Dalam acara pembukaan Sarasehan Ulama Pesantren dan Cendikiawan di Asrama Haji Jogjakarta dihadiri beberapa tokoh; diantaranya Wakil Gubernur Jogjakarta Sri Paduka Paku Alam IX dan Ketua PBNU KH. Salamet Efendi Yusuf. Acara di mulai dengan sambutan ketua panitia, KH. Muzammil menjelaskan bahwa Sarasehan ini terlaksana atas kerjasama LBM NU PWNU Yogyakarta, ICIS (Internasional Conference of islamic Scholars), dan PP. Al-hikam.
Alhamdulillah, para peserta yang terdiri dari Pengasuh Pondok Pesantren dan perguruan tinggi di Yogyakarta dapat hadir dalam acara sarasehan ini, kata Kyai Muzammil, yang terkenal Kyai muda kritis dan alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.
Lalu disusul dengan sambutan sambutan; pertama dari Ketua PWNU Jogjakarta Prof. DR. Rahmat. Bapak Rahmat mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang ikut mengsukseskan acara Sarasehan, semoga dengan dialog antara para ulama dan cendikian dalam masalah keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan dapat bermanfaat pada keberhasilan perjuangan ajaran Aswaja dan perbaikan kondisi negara.
Kedua, dari Ketua PBNU KH. Salamet Efendi Yusuf, yang banyak mengupas eksistensi NU di Indonesia. NU punya pengaruh besar pada bangsa dan negara Indonesia, terbukti semua calon presiden dan pimpinan partai sowan ke kantor PBNU. Bahkan seringkali kita temukan beberapa calon pejabat baik di legislatif, eksekutif, dan yudikatif sebelum jadi menyatakan bahwa dirinya dari NU.
Dari itu kata Mantan Ketua Umum GP Anshor ini, kita sebagai warga NU harus aktif dalam politik kebangsaan dan kenegaraan dengan penuh rasa tanggung jawab dan berakhlakul karimah sesuai dengan Khithah NU.
Sambutan ketiga dari Wakil Gubernur Yogyakarta Sri Paduka Paku Alam IX. Beliau menyampaikan bahwa di era global ini banyak persoalan yang dihadapi oleh negara Indonesia. Bersyukur Ulama dapat hadir untuk ikut serta menyelesaikan problematika itu. Karena Ulama dan cendikiawan masih menjadi pijakan dan acuan untuk mencari jalan keluarnya.
Termasuk pemikiran, gagasan, dan tauladan Ulama dan cendikiawan menjadi referensi dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, kata Sri Paduka Paku Alam IX yang dilanjutkan dengam membuka secara resmi acara Sarasehan. Selesai acara pembukaan kemudian diisi pengarahan oleh Rais Syuriyah PBNU yang juga sekjen ICIS DR. KH. Hasyim Muzadi. Kyai Hasyim menegaskan bahwa Ulama sebagai benteng utama panutan ummat.
Ketika Ulama masih berada di jalan yang lurus Insya Allah ummat masih bisa diselamatkan. Tapi kalau sudah ulama diseret-seret oleh kepentingan-kepentingan yang menyesatkan, ibarat patok sudah diseret-seret oleh kambing kemana-mana, bukan lagi kambing ikut patok, maka kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Ulama kalau dulu dihormati, disegani dan dipanuti, sekarang ulama sudah dihargai. Ini karena sistem dalam berbangsa dan bernegara yang mengalami dekadensi moral, bahkan dalam berpolitikpun yang terjadi NPWP (Noper piro wani piro). Semua sudah serba transaksional. Untuk itu Ulama dan cendikiawan tidak boleh berdiam diri, kita semua harus memperbaiki kondisi ini.
Alhamdulillah kita memiliki tokoh yang aktif ikut mengisi acara ini, seperti Drs. KH. Afifuddin muhajir, MA (Katib Syuriyah PBNU dan Mudir Ma’had Aly Situbondo), DR. KH. Malik Madani (Katib ‘Am PBNU), Prof. DR. Mahfud, MD, H. Isran Noor, Prof. DR. Rahmin Dahuri, KH. Masdar Farid Mas’udi, Prof. DR. Jimli Asshidiqi, DR. Yudi Latif, dan pejabat dari MK, KPK, dan MA. (HMS).