapa? Kenapa hanya Handhalah yang dimandikan oleh malaikat? Ya, ternyata komentar singkat Rasulullah tidak menjawab tuntas pertanyaan, malah memunculkan sederet pertanyaan lain yang justru membuat mereka semakin penasaran saja.
Sekembali mereka dari Badar mereka langsung menemui istri Handhalah, pertama, untuk menyampaikan berita tentang ‘syahadah’ (status syahid) yang telah disandang dengan bangga oleh suaminya dan sekaligus melayat dan menasihati keluarganya agar bersabar atas musibah ini. Kedua, untuk mencari tahu korelasi logis antara basahnya tubuh Handhalah dan komentar singkat Rasulullah tadi, apa pasal sebenarnya. Di sinilah istri Handhalah lantas menuturkan bahwa dia dan suaminya adalah pengantin baru yang sedang bermandikan manisnya bulan madu. Malam itu pasangan baru ini sedang berasyik-masyuk di atas ranjang ketika tiba-tiba ‘munadi Rasulillah’ (orang yang bertugas keluar-masuk kampung untuk menyampaikan perintah Rasul) mengumumkan himbauan Rasulullah agar kaum Muslim keluar ke Badar untuk meladeni genderang perang yang ditabuh oleh kaum musyrikin Quraisy dari Makkah. Begitu mendengar seruan perang itu kontan saja Handhalah berkomentar: “Ini penawaran sorga dari Allah. Masa mau ditukar dengan kenikmatan sesaat ini?” ujarnya sambil minta izin pada istrinya untuk mengakhiri pergumulan itu. Tanpa berpikir panjang lagi, bahkan tanpa sempat mandi besar, dia pun berangkat ke medan tempur, sementara hatinya tak henti-hentiya mengucap: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu!”
Subhanallah, itulah dahsyatnya iman. Iman yang lahir dari cinta yang teramat tulus kepada Allah dan Rasul-Nya.
Oleh: KH. Zainul Mun’in Husni