Menghadapi Kemajuan Zaman Hanya dengan Bersujud

0
650

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang telah dianugerahi kelebihan bila dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Diantara makhluk ciptaannya hanya manusia yang menyatakan sanggup untuk memikul amanat-Nya. Sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,”(Q.S. Al-Ahzab: 72)

Akan tetapi bagaimanapun juga dibalik kelebihan yang dimilikinya, manusia juga mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan, disamping memiliki akhlak yang baik (akhlakul karimah) juga memiliki akhlak yang buruk (akhlakul mazmumah). Dan tampaknya akhlakul mazmumah ini banyak mendominasi kehidupan manusia bila tidak mendapat hidayah dari Allah SWT.

Diantara beberapa macam akhlakul mazmumah (perangai tidak terpuji) yang sering mendominasi kehidupan manusia ada 3 yaitu Keluh Kesah, Gelisah dan Kikir. Sebagaimana firman Allah :

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.(19), Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,(20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,(21), Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,(22), Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,(23).

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam diri manusia itu terdapat tabiat dan watak seperti itu yang akan selalu ada dan menyertai kehidupan manusia. Karena memang manusia tidak terlepas dari dua sisi atau dua potensi yaitu potensi baik dan buruk, ada sisi baiknya dan ada sisi buruknya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Q.S. Asy-Syams ayat 8). Jadi ada dua potensi yang akan mempengaruhi jiwa manusia yaitu fujur (keburukan) dan taqwa (kebaikan).

Perangai Tidak Terpuji

Akhlak Mazmumah atau perangai yang tidak terpuji banyak yang terdapat dalam diri manusia. Berikut ini hanya diuraikan beberapa saja, diantaranya :

Keluh Kesah

Keluh kesah merupakan salah satu watak atau tabiat buruk yang selalu menghinggapi manusia, hati tidak tenang, cemas, perasaan takut dan khawatir selalu menyelimuti, serta selalu merasa kurang dan tidak pernah merasa puas. Resah dan duka karena mengenang masa lalu yang penuh dengan dosa dan noda. Bimbang menghadapi keadaan yang akan datang karena tidak mempunyai persiapan yang matang, sehingga hidupnya serba payah dan susah. Sesuai dengan firman Allah:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.(Q.S. Al-Balad: 4)

Buya Hamka didalam tafsirnya Al-Azhar mengutip sebuah ungkapan dari Yaman: “Tidak ada Allah SWT menciptakan makhluk yang lebih banyak susah payah dalam hidup ini melebihi anak Adam, padahal dia adalah makhluk yang paling lemah. Dan memang susah payah itu merupakan bagian dari pada hidup.”

Hampir tiap hari, bahkan tiap saat kita selalu mendengar Keluh Kesah di tengah aktifitas kehidupan kita, Keluh Kesah yang kadang sangat erat hubungannya dengan kondisi jiwa dan iman yang sedang melemah. Orang yang hatinya sepi dari iman itu mengira bahwa kesedihan itu bersifat abadi, kekal dan tiada yang dapat menghilangkannya. Ia pun mengira bahwa masa yang akan datang adalah akan menjadi petaka baginya. Maka dipenuhilah hatinya dengan bermacam kesedihan, sehingga ia mengira bahwa ia tidak akan terlepas dari kesedihan ini. Ia telah dimakan oleh kesedihan dan dirobek-robek oleh Keluh Kesah. Hal ini terjadi karena ia tidak berlindung kepada pilar penyangga yang kokoh bagi azamnya, dan tidak menggantungkan cita-cita dan harapannya kepada Allah.

Gelisah

Manusia merupakan makhluk yang selalu dilanda gelisah, was-was dalam hatinya, serta salah dan gampang menyalahkan pada orang lain, tidak pintang mengoreksi dirinya dimana kiranya letak kesalahan dan kecurangannya serta mudah menyesali nasib yang menimpa dirinya. Lazimnya orang tipe begini adalah orang yang hanya mau terima beres dan cenderung menganggap dirinya paling benar dan bersih. Dalam pandangan Islam justru inilah orang yang kerdil dan bodoh. Sebagaimana firman Allah:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih?[308]. sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.(Q.S. An-Nisa’: 49). Yang dimaksud di sini ialah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menganggap diri mereka bersih. Lihat surat Al Baqarah ayat 80 dan ayat 111 dan surat Al Maa-idah ayat 18.

Mendinding Diri (Kikir)

Bila manusia mendapat ni’mat dan rizkinya lapang, ia tidak dapat menguasai diri, berlaku congkak dan sombong, serta lupa daratan. Segudang alasan untuk mengelak bila ada orang datang minta bantuan, lupalah ia kalau dulunya melarat, bertambah mampu bertambah pula kebakhilan dan kesombongannya dan semakin banyak pula ulahnya. Allah berfirman:

Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.(Q.S. Al-‘Adiyat: 8)

Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud ayat ini Ialah: manusia itu sangat kuat cintanya kepada harta sehingga ia menjadi bakhil. Apabila sikap dan perangai Halu’a (Keluh kesah), Jazu’a (Gelisah) dan Manu’a (Mendinding diri/ kikir) sudah terlalu dalam hinggap di hati manusia, maka akibatnya akan terkena penyakit modern yang disebut Stres. Ketika hati kosong dari iman yang menegakkan dan meluruskannya ini, maka ia akan goyah, senantiasa terombang-ambing bagaikan bulu yang terbangkan angin, ia akan terus goncang dan takut. Ketika ditimpa kesusahan ia mengeluh, ketika dikaruniai kesenangan iapun kikir. Sangat kikir terhadap kelapangan saat ia mendapatkannya. Ia mengira bahwa keberhasilan itu karena upaya dan jerih payahnya sendiri. Karena itu ia lantas bersikap kikir kepada orang lain, dan memonopoli kekayaan untuk pribadinya sendiri. Sehingga, jadilah ia sebagai tawanan bagi kekayaannya, dan menjadi budak bagi kerakusannya.

Hal ini disebabkan karena ia tidak mengetahui hakikat rezeki dan peranannya. Ia tidak melihat kebaikan Tuhannya kepadanya karena sudah terputus hubungannya, dan hatinya sudah kosong dari merasakan keberadaan dan campur tangan-Nya. Karena itu, ia selalu berkeluh kesah dalam kedua kondisinya. Yaitu, berkeluh kesah di saat susah dan berkeluh kesah ketika mendapat kesenangan, inilah gambaran buruk manusia ketika hatinya kosong dari iman.

Bagaimana Menanggulanginya?

Bila sudah demikian halnya, ilmu medis tidak mampu lagi berbicara karena memang yang mampu mengatasi hanyalah non-medis (agama). Dari sinilah akan ditemukan obat penawarnya guna menentramkan hati dan jiwa ialah dengan cara Zikir, selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan kapanpun. Allah berfirman:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Q.S. Ar-Ra’du: 28). Dan juga firman Allah SWT :

 “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.(Q.S. Thaha: 14)

Memang shalatlah yang sanggup menanggulangi tiga (3) perangai tidak terpuji tersebut diatas sesuai petunjuk Allah dalam Surat Al-Ma’arij ayat 22-23 sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya.

Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,(22),  Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,(23). Shalat lebih dari sekedar rukun Islam dan simbol iman. Ia adalah saran berhubungan dengan Allah dan tindak lanjut dari kesadaran batinnya. Maka sholatnya ini adalah sholat yang tidak pernah ia tinggalkan lantaran lalai ataupun malas. Kata “daaimuun” dalam ayat ini mengisyaratkan perhatian terhadap sifat keseriusan dan kesungguhan dalam hubungannya dengan Allah,  sebagaimana hubungan inipun harus dihormati, karena hubungan ini bukanlah permainan yang begitu saja dapat disambung dan diputuskan sesuai selera.

Namun timbul pertanyaan, shalat yang bagaimanakah yang mampu membebaskan tabi’at buruk atau dengan bahasa lain yang mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Ankabut: 45)

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita saksikan orang yang rajin shalat tetapi rajin pula berbuat maksiat. Disiplin mengerjakan shalat, disiplin pula berbuat dusta dan jahat. Betapa ancaman Allah terhadap para pelaku shalat model ini.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,(4),  (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,(5). (Q.S. Al-Ma’un: 4-5)

Yakni lalai apa sebenarnya tujuan dari pada shalat yang dikerjakan, tidak pernah ada upaya untuk memahami dan menghayati makna yang terkandung dalam shalat. Disini semakin jelas bahwa yang dikecualikan oleh Allah dan diselamatkan dari berbagai perangai buruk adalah para pelaku shalat dan ia istiqomah (konsekuen) artinya berusaha memahami makna yang terkandung di dalamnya kemudian berupaya menterjemahkan dalam kehidupan nyata atau dengan kata lain seluruh ikrar (janji) dan permohonan yang diucapkan dalam shalatnya dibuktikan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemajuan zaman telah membawa manusia untuk berpikir keras dalam persaingan hidup yang semakin meningkat, sehingga seseorang akan gampang hilang keseimbangan jiwa yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan. Bila kondisi manusia telah sedemikian, hanya iman dan shalatlah yang mampu menjadi penawar yang mujarab bagi kesembuhan rohaninya yang sedang sakit. Apabila hal tersebut bisa dilakukan, maka tidak hanya tiga perangai buruk tersebut yang bisa dihindari tapi jauh lebih dari itu. Sebagaimana firman Allah tadi dan juga Nabi Muhammad SAW bersabda: “Shalat adalah kunci (pembuka) segala kebaikan.(H.R. Thabrani).Wallohu ‘a’lam Bishshowab!!!.

Author: Rhoni Rodin, Pegawai STAIN Curup- Rejang Lebong, Bengkulu, Img: staticflickr.

Tinggalkan Balasan