Jasa Laundry Vs Kemandirian Santri

0
948

Laju perkembangan peradaban sungguh sangat cepat, terutama dalam bidang tehnologi. Hal-hal yang pada zaman dulu dianggap tidak mungkin, sekarang sudah bisa dirasakan. Misalnya pesawat terbang dan alat komunikasi. Pada beberapa abad yang lalu, tidak ada yang membayangkan akan ada alat canggih yang bisa dengan cepat mengantarkan seseorang dari satu tempat menuju tempat lain. Juga tidak ada yang membayangkan dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berada di tempat jauh. Sekarang, semua itu sudah menjadi hal yang nyata.

Dengan berkembangnya tehnologi inilah diciptakan alat-alat yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Misalnya—selain pesawat dan telepon yang disebutkan tadi—robot-robot yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Seperti juga tehologi yang ada dalam bidang kedokteran, di mana hal ini sungguh dirasa cukup membantu dalam proses penyembuhan atau lainnya.

Di antara alat yang diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia adalah mesin cuci. yaitu alat yang khusus diciptakan untuk meringankan beban seseorang dalam hal mencuci. Keberadaan mesin cuci sangat membantu bagi kehidupan manusia. Sebab dengan mesin cuci ini, para ibu-ibu tidak lagi capek karena berlama-lama untuk mengucek baju. Mereka tinggal meletakkan air dan deterjen ke dalam mesin cuci, lalu letakkan juga pakaian yang hendak dicuci. Selanjutnya mereka tinggal menunggu proses selesai.

Orang yang mempunyai aktivitas padat termasuk yang sangat diuntungkan dengan keberadaan mesin cuci ini. Mereka tidak akan lagi aktivitasnya dengan pekerjaan mencuci. Tentu juga tidak hanya yang memiliki aktivitas padat, tapi juga yang memiliki kantong tebal. Jadi tidak semua orang bisa memanfaatkan alat ini.

Disamping meringankan dalam hal mencuci, adanya mesin cuci juga dimanfaatkan oleh orang yang kreatif dalam membaca peluang bisnis. Mereka berfikir akan dapat pemasukan dengan cara mengadakan jasa mencuci, yang lebih sering dikenal dengan jasa laundry. Sehingga pundi-pundi pendapatan pun terus mengalir. Selain itu, orang lain juga diuntungkan, karena mereka bukan hanya mudah dalam hal mencuci, melainkan sekarang mereka tidak lagi memikirkan pakaian kotor. Tinggal serahkan ke jasa laundry, lalu pakaian itu bisa diambil dalam keadaan bersih.

Bagi orang yang punya kesibukan namun tidak mampu untuk membeli musin cuci sendiri, juga terbantu dengan semakin menjamurnya penyedia jasa loundy ini. Dengan demikian mereka yang sibuk tetap bisa melakukan aktivitasnya tanpa harus memikirkan baju-baju kotornya bahkan mencucinya sekalipun.

Namun, apa jadinya kalau menjamurnya jasa laundry ini juga merambat ke dunia pesantren?.

Telah kita ketahui bersama, bahwa pondok pesantren selain sebagai pusat menuntut ilmu juga berperan sebagai kawah candra dimuka  untuk menyiapkan insan-insan yang mandiri dan bertanggung jawab. Sehingga akan selalu siap untuk menghadapi atau berada dalam kondisi sesulit apapun. Oleh karenanya, pesantren yang dikenal dengan kepribadian kesederhaanan dalam berprilaku dan bersikap harus selalu menerapkan dan memegang teguh prinsip tersebut. Mengingat hal ini merupakan salah satu prinsip pokok sebagai bekal dalam mempersiapkan kader-kader terkemuka.

Selain itu, diakui atau tidak pesantren merupakan lembaga pendidikan alternative bagi sebagaian orang yang keadaan ekonominya menengah ke bawah. Atau dengan bahasa lain kurang mampu. Mengingat baiaya pendidikan di pesantren di kenal dengan murah meriah jika dibaningkan dengan biaya pendidikan di luar pesantren.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah pesantren bisa mempertahankan kesederhanaan di tengah gempuran gaya hidup hedonis yang dicontohkan oleh orang luar?. Apakah para santri akan tergiur dengan apa yang dilakukan oleh orang yang memang dipersiapkan untuk menghancurkan umat Islam secara pelan-pelan?. Di mana meraka dengan gencar menggambarkan hidup yang sangat wah. Seakan-akan mereka menyampaikan bahwa kehidupan dunia hanya untuk bersenang-senang. Hal demikian ini mereka sampaikan melalui media televisi, internet dan media cetak.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, salah satunya bisa kita lihat dari keberadaan jasa laundry. Ternyata, sekarang ini cukup banyak santri yang mulai memanfaatkan jasa loudry ini, dengan alasan padatnya aktivitas yang dilakukan di pesantren. Melalui jasa laundry, menurut mereka tidak akan lagi memikirkan pakaian. Mereka bisa fokus kepada pelajaran. Tentu dengan memperhatikan alasan ini, jasa laundry terbukti sangat bermanfaat bagi para santri.

Sayangnya, di balik manfaat-manfaat itu, ada akibat lain yang juga perlu dipertimbangkan. Yakni, akibat yang terbilang efek ‘buruk’ dari adanya jasa laundry, dan ini merupakan efek nyata, bukan hanya hayalan. Di antara akibat kurang baik dari laundry itu ialah,

Pertama, lunturnya gaya hidup sederhana. Padahal gaya hidup sederhana inilah yang akan mengantarkan seseorang untuk memiliki jiwa-jiwa tangguh, seperti telah disebutkan di atas. Coba sekarang kita renungkan keberadaan manusia yang disiapkan oleh Allah sebagai penutup para utusan, yaitu Nabi kita, Muhammad saw. Kenapa beliau lahir dalam keluarga miskin?. Mengapa ayah beliau tidak mewarisi harta sepeserpun untuk bekal kelak?. Hal ini tak lain adalah untuk memberikan pelajaran bagi kita bahwa kehidupan sederhana terbukti akan membangun karakter jiwa manusia yang tangguh. Terbukti, Nabi Muhammad diakui sebagai manusia paling berpengaruh yang ada di bumi ini, yang telah mengantarkan manusia dari peradaban yang  kelam menuju peradaban yang dipenuhi cahaya iman.

Jadi gampangnya, Allah tidak ingin manusia akan bermental ‘kerupuk’ dengan adanya kehidupan mewah. Allah mengingikan hambanya memiliki mental baja. Sehingga akan mampu menghadapi segala ujiannya. Tentu salah satu cara agar memiliki mental jauh adalah dengan kehidupan sederhana.

Kalau kita memperhatikan para kyai-kyai dahulu juga begitu. Mereka mempraktekkan kehidupan sederhana. Kita mungkin sudah tahu bagaimana kesederhanaan KHR. As’ad Syamsul Arifin. Walaupun beliau kaya tidak pernah menampakkan bahwa beliau kaya. Bahkan asrama santri jauh lebih baik dari pada kediaman beliau. Kehidupan sederhana inilah lalu diajarkan oleh beliau kepada santrinya. Pada suatu ketika beliau pernah berkata, “Atur penghematan, sanri ajari atapah!”.

Kehidupan sederhana ini juga dipraktekkan orang yang sudah diakui kehebatan dan kesuksesannya. Misalnya Mark Zuckerberg—pencipta facebook— tetap tinggal di apartemen kecil di mana kasurnya diletakkan di lantai. Di kamarnya itu pun hanya terdapat sebuah meja dan kursi. Ketika hendak ke kantornya pun dia berjalan kaki atau dengan mengayun sepeda. Jadi tidak tampak seorang yang kaya raya. Padahal hartanya ditaksir sebanyak 13,5 triliun rupiah.      

Kedua, condong kepada pemborosan. Sebagai rasionalisasinya, anggaplah biaya jasa laundry sebesar Rp.5.000 untuk 10 baju biasa. Sedangkan kalau kita mencuci sendiri diperkirakan hanya akan menghabiskan sekitar Rp.2.000 untuk membeli deterjen dan pengharumnya. Tentu dengan demikian, mencuci sendiri akan lebih hemat. Apalagi kalau santri yang bersangkutan hanya diberi uang untuk biaya membeli sabun cuci plus pengharumnya, dan bukannya diberi uang untuk jasa laundry.  

Untuk masalah hemat ini Allah telah menjelaskan dalam firmannya yang tertera dalam surat al-Furqan ayat 67, yang artinya, Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan”. Jadi melalui ayat ini Allah menggolongkan orang hemat kepada orang-orang yang mempunyai derajat mulya di sisi Allah. Oleh karena itu, kalau ingin menjadi orang yang mendapatkan tempat khusus di sisi Allah, maka salah satu caranya dengan melakukan penghematan.

Ketiga, akan menimbulkan rasa gengsi untuk mencuci sendiri. Santri akan merasa terhormat kalau tidak perlu mencuci sendiri. Mereka akan merasa melibihi teman-temannya kalau menggunakan jasa laundry. Hal ini tentu termasuk hal yang tidak baik, karena sudah masuk dalam ketegori sombong.  Dan rasa sombong ini, menurut al-Razi—seorang ahli tafsir terkemuka—bisa timbul akibat gaya hidup boros.

Tentunya kita tidak ingin segala hal ini akan terus menimpa pada para santri. Sebab jika kondisi ini tetap dibiarkan, apakah tidak mungkin santri akan menjadi insane yang elit yang enggan untuk melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya. Serta akan menjadi insan yang tidak bisa tahan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin ‘ganas’. Padahal mereka dipersiapkan untuk menjadi pejuang penegak kebenaran yang akan selalu memiliki misi lii’lai kalimatillah dengan semangat rahmatan li al-alamin. Dan salah satu syarat mutlak dari pejuang adalah memiliki karakter kuat dan tangguh.

Bagaimana lantas dengan kesibukan yang cukup padat?. Sebenarnya jika kita pandai dalam mengatur waktu, sesibuk apapun pasti akan memiliki waktu untuk mencuci. Misalnya dengan mencicil, setiap mandi mencuci satu baju. Atau kalau tidak mungkin dengan hal itu, atur waktu sedemikian rupa sehingga akan memiliki waktu luang untuk mencuci. Bukankah kita tidak akan terus sibuk selama 24 jam?. Jadi tidak ada alasan untuk kesibukan yang padat.

Sebagai akhir dari tulisan ini; mari kita renungkan, “Apakah kita mau menjadi insan tangguh dengan hidup sederhana ataukah akan menjadi insan bermental kerupuk dengan gaya hidup elit”.

Tinggalkan Balasan