[Penuntut Ilmu : Belajar dan Kerja]

0
1103

[Penuntut Ilmu : Belajar dan Kerja]

Kebiasaan anak pondok di desa saya seusai shalat shubuh berjamaah adalah mengayuh sepeda menuju dua tempat: sawah dan tempat ambil gethuk.

Kerja, mereka semua kerja.

Setelah sesore dan malamnya menjelma menjadi seorang yang berkutat dengan nahwu, sharaf, fiqih, pagi hari mereka menjelma menjadi sosok yang membawa tulit-tulit, dengan berharap kepada Allah ada anak-anak membeli dagangan mereka dan ada upah dari cangkul mereka.

Bagi saya, yang saat itu hanya santri desa, perbuatan mereka ini sangat ingin saya tiru.

Merantau ke negeri orang, mengharap ilmu dengan ketekunan di malam hari, dan anti meminta-minta belas kasihan orang untuk mencukupi kebutuhannya.

Dan inilah yang saya lihat, santri nan gigih, bahkan untuk sebagian besar santri luar daerah, orang tua mereka hanya membekalkan izin dan doa.

Dari az-Zubair bin al-‘Awwâm Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ، أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوْهُ.

“Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, mereka memberinya atau tidak memberinya”

[At-Ta’liqatul-Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibban]

Menjadi seorang santri ilmu agama itu harus berbadan tegap. Perih dan lapar itu bagai kerabat, menemani malam-malam saat menyanding buku, menyadur manfaat.

Jangan beralasan :

“saya sibuk belajar akhi. Tidak sempat kerja”

Anda, santri yang belajar ilmu agama tok, kami disini disibukkan dua hal : ilmu agama dan ilmu dunia.

Ditambah kami harus mencari ragam cara untuk memenuhi kebutuhan kami sebagai manusia.

Lantas sebenarnya siapa yang paling pantas untuk beralasan kesempitan waktu untuk bekerja?

Inginnya belajar dengan di dampingi makanan enak, hape bagus, baju tak pernah kusut, lalu pulang dengan pesawat?

Kalau memang ada silahkan, tapi kalau tidak? Harus meminta-minta ke orang?

دع المكارم لا ترحل لبغيتها # واقعد فانك أنت الطاعم الكاسي

“Tinggalkan saja kemuliaan, tak usah kau mencari-carinya.

Sesungguhnya engkau hanyalah orang-orang yang memikirkan masalah pakaian dan makanan”

Kemuliaanmu, sebagai santri agama semakin bertambah saat ketergantunganmu kepada manusia sangat sedikit. Akan tetapi, ketergantunganmu kepada Allah Al Ghaniy semakin bertambah.

Jangan malu menyingsingkan jubah untuk mengais upah demi upah di pasar, jika memang dengannya engkau tenang belajar.

Akan tetapi, malulah saat menyingsingkan jubah hanya sekedar meminta-minta belas kasih manusia agar belajarmu menjadi super nyaman.

Malulah …

oleh sdr. Muhammad Nur Faqih

Tinggalkan Balasan