Enam fakta itu
- Abi selalu menggandeng tangan istrinya saat berjalan, jikapun 1 tangan jg tak bisa menggandeng krn suatu hal, Abi selalu meminta istrinya yg menggandeng tangannya. Alasannya dia bertanggung jawab atas jalan istrinya supaya selalu aman.
- Abi selalu mencium kening istrinya disaat-saat tertentu, sebelum & sepulang bekerja, sesudah sholat, sebelum dan sesudah tidur. Alasannya sebagai tanda bahwa dialah pelindung & penenang istrinya agar istrinya selalu merasa nyaman.
- Abi tidak pernah berteriak pd istrinya, alasannya suara yang keras dari suami utk istrinya adalah cambuk yang menyakitkan.
- Abi tdk prnah mencela dan memaki istrinya sebesar apapun kesalahan yang diperbuat alasannya makian dan celaan bukan kata yang bijak mengajarkan kebenaran.
- Abi selalu memeluk dan membelai istrinya jika istrinya berbuat salah, alasannya mulut dan perbuatan istri adalah tanggung jawab suami, bila istri sampai tidak terkontrol itu adalah salah suami, sebab itu dia selalu memeluk dan membelai istrinya sambil berkata “maafkan Abi, lain kali jangan kamu ulangi kesalahan itu lagi, jadilah istri yang soleha dan baik, salahkan Abi saja”.
- Abi selalu bangun sebelum dan berangkat tidur setelah istrinya, alasannya kewajibannyalah utk melindungi hidup istrinya dimulai saat bangun tidur dan sampai αƙαn tidur, itulah janji suami pd istrinya.
Sunnah Nabi
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيْ
“Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku”
Keteladanan tertinggi dalam keluarga tentu yang menjadi satu-satunya contoh adalah Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meski bagaimanapun besarnyaperhatian dan banyaknya kesibukan beliau dalam mengembangkan dakwah dan menegakkan agama, memelihara jama’ah, menegakkan tiang daulah, beliau tetap sangat memperhatikan para isterinya. Beliau adalah manusia yang senantiasa sibuk berhubungan dengan Tuhannya seperti berpuasa, shalat, membaca al-Qur’an, dan berdzikir, sehingga kedua kaki beliau bengkak.
Namun, sesibuk apapun beliau tidak pernah melupakan hak-hak isteri-isteri beliau yang harus beliau penuhi. Jadi, aspek-aspek Rabbani tidaklah melupakan beliau terhadap aspek insani dalam melayani mereka dengan memberi makanan ruhani dan perasaan mereka yang tidak dapat terpenuhi dengan makanan yang mengenyangkan.
Dalam menjelaskan sikap Rasulullah dan petunjuk beliau dalam mempergauli istri, Imam Ibnu Qayyim berkata:
“Sikap Rasulullah terhadap isteri-isterinya adalah bergaul dan berakhlak baik kepada mereka. Beliau pernah menyuruh gadis-gadis Anshar menemani Aisyah bermain. Apabila Aisyah menginginkan yang tidak dilarang oleh agama, beliau menurutinya. Bila Aisyah minum dari suatu bejana, maka beliau ambil bejana itu dan beliau minum dari padanya pula dan beliau letakkan bibir beliau di tempat bibir Aisyah tadi, dan beliau juga biasa makan kikil bergantian dengan Aisyah.
Beliau biasa bersandar di pangkuan Aisyah, beliau membaca al-Qur’an sedang kepala beliau berada di pangkuannya. Bahkan pernah ketika Aisyah sedang haid, beliau menyuruhnya memakai sarung, lalu beliau memluknya. Bahkan, pernah juga menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa”.
Memang, sebagai seorang suami harus bersikap lemah-lembut pada istrinya, lebih-lebih dalam hal perkataan. Ada sebagian suami yang mungkin menyakiti isterinya tidak memukul, tapi dia sering menyakiti isterinya dengan perkataannya yang keras dan kasar. Menyakiti dengan perkataan keras dan kasar rasa sakitnya melebihi rasa sakit pukulan. Oleh sebab itu, semaksimal mungkin dalam menjaga perkataan kepada isteri. Nabi bersabda,
اِنَّ اللهَ يَبْغَضُ الْجَعْظَرِيَّ اْلجَوَاظَ
“Sesungguhnya Allah membenci al-ja’zhari al-jawawazh”
Tentang penafsiran hadits di atas, dikatakan bahwa yang dimaksud adalah orang yang bersikap keras pada isterinya dan sombong pada dirinya. Dan ini merupakan salah satu makna firman Allah: ‘uthul dalam ayat:
عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ
“yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya” (QS. Al-Qalam:13)
Ada yang mengatakan bahwa lafad ‘uthul berarti orang yang kasar mulutnya (perkataannya) dan keras hatinya terhadap keluarganya.
Keharusan suami bergaul dengan baik terhadap isteri dinyatakan oleh Allah,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالمَعْرُوفِ
“Dan bergaullah dengan mereka secara ma’ruf”
Ayat di atas dengan jelas mengahruskan seorang suami bergaul dengan isteri secara ma’ruf. Kata ma’ruf oleh sebagian ulama’ dipahami dengan arti tidak mengganggu, tidak memaksa, dan juga lebih dari itu, yakni berbuat atau perlakuan baik kepada isteri. Imam al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa yang dimaksud perlakuan baik kepada isteri bukan hanya tidak menyakiti mereka, tetapi juga sabar menerima keluhan mereka serta memperlakukannya (menyikapinya) dengan kelembutan dan memaafkan di saat mereka menumpahkan emosi dan kemarahan.”
Analisa tentang sikap Uje pada isterinya
1. Menggandeng tangan isterinya ketika berjalan
Menggandeng tangan merupakan tanda keeratan suatu ikatan hati dan cinta diantara dua anak manusia, serta sebagai bukti bahwa diantara keduanya tidak akan membiarkan orang yang dicintai lepas dari sisinya.
2. Mencium kening istrinya
Mencium kening selain sebagai tanda pelindung dan penenang istri, juga sebagai bukti bahwa ada rasa cinta dan sayang. Orang yang tidak cinta dan sayang, dia enggan mencium kening seorang pasangannya. Dan lagi, mencium kening seseorang yang dicintai akan menambah-kuatkan rasa cinta.
3. Tidak pernah berteriak pada istrinya
Memang, suara yang keras dari suami untuk istrinya adalah cambuk yang menyakitkan. Sebab, perasaan perempuan sangat lembut. Sesuatu yang lembut ditimpa sesuatu yang keras akan membuat sesuatu yang lembut itu tertindih dan tertekan.
4. Tidak prnah mencela dan memaki istrinya
Makian dan celaan bukan kata yang bijak mengajarkan kebenaran. Karena dengan kelembutan, kesalahan seorang isteri akan bisa diperbaiki, serta kekeliruannya akan mudah dibenarkan. Ingat! Perempuan adalah makhluk yang memiliki perasaan yang lembut.
5. Memeluk dan membelai istrinya
Berpelukan akan memberi energi khusus bagi perasaan. Ketika kita berada dalam pelukan seseorang, kita merasakan ada kekuatan yang membaluti kelemahan diri kita, kita merasakan kehangatan ketika tubuh kita menggigil kedinginan, kita merasakan ditata ketika jiwa, hati dan perasaan hancur, kita merasa tidak takut ketika ada sesuatu yang menghantui diri kita, kita merasa aman ketika ada seseuatu yang mengancam diri kita, kita merasa bahagia ketika derita menimpa kita, kita merasa sempurna ketika kita sebelum dipeluk merasa diri kita kurang, dan kita merasa menyatu ketika kita berpelukan. Untuk lebih luas pemahaman tentang berpelukan, silakan kunjungi alamat ini, http://cyberdakwah.com/2013/04/energi-pelukan-bagi-perasaan/
Membelai isteri merupakan sentuhan yang menunjukkan sikap kelembutan, sikap kasih sayang, dan sikap kemesraan. Seorang suami yang tidak pernah membelai isterinya, rasa kasih sayangnya perlu dipertanyakan.
6. Selalu bangun sebelum dan berangkat tidur setelah istrinya
Hal inilah yang dimaksud, menjaga dan melindungi orang yang dicintai dalam keadaan apapun dengan usaha yang maksimal.
Semoga kita (para suami dan calon suami) bisa meniru sikap-sikap almarhum Uje pada isterinya. Sehingga kita (para suami) menjadi suami yang shalih dan tentu akan dikenang oleh isteri kita, dan kita (calon suami) akan menjadi impian para perempuan. Dan, semoga Uje diterima di sisi Allah swt. Amin…
(Referensi: Buku fatwa-Fatwa Kontemporer/Dr. Yusuf Qardhawi, Buku Tarsir al-Mishbah/M. Quraish Shihab, Img: google)
Subhanallah..semoga Allah menambah pahala dan kebaikan setelah membaca artikel ini..terima kasih