Perkembangan dunia yang sangat pesat telah menjadi perhatian dan ketercengangan masyarakat bumi. Buah dari sains moderen mulai dari mesin–mesin transportasi sampai pengembangan-pengembangan senjata-senjata kimia sebagai alat untuk perkembangan ilmu atau sebagai alat perang sudah banyak kita temukan. Entah apakah hasil dari produk yang dicapai bersifat menguntungkan atau merugikan. Hal itu semua tidak lagi menjadi tolak ukur yang cukup elegan untuk diperhitungkan lagi.
Memang benar dengan kesan yang selama ini bermunculan, bahwa perkembangan sains tak ubahnya sama dengan “kotak Pandora” baik yang menghasilkan nilai positif maupun negatif. Disisi lain masyarakat selama ini hanya dapat menjadi konsumen dari setiap manisnya maupun getirnya buah sains, semua dampak yang ditimbulkan merupakan perwakilan dari inisiatif lembaga yang mengayomi maupun pemegang kekuasaan, walaupun disisi lain masyarakat punya andil dalam penyebaran itu semua.
Sains memang tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan zaman. Perhatian masyarakat akan hal itu semua, tidak bisa terelakkan lagi karena semakin berkembang pesat jumlah populasi orang makin semakin besar pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan yang semakin mendesak inilah yang telah membuktikan dengan penggeseran pemahaman masyarakat akan posisi sains yang sebenarnya.
Banyak pendirian mayarakat yang mengansumsikan bahwa sains adalah suatu hal yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Tanpa pembuktian yang ilmiah akan menjadi sebuah penghayatan yang tidak akan pernah dihiraukan lagi. pembuktian yang ilmiah inilah yang akan membawa pada sebuah sains yang memerlukan argumentasi yang logis dan tidak mengenalnya sains dengan kebenaran mutlak, sehingga ilmuwan harus bekerja seoptimal mungkin untuk menguatkan teorinya apabila ia tidak mau menanggung konsekwensi diasingkan dari masyarakat ilmiah karena sebuah teorinya yang gagal.
Asumsi masyarakat inilah yang menjadikan banyak ilmuwan berpacu untuk menguatkan segala teori yang dia hasilkan tanpa menghiraukan dampak yang akan dihasilkan dari semua teorinya. Titik akhir yang terjadi adalah sains yang berbuah pada mala petaka bagi umat manusia. Sayyed Husain Nasr dalam the Encounter of man and nature “ menaggapi hal-hal yang terjadi dalam dunia sains selama ini dalam penerapannya telah terpisah dari ilmu pengetahuan wahyu akibat dari proses sekulerisasi, sehingga seluruh rangkaian dari sains menjadi salah kaprah dan teramat berbahaya bagi kehidupan”.
Bertambahnya akibat dari sekulerisasi dalam dunia sains yang terjadi adalah landasan moral yang seharusnya menjadi perhitungan dari munculnya sains telah dijungkir balikkan sedemikian rupa sehingga nilai-nilai buatan manusia sekarang ini telah dipakai sebagai penentu akhir untuk mengadili persoalan benar dan salah.
Inilah yang selama ini membedakan antar sains Islam dengan sains Barat. Sains Islam mempunyai sisi lain yang tidak dipunyai oleh sains Barat. Konsep sains Islam yang cukup khas mengenai nilai, pengetahuan dan metodelogi yang menawarkan struktur social dan dan etika sebagai sebuah kerangka yang lebih baik bagi kemajuan sains yang beradab. Sehingga sains Islam pada intinya akan bermuara pada kemajuan umat manusia yang mengedepankan unsur kemaslahatan dengan berpijak pada pemikiran Islam dan analisis konseptual Qurani yang tidak dimiliki oleh sains Barat.
Penawaran dari sains Islam inilah yang selama ini diharapkan oleh masyarakat dunia sebagai pandangan yang maju tanpa meninggalkan asas nilai manfaat dalam setiap pengembanganya. Akan tetapi pandangan yang ditawarkan dalam perspektif holistikya oleh dunia sains Islam menjadi sebuah tantangan bagi kalangan metodelogis sains Barat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pandangan sains Barat yang selalu terpatahkan dalam setiap hasil teori-teorinya oleh sains Islam.
Kegagalan sains Barat adalah dengan meminggirkan isu nilai dan moralitas dan hanya aspek-aspek penalaran murni yang dianggap sebagai penelitian teoritis yang dianggap paling berharga. Hal inilah yang membuktikan bahwa selama ini sains Barat tidak akan mungkin disatukan dengan alam. Padahal sains diharapkan dapat menjadi nuansa baru perkembangan bagi terjalinnya hubungan antara manusia dengan alam. Kalau kita hipotesis dengan hal itu semua merupakan kesalahan system atau landasan dasar yang telah keliru dan salah kaprah dalam pengembangan sains Barat.
Perhatian akan carut-marutnya sains Barat selama inilah yang sekiranya lebih dominan ketimbang perkembangan sains Islam yang membuka sebuah harapan baru bagi terciptanya sains Islam yang lebih bermoderat. Harus diakui masyarakat mempunyai kekecewaan yang begitu amat besar terhadap sains Barat.
Nilai yang terdapat didalam sains Barat tentunya telah membuka sebuah cakrawala yang negatif karena didasarkan berbagai asumsi sains yang dimunculkan mempuanyai daya serang dan dampak negatif yang ditimbulkan. Tentunya kesalahan yang selama ini hadir dalam sains Barat adalah kesalahan penempatan dalam sebuah system yang mereka buat tanpa mengimbanginya dengan penguasaan moral. Hal ini membuktikan hasil yang mereka capai berbalik arah menjadi hasil yang menakutkan bagi arah harapan yang ingin mereka capai.
Nampaknya dengan melihat realitas yang sedemikian mengkhawatirkan diperlukan sebuah pembelajaran dan pengkajian yang khusus terhadap sains Islam yang mempunyai nilai konseptual yang mulia. Harapan ini dapat dibangun sejak dini dalam dunia pendidikan dan akan menjadi tolak ukur dari perkembangan kemajuan bumi tanpa mendzolimi alam sekitar.
“Kami akan menunjukkan kepada mereka ayat-ayat diseluruh penjuru bumi dan yang ada pada diri mereka sendiri sampai mereka dapat melihat bahwa ini (al-quran) adalah benar”.(Q.S. As-Sajdah, 32;53 )
Oleh: Mohammad Junaidi, Pedurungan Semarang, Img: photobucket