Berbagi adalah Amal yang Paling Utama

0
390
Fakta: Umat Islam Lebih Senang Umrah Dibandingkan Sedekah!
Fakta: Umat Islam Lebih Senang Umrah Dibandingkan Sedekah!

Siapa yang tidak ingin bahagia? Semua orang mencari kebahagian, meskipun tidak semua orang mendapatkannya. Maka, diantara cara yang paling efektif untuk membangun soliditas dan solidaritas sosial serta keutuhan suatu bangsa, adalah adanya kemauan dari setiap individu untuk berbagi kebahagiaan atau paling tidak setiap orang bisa bahagia melihat orang lain berbahagia. Membahagiakan orang lain juga termasuk salah satu jalan utama menuju kedekatan seseorang dengan Allah SWT. Hidup ini berputar dan akan terus berputar seperti roda. Dari bawah naik keatas atau dari atas turun kebawah atau kesamping, merupakan sesuatu yang biasa dalam kehidupan.

Realitas tersebut tidak boleh kita lupakan, bahkan perlu dijadikan pedoman agar kita tidak berputus asa ketika berada dibawah dan tidak lupa diri disaat berada diatas. Yang di atas dan dibawah sama–sama manusia, makhluk ciptaan Allah yang sedang mendapatkan amanah untuk menempati perannya masing–masing. Bagaikan suatu bangunan yang saling membutuhkan dan saling menguatkan. Jika ada salah satu yang lupa kemudian meninggalkan perannya, maka akan terjadi malapetaka. Yang di atas membutuhkan yang dibawah sebagai penyangganya dan yang dibawah butuh pengayoman dari yang diatas. Mereka yang sombong dan angkuh atas posisinya yang sedang diatas, sebetulnya termasuk orang yang lupa dan perlu diingatkan sebelum penyangganya meninggalkan mereka.

Suatu ketika ada seorang laki–laki yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ”siapakah yang paling dicintai Allah? Amal apa yang paling dicintai oleh Allah?”, maka beliau  bersabda, ”manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah membahagiakan orang lain!. Kemudian ada yang bertanya, ”bagaimana caranya, wahai Rasulullah?“. Beliau menjawab,” kamu ikut “ngudari“ kesusahannya atau membayarkan hutangnya atau menyelamatkannya dari kelaparan. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku muslim dalam rangka memenuhi hajatnya lebih aku cintai daripada beriktikaf dalam masjid selama satu bulan. Barangsiapa menahan amarahnya, maka Allah akan menutupi aibnya dan barang siapa yang menahan emosinya (yang seandainya mau, dia bisa meluapkannya), maka Allah akan memenuhi hatinya dengan kebahagiaan kelak di hari kiamat. Dan barang siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk memenuhi hajatnya sehingga terpenuhi, maka Allah akan mengokohkan kakinya disaat kaki orang lain  tergelincir kelak“. HR. Thabrani.

Berangkat dari sabda Pemimpin kita tersebut, sebenarnya  banyak cara untuk  membahagiakan orang lain, diantaranya:

  1. Bagi yang sedang berbahagia, jangan menjauhi mereka yang sedang di kepung kesedihan. Jadikan kebahagiaan tersebut ikut dirasakan oleh orang lain yang terdekat atau yang memerlukannya dengan cara peduli dan membantu mereka yang sedang bersedih untuk keluar dari kesedihannya.
  2.  Bagi yang mendapatkan amanah harta yang cukup, jangan sampai diperbudak harta, jauhi menumpuk–numpuk harta yang tiada henti, bantulah mereka yang sedang dililit hutang, bayarkan hutangnya. Alangkah senangnya orang yang bisa keluar dari beban hutang. Balasan Allah pasti melebihi kebaikanmu.
  3. Kelaparan merupakan persoalan klasik yang tidak pernah tuntas diselesaikan, ditengah–tengah maraknya bisnis kuliner yang serba wah, hadirnya mall dan super market yang megah–megah, ternyata masih banyak saudara kita yang kelaparan. Maka hanya ada satu kata, selamatkan mereka!!!.
  4. Jika ada orang lain yang membutuhkan jasa kita untuk memenuhi hajatnya, sambutlah dengan hati  berbunga – bunga, karena itu panggilan surga untuk anda.
  5. Jika belum bisa melakukan semua itu, minimal menampilkan sikap yang bisa membahagiakan orang lain. Ingat sabda panutan kita, ”Janganlah kamu menyepelekan suatu kebaikan, meskipun sekedar dengan menampilkan wajah berseri–seri disaat bertemu saudaramu“ HR. Muslim, Baihaqi dan Ibnu Hibban

Oleh: Muzammil, Yogyakarta

Tinggalkan Balasan