Iqra’; Jangan Hanya Membaca Tulisan

0
501

Telah menjadi rahasia publik bahwa surah yang pertama kali Tuhan titahkan adalah surah al-‘Alaq. Kata yang menjadi awal surah tersebut adalah kata iqra’. Setiap hari atau setiap saat kata tersebut senantiasa singgah di telinga kita atau kita mengejanya sendiri. Namun walaupun demikian, pernahkah kita bertanya mengapa Tuhan menitahkan surah yang pertama (al-‘Alaq) dengan diawali kata iqra’. Setidaknya jika kita malas untuk bertanya, pernahkah kita berpikir tentang peletakan awal kata tersebut. Jika tidak, sungguh kita termasuk orang-orang yang apatis terhadap berbagai makna khususnya makna al-Qur’an. Mungkin selama ini kita membaca al-Qur’an dalam keadaan hati kita terhijab karena dosa yang menempel tebal di dinding hati kita. Atau, jangan-jangan kita punya anggapan bahwa al-Qur’an tuna makna, sehingga di saat kita membaca al-Qur’an kita tidak perlu memperhatikan kata demi kata. Tapi alasan yang lebih tepat dan akurat adalah karena kita malas berpikir. Na’udzubillah…

Dalam buku besarnya Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, beliau memberi pemahaman tentang kata iqra’, bahwa kata iqra’ merupakan salah satu kata amr (perintah), yang khithab (audien)-nya ketika itu adalah Muhammad. Dari kata tersebut Muhammad diperintahkan untuk membaca guna lebih memantapkan lagi hati beliau. Kata tersebut seakan menyatakan: Bacalah wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan banyak engkau terima, dan baca juga alam dan masyarakatmu. Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan pengetahuan. Bacalah semua itu tetapi dengan syarat hal tersebut engkau lakukan dengan atau demi nama Tuhan Yang selalu memelihara dan membimbingmu setiap detak jantung dan detik waktu [Tafsir al-Mishbah, Volume !5, hal. 392].

Kata iqra’ terbentuk dari kata kerja qara’a. Secara bahasa kata qara’a mempunyai banyak aneka ragam arti. Antara lain: menyampaiakan, menela’ah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan sebagainya.

Dari aneka ragam arti di atas dan juga pemahaman yang diajukan oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab dapat diambil kesimpulan bahwa kata iqra’  tidak hanya mempunyai arti membaca, yang pada umumnya dikonotasikan pada sesuatu yang tertulis saja. Berpijak dari kesimpulan tersebut, maka titah Tuhan yang pertama kali terungkap itu mengandung berbagai macam interpretasi. Diantaranya: pertama, Tuhan mengawali titah-Nya dengan kata iqra’  karena itu merupakan salah satu indikasi bahwa titah-Nya tidak hanya ayat itu, akan tetapi masih banyak yang akan diwahyukan kepada Muhammad. Interpretasi ini seirama dengan pemahaman yang dipaparkan dalam buku Tafsir al-Mishbah, sebagaimana tertera di atas. Kedua, Tuhan menggunakan kata iqra’ karena bertujuan agar Muhammad ketika menerima wahyu tidak langsung diamalkan atau disampaikan kepada ummatnya, akan tetapai harus dipahami terlebih dahulu secara mendalam. Interpretasi ini sesuai dengan salah satu arti dari kata iqra’. Ketiga, Tuhan menggunakan kata iqra’  karena wahyu-wahyu yang terungkap memiliki arti yang sangat beranika ragam dan tanpa batas, sehingga untuk memahami titah Tuhan harus ditela’ah secara mendalam. Interpretasi ini terbukti dengan perselisihan para ulama’ dalam memahami titah-titah Tuhan. Keempat, Tuhan menggunakan kata iqra’ terlebih dahulu karena untuk memahami wahyu Tuhan memang harus dengan membaca.

Beberapa interpretasi di atas  tidak lain hanya menjelaskan tentang arti yang berkonotasi pada sesuatu yang tertulis saja. Ada interpretasi lain yang perlu kita ketahuai dan pahami, yaitu interpretasi yang seharusnya menjadi bahan renungan kita. Memang sangat tepat ketika Tuhan mengawali titah-Nya dengan kata iqra’, karena untuk mengetahui dan memahami sesuatu apapapun harus diawali dengan cara membaca. Namun, yang dimaksud membaca di sisni adalah sebagaiamana pemahaman Prof. Dr. M. Quraish Shihab bahwa kata iqra’ tidak hanya berkonotasi terhadap sesuatu yang tertulis (sebagaiama ketarangan di atas).

Oleh sebab itu, membaca bisa berkonotasi pada keadaan atau suatu masalah yang ada di sekitar kita, atau pada diri kita sendiri. Sebenarnya membaca merupakan pintu bagi kita untuk membuka berbagai hal guna mengetahui hakikat dan rahsia sesuatu apapun.

Karena demikian, sering kali kita menilai atau mengkaliam sesuatu atau seseorang dengan tanpa terlebih dahulu membacanya. Sehingga apa yang terjadi? salah paham yang sering kali pula muncul, bahkan fitnah pun mengiringi ketika kita menilai dan mengkalaim tanpa membaca. Sesungguhnya misi Tuhan mengawali titahnya dengan kata iqra’ tidak lain agar kita senantiasa mengawali semuanya dengan membaca.

sumber gambar: xeniagreekmuslimah

Tinggalkan Balasan