Keteladanan Nabi Yusuf Dalam Menghadapi Godaan Wanita

0
1797

Keteladanan Nabi Yusuf Dalam Menghadapi Godaan Wanita

Yusuf berkata:

“Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.
Dan jika tidak Engkau hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”.
Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka.
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

(Qs Yusuf/12:33-34)

PELAJARAN AYAT

Nabi yusuf ‘alaihissalam lebih memilih menghuni penjara daripada berbuat maksiat. demikianlah seharusnya seorang hamba, bila di hadapkan pada dua pilihan ujian: berbuat maksiat atau hukuman duniawi, maka ia memilih sanksi duniawi ketimbang melakukan perbuatan dosa yang mendatangkan hukuman berat di dunia dan akhirat.

Karena itulah, termasuk dari tanda keimanan, yaitu seorang hamba benci kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan Allâh Ta’âla darinya, sebagaimana ia benci dicampakkan ke nyala api.

Nabi Yusuf ‘alaihissalam memilih masuk penjara daripada melakukan kemaksiatan meskipun dibawah ancaman. Sikap ini termasuk dalam kategori tanda kebenaran iman.

Nabi Yusuf ‘alaihissalam memilih bahaya yang lebih ringan.

Ini merupakan kaidah syar’iyyah yang telah dipakai oleh ulama-ulama terdahulu, untuk menghindari bahaya yang lebih berat.

Menghuni penjara tidak selalu menjadi bukti bahwa orang itu berkelakukan buruk.

Sebab, seperti dicontohkan, Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah kekasih Allâh Ta’âla .

Bahkan masuk penjara bisa menjadi tonggak awal bagi masa depan yang lebih baik.

Jika seorang hamba menyaksikan sebuah tempat yang mengandung fitnah dan faktor-faktor penggoda untuk berbuat maksiat, semestinya ia bergegas pergi dan menjauh darinya.

Mewaspadai bahaya khalwat,

Yaitu seseorang laki-laki berduaan dengan wanita asing.

Juga, harus mewaspadai getaran cinta yang ditakutkan memantik bahaya.

Hasrat yang muncul pada Nabi Yusuf ‘alaihissalam terhadap wanita tersebut, yang kemudian ia singkirkan karena Allâh Ta’âla, menjadi salah satu tangga yang mengangkatnya kepada Allâh Ta’âla menuju kedudukan yang dekat dengan-Nya.

Seorang hamba, seharusnya selalu mencari perlindungan kepada Allah dan bernaung di bawah pemeliharaan-Nya ketika berhadapan dengan pemicu-pemicu maksiat, kemudian berlepas diri sikap percaya diri yang ada pada daya dan kekuatan pribadinya.

Seseorang tidak terpelihara dari maksiat kecuali karena pertolongan dari Allâh Ta’âla.

Allah tidak akan menyia-nyiakan keteguhan iman, keseriusan hati, dan usaha seorang hamba yang muhsin.

Seseorang yang sudah tercelup keimanan pada hatinya, ia adalah seorang yang ikhlas karena Allah pada semua perbuatannya.

Allâh Ta’âla akan menyingkirkan berbagai kejelekan, perbuatan keji dan maksiat (dari dirinya) dengan kekuatan iman dan keikhlasannya, sebagai balasan bagi keimanan dan keikhlasannya.

Allâh Ta’âla telah berfirman, yang artinya;”Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.”

Kisah ini menunjukkan keindahan batin Nabi Yusuf ‘alaihissalam, yaitu sifat iffah (penjagaan kehormatan diri) yang besar dari godaan maksiat.

Sesungguhnya ilmu yang benar dan akal yang sehat akan membimbing pemiliknya kepada kebaikan dan menahannya dari kejelekan.

Sebaliknya, kebodohan akan menjerumuskan seseorang selalu memperturutkan bisikan hawa nafsunya, walaupun merupakan maksiat yang berbahaya bagi pelakunya.

Kisah dalam ayat ini memperlihatkan tentang buruknya kebodohan, dan celaan bagi orang bodoh (jahil).

Oleh : Muhammad Ashim Musthafa, Lc

Tinggalkan Balasan