Bismillah
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ لاَ يَسُوْقُ الـْخَيْرَ إِلا اللّهَ
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ لاَ يَصْرِفُ السُّوْءَ إِلَّا الله
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ ماَ كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ الله
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ لاَ حَوْلَ وَلاَ قَوَّة َإِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Empat kalimat di atas merupakan bacaan yang menjadi salah satu usaha kita untuk menjaga diri agar selamat secara dzahir dan batin. Masing-masing kalimat tersebut memiliki makna dan fungsi spiritual yang saling berkaitan erat.
Pertama
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ لاَ يَسُوْقُ الـْخَيْرَ إِلا اللّهَ
(Dengan menyebut nama Allah dan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Allah)
Dengan ungkapan basmalah dan masyaallah, maka semua kebaikan kita kembalikan kepada Allah. Sebab, ada orang yang berkondisi sehat dan memiliki kesempatan tapi tidak digerakkan untuk berbuat kebaikan. Tidak jarang ada orang memiliki niat baik tapi dia tidak bisa melakukannya. Jangan merasa menyesal karena tidak bisa dan mampu melakukan kebaikan. Seharusnya, menyesallah ketika hati sama sekali tidak memiliki rencana dan niat untuk melakukan banyak kebaikan.
Kedua
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ لاَ يَصْرِفُ السُّوْءَ إِلَّا الله
(Dengan menyebut nama Allah dan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, tiada yang dapat menghalau kejelekan kecuali Allah)
Bacaan yang kedua ini merupakan pagar atau perisai. Pagar di sini ada dua macam. Pertama, pagar yang bisa menjaga dan mencegah dari dalam. Maksud menjaga dan mencegah dari dalam adalah ketika memiliki rencana atau niat buruk, tiba-tiba hati berbisik kuat untuk menggagalkannya. Terkadang juga, ketika mau melaksanakan keburukan yang direncenakan ada kendala yang menghadang, sehingga selamat dari perbuatan jelek atau buruk. Menurut hukum fiqh, orang yang berencana melakukan dosa tapi dia menggagalkan rencana itu, maka dia akan mendapatkan pahala.
Kedua, pagar yang mencegah di luar diri kita. Semisal ada yang mau berbuat jelek, maka kita berharap selamat dengan bacaan tersebut dari syarri hasidin idza hasada (dari kejahatan para penghasut). Kalaupun ada orang dengki dan berupaya berbuat sesuatu yang buruk pada kita maka kita akan selamat.
Ketiga,
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ ماَ كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ الله
(Dengan menyebut nama Allah dan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, setiap kenikmatan semuanya pasti dari Allah)
Bacaan yang ketiga ini bisa mempermudah datangnya rizki. Ibaratnya orang mancing, bacaan ini umpannya. Selain itu, orang yang bersyukur dapat menambah kebaikan bukan cuma mengikat. Baca ayat ini dan resapi dalam hati. Maka –bi idznillah– mendapat nikmat dari Allah.
Keempat,
بِسْمِ اللهِ ماَ شاَءَ اللهُ لاَ حَوْلَ وَلاَ قَوَّة َإِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
(Dengan menyebut nama Allah dan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, tiada uapaya dan kekuatan kecuali dengan Allah)
Bacaan ini, agar kita menyadari bahwa apapun yang diperolah, dengan kekuatan dan usaha semaksimal apapun, semua itu melalui izin Allah. Selain itu, agar kita menyadari bahwa setiap apa-apa yang menurut kita sulit dan tak mungkin, semua itu akan terwujud tanpa kita sadari. Oleh sebab itu, jangan merasa diri kita yang mampu, seperti mampu ziarah Makkah & Madinah. Jangan merasa dari diri kita, akibatnya kurang bersyukur. Harus merasa dari Allah. Juga, jangan merasa bahwa apa-apa yang menurut kita sulit dan tak mungkin terjadi, karena merasa itu di luar kemampuan diri kita, karena Allah yang memiliki kekuatan yang bisa mewujudkan apa saja yang menurut kita tak mungkin terjadi.
Bacalah empat kalimat di atas secara istiqamah, minimal satu kali sehari semalam terutama sebelum memulai kegiatan. Bacaan ini sudah dapat ijazah dari guru-guru KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, yang bersambung kepada Shahibur Ratib, yakni Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. Ini adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan hidup (di dunia dan akhirat). Mudah-mudahan empat bacaan ini memberikan manfaat dan hidup kita menjadi berkah. Amin ya rabbal alamin.