Di tengah perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Pemanfaatan internet sebagai media dakwah mutlak dilakukan, sehingga penyebaran dakwah bisa menjangkau wilayah-wilayah yang sebelumnya tak terjangkau oleh media dakwah konvensional.
Semua orang dari berbagai etnis dan berbagai agama dapat mengaksesnya dengan mudah. Tidak hanya pasif, pengguna internet bisa proaktif untuk menentang, menyetujui atau berdiskusi tentang sebuah pemikiran keagamaan. Selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga menyediakan informasi dan data yang kesemuanya memudahkan umat untuk berkarya (Aziz, 2004: 421).
Seperti diketahui, internet merupakan medium komunikasi yang lengkap (tekstual, audio, video, dan grafis). Internet juga bersifat interaktif dan informasi dapat diabadikan (disimpan) (Qomariyah, 2007: 17).
Sebagai media yang menggunakan teks, tentunya dari teknis penulisan tidak bisa meninggalkan pedoman jurnalistik. Selain itu, kecenderungan pembaca media online atau daring adalah hanya dengan membaca judul. Maka judul artikel atau berita juga sebaiknya harus eye catching, supaya menarik pembaca untuk melanjutkan membaca artikel ataupun berita hingga habis. Disamping judul yang menarik, hal yang diperhatikan adalah menggunakan label yang sering dicari dan mudah ditemukan pada search engine.
Sebagai media yang memuat audio dan video, jangan sampai hal tersebut menjadi kelemahan. Karena seringkali jika audio atau video kapasitasnya besar membuat blog atau website dakwah menjadi lemot.
Hal terakhir yang berkaitan dengan dakwah di dunia cyber dan tentunya sangat mendasar adalah grafis. Grafis yang sederhana dan tidak meninggalkan khas dari nilai-nilai website yang diusung tentu saja akan menarik pengunjung web.
Di samping beberapa hal yang sudah disebutkan diatas. Strategi lain adalah memperhatikan pemilihan isi atau konten web. Karena pengguna internet adalah heterogen, sebisa mungkin kontennya juga menyeluruh namun tidak meninggalkan tujuan pembuatan dari web dakwah itu sendiri. Misalnya tidak hanya berisi berita dan opini namun bisa juga diberi rubrik yang santai misalnya: sastra, resensi, rubrik untuk keluarga, perempuan, remaja, anak-anak dan sebagainya. Kemudian untuk isi tulisan juga sebaiknya mencerdaskan, tidak provokatif dan radikal seperti beberapa web dakwah yang sudah lebih dulu ada.
Oleh : Farida Rachmawati