Apa Perbedaan Antara Kata (عاقر) ‘aqir dan (عقيم) ‘aqim?
Di dalam al Qur’an kita menemukan dua kisah yang menggunakan
dua kata-kata ini,
yang bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia bermakna: “mandul”.
Pertama kalimat (عاقر):
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Zakaria berkata:
“Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?”
Berfirman Allah: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”.
(Ali Imran: 40)
Kedua kalimat (عقيم):
فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌ
Kemudian istrinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata:
“(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”.
Di dalam bahasa Arab tidak terdapat dua kata yang berbeda mengandung makna yang sama persis.
Maksud dasarnya boleh jadi sama, tapi bila dibahas lebih detil akan ditemukan perbedaan yang akan menambah pemahaman kita terhadap maksud yang tersimpan di dalamnya.
Yang akan menambah kekaguman dan rasa nikmat ketika mentadabburi ayat-ayat al Qur’an.
Begitu juga dengan dua kalimat ini.
‘Aqir dan ‘Aqim sama-sama mempunyai makna “tidak bisa memiliki anak”.
Bila diperinci lebih jelas kira-kira seperti ini:
‘Aqir (عاقر) adalah:
perempuan mandul yang memiliki rahim lemah.
Mungkin saja terjadi kehamilan, akan tetapi janinnya tidak bisa berkembang sempurna sampai lahir menjadi seorang bayi.
Atau dia tidak bisa hamil karena adanya penyakit yang menghalangi.
Karena itu, kondisi ini mungkin saja disembuhkan dengan usaha kedokteran dan do’a kepada Allah.
Sedangkan ‘aqim (عقيم) perempuan yang memang tidak mempunyai kesuburan sama sekali hingga tidak pernah mengalami kehamilan dan tidak mungkin hamil untuk selama-lamanya.
Kemandulan jenis ini bukanlah penyakit, hingga bisa disembuhkan.
Tapi dia memang seperti itu adanya diciptakan oleh Allah.
Ada kekurangan organ dalam penciptaannya yang membuat ia tidak bisa hamil, bagaikan orang yang diciptakan tanpa tangan atau kaki.
Hal ini semakin jelas bila kita tadabburi dari surat Asy-Syura ayat: 49-50
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ . أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ.
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul (‘aqim) siapa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Oleh karena itu, yang terjadi pada Sarah istri Nabi Ibrahim semata-mata karena mu’jizat yang tidak mungkin diusahakan dan ditiru.
Wallahu a’la wa a’lam.
Oleh : Ust. Zulfi Akmal