Harta atau Ilmu ??

0
313

Harta atau Ilmu ??

Bismillaah..

Sungguh, ketika manusia dibentangkan oleh tumpukan harta dihadapan matanya, sementara dilain sisi disuruh memilih antara harta tersebut dengan ilmu agama, maka rata-rata akan memilih harta ketimbang ilmu. Kenapa demikian?

Alasan klasik yang dikemukakan pastilah seputar:

“Dengan harta ilmu bisa dicari dan dibeli ..”

Namun apakah dia akan ingat untuk mencari ilmu tatkala berada dalam kesenangan lagikan serba berkecukupan?

“Harta mampu menjamin kehidupanku sehari-hari, sementara ilmu kapan-kapan bisa ku cari jaminannya nanti ..”

Apakah harta bisa menghentikan dan menunda kematian mendadak yang datangnya tidak diundang, menyambar merenggut diri?

Berlepas dari ini semua, tetap masih ramai dari kalangan kita yang lebih cendrung memilih harta, yang menyilaukan mata, pemuas selera …

Sesungguhnya keutamaan ilmu di banding harta dapat dilihat dari banyak sisi dan faktornya:

Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja atau hartawan (Fir’aun dan Qarun cs).

Ilmu dapat menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta justru sibuk dan bersusah-payah menjaga hartanya.

Harta senantiasa berkurang kerana dibelanjakan, namun ilmu semakin bertambah apabila dibagikan (disampaikan kepada orang lain).

Hartawan akan meninggalkan hartanya apabila meninggal dunia, sementara ilmu masuk ke kubur bersama pemiliknya.

Harta boleh diperoleh oleh mukmin, kafir, orang baik mahupun orang jahat, sementara ilmu yang bermanfaat tidak didapati dan diperoleh melainkan oleh orang-orang yang beriman saja.

Orang yang berilmu diperlukan oleh para penguasa dan rakyatnya, sedangkan pemilik harta hanya diperlukan oleh orang-orang miskin, papa bahkan menjadi kebutuhan, buruan bagi si pencuri, pemaling yang merampok mangsanya.

Jiwa menjadi hidup dan mulia dengan mengumpulkan ilmu, dan mencarinya akan memperoleh barakah (keberkahan), bahkan itulah kemuliaan jiwa dan kesempurnaannya. Sementara tumpukan harta tidak dapat membersihkan jiwa dan tidak menyempurnakannya serta tidak menambahkan sifat-sifat kesempurnaan. Sebaliknya jiwa boleh berkurangan (lemah) kerana kikir dan bakhil lantaran mengumpulkan harta dan tamak loba terhadapnya.

Tamak terhadap ilmu adalah kesempurnaan jiwa sedangkan tamak terhadap harta atau kekayaan adalah petanda kelemahan jiwa.

Harta mengajak jiwa kepada kelalaian, kesesatan (maksiat), riya’ dan kesombongan, sementara ilmu mengajak jiwa kepada tawadhu’ dan ibadah kepadaNya.

Ilmu mengajak kepada kebahagiaan jiwa, sedangkan harta menjadi penghalang antara jiwa dan kebahagiaannya.

Kekayaan ilmu menjanjikan kemuliaan ketimbang kekayaan harta. Jiwa akan merasa lebih kaya dari seluruh manusia tanpa harta (kaya hati). Kerana kekayaan tertinggi adalah dengan tidak memerlukan sesuatu, tidak sepertimana harta yang senantiasa membutuhkan segalanya.

Harta menjadikan pemiliknya sebagai hamba dunia, sedangkan ilmu menjadikan pemiliknya sebagai hamba Rabb dan Penciptanya, kerana ilmu tidak mengajaknya selain kepada perhambaan (pengibadatan) kepada Allaah semata.

Nilai orang kaya bergantung kepada kekayaannya, hilang kekayaan, hilanglah nilainya, sementara nilai orang berilmu dari ilmunya. Orang yang berilmu tidak akan kehilangan nilainya, bahkan akan semakin bertambah kemuliaannya (karena setiap gerak-geriknya berdasarkan ilmu).

Mencintai ilmu dan senantiasa mencarinya adalah landasan setiap keta’atan, sementara mencintai harta dan senantiasa menumpuk dan memburunya adalah pangkal segala keburukan (kerusakan).

Bila seseorang yang berilmu ditawarkan kepadanya kekayaan dunia, niscaya ia tidak mahu menjadikannya sebagai penebus ilmu yang diperolehinya, sementara orang kaya yang berakal, tatkala ia merasakan kemuliaan ilmu, niscaya ia ingin segera memperolehi ilmu sebagai penebus seluruh hartanya.

Tidak seorang pun dikatakan ta’at kepada Allaah kecuali dengan ilmu, sementara kebanyakan orang yang mudah berbuat maksiat kepada Allaahu Ta’ala dengan sarana harta yang dikuasainya.

Orang berilmu menyeru manusia kepada Allaah dengan ilmu dan akhlaknya, sedangkan orang yang mengumpulkan harta menggoda manusia kepada urusan dunia dengan akhlak dan hartanya.

Kekayaan harta kadang kala boleh menjadi penyebab kehancuran pemiliknya, sementara kekayaan ilmu merupakan penyebab kehidupan pemiliknya, juga penerang manusia lainnya.

Allaahu Ta’ala sering menyebutkan ayat semisal:

“Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?”

Namun Allaahu Jalla wa ‘Ala tidak pernah menyebut:

“Apakah sama orang-orang yang berharta dengan orang-orang yang tidak berharta?”

Kiranya dengan apa yang dipaparkan setidaknya akan membuat kita tidak terlena dan berpikir ulang untuk memilih dan memilah antara harta dan ilmu dengan lebih bijaksana …

Allaahu a’lam.

Sumber : Ummu Fahrian Ida

Tinggalkan Balasan