Sudah menjadi tradisi dalam mayoritas masyarakat Islam Indonesia ketika mendapatkan sebuah nikmat, mengadakan acara tasyakuran dan selametan. Orang yang akan berangkat haji, melakukan acara selametan haji. Orang yang hamil, mengadakan acara selamatan kehamilan. Ada juga acara selamatan Aqiqoh bagi anak yang baru lahir. Selain itu masih banyak acara-acara selametan yang lain.
Tidak hanya selametan yang menjadi tradisi mayoritas masyarakat Islam Indonesia, tasyakuran juga menjadi acara rutin ketika misalnya telah memperoleh sebuah hajat ataupun kegembiraan. Tasyakuran misalnya dilakukan karena telah lulus ujian, baru selesai membangun rumah, membali mobil baru dan sebagainya.
Pada malam tasyakuran Ma`had Aly dan Program Kader Ulama yang diselenggarakan pada malam minggu 9 Nopember 2013, Kiai Afifuddin Muhajir, Guru Besar Ma`had Aly Sukorejo Situbondo sekaligus menjabat sebagai Katib Syuriah PBNU menjelaskan makna tasyakuran dan selametan. Menurut beliau dinamakan selamatan karena penyelenggara selamatan ingin mendapatkan keselamatan dan dinamakan tasyakuran karena ada nikmat yang diperoleh. Karena ada nikmat maka diadakanlah acara tasyakuran.
Penulis setuju sekali dengan pernyataan Kiai Afifuddin, karena apa yang disampaikannya sesuai dengan realita yang terjadi dimasyarakat. Orang yang malakukan selamatan haji misalnya, tentunya bertujuan agar perjalanan hajinya bisa selamat sampai tujuan dan kembali ke tanah air dalam keadaan selamat pula. Para Mahasiswa yang telah lulus dan wisuda sering kali mengadakan acara tasyakuran wisuda, tentunya hal itu dilatarbelakangi adanya nikmat yang diberikan oleh Allah SWT berupa kelulusan.
Kesimpulan sementara penulis adalah kata kunci tasyakuran adalah nikmat dan kata kunci dari selamatan adalah selamat.
Ahmad Muzakki, Bondowoso, Jawa Timur