Suatu ketika Shafiah –salah satu istri Nabi- dibonceng oleh Rasulullah saw. di atas unta. Tiba-tiba unta yang mereka tunggangi mengamuk hingga mereka jatuh. Abu Thalhah yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Rasulullah saw. dengan histeris untuk membantu dan mengetahui keadaan beliau, kalimat yang pertama keluar dari lisan beliau adalah bagaimana keadaan Shafiah. Setelah diketahui bahwa Shafiah pun baik-baik saja, baru hati beliau tenang.
Beliau besabda,
“Aku baik-baik saja (aku ra po-po). Tetapi bagaimana keadaan Shafiah (itu yang lebih penting)”. [Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Shahih]
Memang seharusnya seorang yang mencintai pasangannya bersikap demikian, guna sebagai bukti rasa perhatian. Lebih-lebih bagi seorang laki-laki sebagai seorang (suami) yang harus bertanggung jawab pada istrinya dalam keadaan apapun, terutama ketika terjadi sesuatu pada istrinya. Suami harus mengedepankan rasa perhatian pada istrinya.
Sikap Nabi yang tidak memperdulikan keadaan dirinya, beliau bukan merasa sakit karena terjatuh, melainkan yang beliau rasakan adalah kekhawatiran akan keadaan istrinya, merupakan sikap yang menunjukkan akhlak mulia pada seorang perempuan.
Ungkapan “Aku baik-baik saja” -atau yang lumrah sekarang menjadi ungkapan “Aku ra opo-opo”- mengajari kepada kita bahwa ketika kita dalam keadaan sakit, kita harus tetap memperhatikan istri kita, bukan malah ingin diperhatikan oleh istri. Itu bukan sikap seorang laki-laki, menunjukkan kelemahan di hadapan istri. Meski dalam keadaan sakit –baik sakit fisik, pikiran atau batin-, jangan sampai diketahui oleh istri. Tetaplah dalam keadaan yang seolah tidak terjadi apa-apa dengan ditutupi ungkapan, “Aku ra po-po, sayang”.
Oleh: NH. Taufiq