Ketika kejelekan menyebar di tengah-tengah masyarakat
Sebagaimana dijelaskan di atas, orang yang melakukan kejelekan dan semakin jelek, bisa dimungkinkan karena dia sudah merasa sangat hina karena omongan yang menyebar di masyarakat, sehingga merasa dirinya sudah tidak memiliki kesempatan untuk menjadi baik.
Ketika keadaan masyarakat di daerah yang ditempati kondisinya telah mengutuk kita, solusinya harus hijrah ke daerah lain yang tidak mengenal diri kita. Ketika kita berada di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal kita dan tidak mengetahui masa kelam kita, kita akan mudah memperbaik diri kita.
Mungkin salah satu hikmah hijrahnya Nabi adalah demikian. Ketika daerah yang kita huni tidak memungkinkan bagi kita untuk melakukan apa yang kita rencanakan, maka cara untuk melakukan kebaikan itu harus dilanjutkan di daerah lain.
Merahasiakan kejelekan dalam pertemanan
Dalam kehidupan berteman, pasti di dalamnya ada banyak macam karakter teman. Salah satunya yang menjadi biang perpecahan pertemanan adalah teman yang berkarakter “mulut panjang”. Teman yang berkarakter seperti ini hobinya membeberkan kejelekan temannya. Ke barat, ke timur, mungkin kalau bisa terbang ke atas lagi, kerjaannya hanya menyampaikan atau menceritakan kejelekan temannya.
Hubungan pertemanan biasanya menjadi bubar karena kejelekan dari salah satunya menyebar diantara mereka. Yang pasti sebab kejelekan ini menyebar karena temannya yang tidak merahasiakannya. Mungkin teman yang menyebarkannya –bisa saja- karena memiliki tujuan tertentu.
Seharusnya, ketika ada kejelekan atau kesalahan yang dilakukan oleh salah satu temannya dirahasiakan. Selain agar hubungan pertemanannya tidak bubar, demi juga agar temannya yang melakukan kesalahan atau kejelekan gampang memperbaikinya ketika dia sadar dan ingin bertaubat.
Salah satu prinsip pertemanan adalah menjaga dan saling menasihati satu sama lain. Jadi, ketika temannya ada yang melakukan kesalahan atau kejelekan bukan malah dibicarakan dan dibeberkan kepada yang lain, melainkan harus dinasihati dan diperbaiki bersama-sama.
Merahasiakan kejelekan dalam cinta
Dalam ketentuan fiqh, ketika membicarakan tentang calon pasangan halal atau pra akad khitbah, diupayakan melakukan klarifikasi tentang calon yang akan dikhitbah. Ketentuan fiqh ini sepertinya akan menjadi sesuatu yang ditakuti oleh seseorang yang memiliki masa lalu yang kelam, di saat mana dia memiliki banyak kejelekan yang mungkin menjadi faktor dia tidak diterima dalam proses klarifikasi menuju majlis akad.
Tidak jarang cinta seseorang menjadi kandas karena kejelekan yang dia lakukan, baik di masa lalunya atau yang sedang terjadi. Dia gagal meraih cintanya ketika dia diklarisifikasi oleh pihak calonnya atau ada orang lain yang menyampaikannya. Kesalahan atau kejelekan bisa saja menjadi senjata penghancur bagi orang yang tidak suka atau bagi dia yang juga memiliki keinginan untuk memiliki seseorang yang akan dikhitbah oleh orang lain.
Sering kali terjadi, ada orang yang tidak suka dengan hubungan dua anak manusia, dia melakukan upaya bagaimana hubungan mereka putus. Salah satu upaya yang rawan dilakukan adalah mencari kejelekan orang yang tidak disukainya, kemudian diadukan pada pasangan orang tersebut. Apalagi orang yang juga ingin mencintainya (bersaing), jika dia berambisi, dia pasti melakukan upaya tersebut.
Tentang kejelekan atau kesalahan dalam cinta, sebenarnya tidak menjadi faktor untuk menggagalkan niat baik seseorang dalam meraih cintanya. Sebagaimana kasus yang terjadi masa Khalifah Umar. Kasus tersebut memberi pesan pada kita, jika ada orang yang memiliki masa lalu yang kelam dan dia berusaha memperbaikinya dengan cara berniat baik melakukan akad nikah, harus kita menutupi atau merahasiakannya.
Kesalahan atau kejelekan yang harus diceritakan kepada salah satu pihak calon adalah niat jelek yang akan dilakukan pada pihak calon tersebut. Semisal ingin mendapatkan hartanya, ingin mendapatkan kedudukan, dan lain-lain. Sementara merahasiakan kejelekan atau kesalahan masa lalu orang yang hendak menikah merupakan sikap yang diharsukan dilakukan, jika memang niat baik dari orang tersebut diyakini menjamin akan benar-benar memabwa perubahan lebih baik.
Ketika aku hendak menutup masa laluku yang kelam
Dan berusaha membuka masa depan yang lebih baik
Kenapa ada yang mencari untuk membuka lagi masa lalu itu
Di saat aku sedang berproses menjadi diri yang baik
Dan di saat aku menemukan yang mampu merubahku
Apakah ada yang berusaha mengutukku agar aku tetap jelek
Atau memang takdirku tidak menjadi orang yang baik