Menteri Agama Suryadharma Ali menyesalkan dengan praktik Komunitas Sedekah Harian atas titipan doa yang dikenakan tarif Rp 102.014. Menurutnya, praktik tersebut merupakan pembusukan agama Islam.
“Saya enggak tahu apa ini pembusukan Islam atau bisa pembusukan terhadap ulama. Ini harus diteliti apa ini pelanggaran hukum atau etika kita harus lihat latar belakangnya,” ujar Suryadharma usai mengikuti pengajian di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (4/1).
Suryadharma menambahkan para ulama atau kiai yang dekat dengan Allah saja tidak pernah menjanjikan doa akan terkabul.
“Mereka selalu menjawab Insya Allah,” katanya.
Suryadharma pun heran dengan adanya praktik titip doa berbayar. Padahal, di kota besar atau di pedesaan, ulama dan kiai tidak pernah ditemukan yang meminta bayaran.
“Ya kalau mau berdoa ya harus ikhlas,” ujar pria yang jabat Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan itu.
Mesti demikian, dirinya merasa tidak perlu melakukan pemanggilan terkait masalah titip doa berbayar.
“Tidak perlu pemanggilan. Saya imbau masyarakat lebih hati-hati dengan hal semacam ini,” lanjutnya.
Seperti diberitakan, setelah menuai sorotan, Komunitas Sedekah Harian langsung menghentikan program yang seharusnya berjalan dari tanggal 31 Desember-7 Januari 2014 tersebut. Mereka juga mengklarifikasi bila uang sejumlah Rp 102.014, menjadi sedekah dan akan disumbangkan pada yang berhak, bukan untuk Ahmad Ghazali.
“Jadi semua donasi pada #TitipDoaBaitullah yang masuk seluruhnya untuk program Kemanusiaan Sedekah Harian. Kami juga memutuskan untuk menghentikan program tersebut agar tidak menimbulkan kontroversi lebih lanjut,” ujar Abdul Aziz, Presiden Komunitas Sedekah Harian dalam keterangan pers, Kamis (2/1).
Abdul mengakui poster yang disebarkan lewat sosial media itu menuai kontroversi. Mereka juga meminta maaf telah menimbulkan polemik soal tata cara beribadah. (sumber)