Ayat tentang Shalat dan Pengaruh Kesalehan

0
1159

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ [العنكبوت/45]

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Ya Allah, firman-Mu ini membuatku selalu merasa shalatku tidak membuahkan hasil apa-apa. Memang, aku rajin menunaikannya, namun aku tidak merasakan apa-apa dari shalatku. Aku yang berbuat dosa, tetap saja melanjutkannya. Sebelum shalat dan setelah shalat, masih saja aku mencipta dosa-dosa.

Aku yang suka menggunjing orang

Aku yang suka menghina orang

Aku yang suka membenci orang

Aku yang suka mencuri hak orang

Aku yang suka iri pada orang

Aku yang suka menyakiti orang

Aku yang suka membohongi orang

Aku yang suka menghkianati

Aku yang suka menipu

Aku yang suka marah-marah

Aku yang bejat

Aku yang jahat

Aku yang onar

Aku yang pendusta

Aku yang matre

Semua itu tetap saja aku lakukan, meski shalat tetap kulaksanakan. Shalatku tak membuatku tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Shalatku hanya terbatas pada gerak-gerik dan komat-kamit belaka. Sementara hasil dari shalatku sama sekali kosong.

Ya Allah, aku rajin shalat, tapi juga rutin menunaikan maksiat.

Kadang, aku berpikir tak percaya pada firman-Mu itu. Karena aku menganggap seharusnya shalatku itu membuat aku lebih baik, sebagaimana pernyataan dalam firman-Mu. Apalagi, ketika aku menyaksikan orang-orang. Mereka rajin shalat, tapi kelakuannya kok masih saja bejat.

Ya Allah, shalat yang bagaimana yang dapat merubah kelakuanku? Adakah cara yang salah dalam shalatku? Atau niatku yang salah?

Mungkin ya, cara dan niatku yang salah; selama ini aku shalat hanya sekedar menunaikan kewajiban, bahkan karena tuntutan atau mengharapkan pujian.

Memang, ya. Aku shalat karena semata kewajiban. Karena aku sekedar melaksanakannya tanpa ada perasaan khusyuk yang menyatu dengan-Mu. Ketika aku shalat, aku masih memanjakan pikiran dan hati sibuk pada yang lain, tidak berusaha menghadirkan hati di keharibaan-Mu.

Memang, ya. Aku shalat karena tuntutan. Karena ketika aku shalat karena aku merasa tidak enak pada orang-orang sekitar. Aku tak mau jadi pembicaraan orang karena hanya tidak melakukan shalat. Shalatku karena tertuntut oleh keadaan.

Memang, ya. Aku shalat karena mengharap pujian. Itu aku rasakan ketika aku shalat lalu ada orang yang tahu dan memuji keistiqamahan shalatku, aku senang sekali. Bahkan aku sampai memamerkan shalatku pada orang-orang, demi mendapatkan pujian.

Memang, ya. Aku shalat dengan niat yang salah. Aku shalat karena ingin menutupi kebejatan atau kejahatanku, agar aku tetap dianggap baik oleh orang-orang.

Ya Allah, aku ingin seperti hamba-hamba-Mu yang melaksanakan shalat sama sekali tidak karena mengharapkan apa-apa dari shalat yang dilaksanakannya. Mereka melaksanakan shalat semata-mata karena menghambakan diri pada-Mu. Mereka tidak memandang apa-apa, bahkan surga yang dijadikan jaminan bagi hamba yang ahli ibadah, bagi mereka tidak ada apa-apanya.

Ya Allah, aku sungguh ingin seperti mereka yang benar-benar menyadari keberadaan dirinya di dunia ini. Mereka hanya merasa bahwa dirinya tidak pantas mengharapkan apa-apa kepada-Mu dari ibadahnya yang mereka laksanakan. Mereka merasa tidak pantas jika mengharapkan imbalan dari-Mu hanya karena melaksanakan ibadah. Semaksimal apapun ibadah yang dilaksanakannya, tetap merasa tidak bisa dibandingkan dengan nikmat-Mu. Mereka beribadah tidak lain hanya sebagai wujud penghambaan kepada Allah. Jika dia berharap dari ibadahnya, mungkin dia hanya berharap rido Allah, tidak lebih dan tidak lain dari itu.

Ya Allah, ajari aku bagaimana beribadah seperti mereka, agar aku shalat tidak karena hanya kewajiban, tidak karena ada tuntutan, tidak karena hanya berharap pujian, apalagi hanya untuk menutupi kebejatan. Sehingga, aku pun bisa menjadi seperti hamba-hamba-Mu yang shalatnya menjadikan mereka saleh.

Author: Muhammad Taufiq Maualana, Kubu Raya, Kalimantan Barat

Tinggalkan Balasan