“Kemarin aku masih bincang-bincang dengan mereka, akan ke Bali untuk pernikahan saudara,” ucap teman saya dengan mata merah bergelegak air mata. Aku tak tahu lagi bagaimana menghiburnya.
“Kini, setelah dua hari dicari, saudara-saudara saya yang 49 orang itu sudah rata-rata meninggal,” ia pun terguling ke bantal, menumpahkan hatinya yang hancur.
Kapal yang membawa pengantin laki-laki telah tenggelam. Senin pagi kemarin yang bertolak dari Raas Sumenep, Senin sore dihantam gelombang besar di selat Madura sekitar perairan utara gunung Baluran Situbondo, kontak-kontak HP panik dan darurat, tangis dan teriakan menyayat, Senin malam putus kontak, Selasa tiada kabar, keluarga di Raas dan Jawa bingung tak kepalang, perahu-perahu pencari diluncurkan, Tim SAR diturunkan…. Dan… dan… dan… dan air mataku pun menggelegak, Rabu sore ini sekitar 18 jenazah telah ditemukan, 8 orang selamat lemas, yang lain masih tanda tanya.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Ya Allah, terimalah saudara-saudaraku sebagai orang-orang yang Engkau ampuni. Rangkullah mereka dalam Cintamu. Kumpulkanlah mereka dengan orang-orang yang Engkau selamatkan di barzah dan akhirat nanti. Hiburlah kesedihan dan penderitaan orang-orang yang ditinggalkan oleh mereka, berilah kesabaran menerima Kehendak-Mu. Ya, Allah, perkenankan kami menitikkan air mata.
“Sejumlah rumah di sekitar rumah saya di Raas, mendadak sepi, tak berpenghuni lagi, ibu saya akan sangat sendirian di sana” kenang saudaraku dalam duka mendalam. Air matanya menggelegak lagi, lagi, dan lagi…
———–
Zainul Walid, Rabu, 8 Oktober 2014