Sedekah Rahasia dan Punggung Jenazah yang Kehitam-hitaman

0
428

Sedekah Rahasia dan Punggung Jenazah yang Kehitam-hitaman

Orang-orang itu terkejut. Saat mereka memandikan jenazah Ali Zainal Abidin, mereka menemukan punggungnya kehitam-hitaman. Mereka saling berpandangan dan bertanya. Mengapa?

Salah seorang mengetahui jawabannya. “Sebenarnya, Ali sering memanggul karung tepung di punggungnya.”
“Kapan?” tanya temannya. Sebab sepengetahuannya, Ali bin Husein bin Ali bin Abu Thalib adalah seorang ulama yang sangat rajin beribadah. Ia hampir tak pernah melihatnya mengangkat-angkat tepung.
“Malam. Sewaktu kalian beristirahat dan orang-orang Madinah terlelap. Saat itulah Ali keluar dengan membawa tepung lalu diletakkannya di depan pintu orang yang membutuhkan. Ia kembali ke rumahnya, mengambil tepung berikutnya dan diberikan kepada orang miskin lainnya. Begitu kebiasaannya.”

Orang-orang miskin Madinah memang merasakan adanya sedekah rahasia. Saat pagi-pagi buta ketika mereka hendak ke masjid untuk shalat Subuh, di depan pintu mereka telah ada sekarung tepung. Hal itu berlangsung bertahun-tahun tanpa ada yang tahu siapa sebenarnya orang baik hati yang memberikan bahan-bahan makanan itu secara sembunyi-sembunyi.

Apa yang diceritakan oleh orang tadi akhirnya dirasakan oleh penduduk Madinah. Sejak Ali Zainal Abidin wafat, tak ada lagi tepung atau bahan makanan di depan pintu rumah mereka. Sedekah itu terhenti. “Ternyata orang baik hati selama ini adalah Ali,” simpul mereka.

Demikianlah contoh keteladanan dari Ali Zainal Abidin. Ia benar-benar mampu menjalankan nasehat Rasulullah untuk bersedekah secara rahasia: “Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya”

Sedekah seperti inilah yang menjadi perisai bagi umat atau komunitas di dalamnya. Persis seperti sabda Nabi, “Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.”

Sedekah secara rahasia seperti yang dilakukan oleh Ali Zainal Abidin juga lebih selamat dari riya’. Sebab tak ada yang tahu siapa yang sesungguhnya telah bersedekah. Yang diketahui hanyalah manfaatnya; bahwa kaum dhuafa’ telah terbantu dan teringankan bebannya. Siapa yang bersedekah tak dapat diketahui secara pasti. Hingga tak ada terima kasih, tak ada pujian, tak ada tepuk tangan. Senyap dalam kebajikan. Meskipun sedekah secara terang-terangan juga diperbolehkan.

Sumber :  Bersama Dakwah

Tinggalkan Balasan