Lima Teladan dari Peristiwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail [3]

0
877

Keempat, Nabi Ibrahim senantiasa menanamkan nilai-nilai agama terlebih dahulu pada anak- anaknya sebelum ilmu-ilmu yang lain, sebelum menekuni kesibukan atau pekerjaan apapun. Terutama kewajiban salat. Karena melalui pendekatan sentuhan salat akan lebih mudah untuk mendidik dan mengarahkan mereka.

Allah SWT berfirman di dalam QS. Al-Baqarah 132

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [البقرة/132]

“dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.

Sehebat apapun prestasi yang berhasil diraih sang anak, tetapi tidak salat, sungguh tiada gunanya. Sesukses apapun pekerjaan yang di tekuni sang anak tetapi dia abai terhadap kewajiaban agama, sungguh itu adalah kesuksesan semu baginya. Kesuksesan dan keberhasilan yang hakiki bukanlah terletak pada prestasi serta kehebatan intelektual semata tetapi juga kesadaran spritual yang tinggi untuk mengabdi kepada penciptanya.

Kelima, Nabi Ibrahim adalah sosok seorang ayah yang sangat pandai membangun komunikasi dengan putranya, pandai mengajak bermusyarah dan bertukar pikiran sekalipun apa yang akan di sampaikannya itu adalah benar. Allah SWT melukiskan hal tersebut  di dalam QS. Ash-shaffaat: 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ [الصافات/102]

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.

Disini jelas terlihat betapa bijaksananya sikap Nabi Ibrahim as sekalipun perintah penyembelihan memang berasal dari Allah, akan tetapi Nabi Ibrahim as tidak memaksa secara langsung, melainkan berkata, “ maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu”. Inilah salah satu kunci sukses dari empat kunci kesuksesan yang lain. Deangan di ajak bermusyarah, seorang anak akan merasa di hargai serta membiasakan anak pandai berfikir untuk memilah dan memilih yang terbaik buat dirinya. Tentunya dengan arahan dan bimbingan orang tua.

Tinggalkan Balasan