The Next Generation

0
510

Dari sabang sampai merauke

Berjajar pulau-pulau

Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia

Untaian zamrud khatulistiwa, bentangan pulau-pulau nan berkilau, hamparan sawah yang meluas, pantai yang menawan hati. Sejauh mata memandang maka kau akan dimanja dengan pemandangan alam yang ada di negeriku tercinta. Hingga kau pun akan berujar “Wauw SEMPURNA” tak ada kekurangan yang kau lihat. Hingga kau pun akan tertegun melihat batang yang ditanam  mampu berubah menjadi pohon, berbeda dengan negerimu. Jangankan batang kau tanam, kau mencoba menanam pohon juga sulit untuk tumbuh. Ya negeriku ini memang negeri yang sangat indah dan juga makmur hingga para kaupun bergantian mengunjungi negeriku untuk melihat indanya negeri ini. Kau tentunya tau negeri yang ku maksud, karena kau pun sering mengunjungi kami. Ya benar,, negeriku tercinta adalah Indonesia.

Namun sayang, dibalik keindahan alam yang kau kagumi dari negeri yang kucintai, ternyata menyimpan luka dan duka yang mendalam. “kau tau mengapa?” karena kini dinegeriku sedang mengikuti sebuah trend dimana kekuasaan direbutkan, uang segala-galanya, gila kepemimpinan namun tak pasti dengan amanah, mengobral janji yang tak pasti dan tak tau malu seakan telah menjadi teman setia hingga nasib khalayak tak lagi difikirkan dan tak lagi dipedulikan. Jika kau berkeliling di negeriku, maka sesekali perhatikanlah dibawah kolong jembatan, pasti kau akan melihat pemandangan yang sungguh memiriskan. Mereka tidur dibawah kolong jembatan. Saat terjadi trafic jamp kau pun akan menemukan banyak sekali anak-anak mulai dari dewasa hingga anak kecil yang mengentuk-ngetuk pintu mobilmu dengan membawakan lagu. Belum lagi mereka yang berjalan-jalan dengan tangan menengadah meminta disantuni. “mereka kelaparan ditengah kemakmuran negeriku”. “Apa komentarmu menyaksikan semua itu?” jika aku ditanya maka aku akan menjawab sungguh Sakit hati ini. “Kau tau?”. Sakit menyaksikan semua itu terjadi dinegeri tercintaku.

Disini negeri kami, tempat sawah terhampar luas

Samudranya kaya raya, negeri ini subur permai

Dinegeri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka

Anak kurus tak sekolah, pemuda desa tak kerja

Mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar

Tapi tak perlu terus merenungi semua keadaan itu, karena itulah kenyataan yang dialami. Namun yang membuat ku bingung “dimana para pemimpin yang seharusnya bisa melayani mereka rakyat kecil dan jelata? Kemana hati nuranimu menyaksikan semua itu?” tak tahu aku dengan semua ini. “Sungguh ku tak mengerti dengan semua ini”. Tapi tak perlulah difikir. Lebih baik sekarang mencari solusi daripada terus mempermasalahkan keadaan ini. Yaitu sudah saatnya aku dan kau bangkit. Bangun dari tidur panjang kita. Kini saatnya kita beraksi setelah sekian lama kita berkutat dengan teori.

Yang muda yang bekarya

Wahai para pemuda sudah saatnya kau bangun dari tidur panjangmu. Lupakan semua urusan kecil yang kau punya dan beralihlah pada urusan-urusan negeri yang menimpa. Karena sesungguhnya negeri ini telah bosan dengan status yang disandang, berkembang dan berkembang. Mau sampai kapan negeri kita menjadi negera berkembang? Negeri ini butuh pemikiranmu. Negeri ini butuh ide-ide brillianmu, negeri ini merindukan sosok pemuda yang mampu mengurus negeri ini dengan baik. Bukan malah ikut merusak dari dalam. Negeri ini menginginkan integritas bukan hanya pandai bersilat lidah tapi tiada aksi. Negeri ini merindukan tiga kata. Ya tiga kata yaitu “MAJU dan MAKMUR”

Bertahun-tahun kita telah merdeka dari penjajah. Telah berhasil nenek moyang kita mengusir para penjajah itu dari negeri kita tapi faktanya sekarang penjajahan itu masih berlangsung. Penjajah yang tidak berwujud. Karena ia berada dalam fikiran dan paradigma para penguasa (walau tak semua) hingga kita tidak tau kalau kita sedang dijajah. Ingat kembali perjuangan-perjuangan yang telah dimulai dan dirintis oleh para pahlawan kita dimasa lalu. Kini saatnya kita yang menjadi pahlawan itu. Ingat peluh keringat hingga darah pun rela dikorbankan demi kemerdekaan tapi saat kemerdekaan itu telah kita sandang, kita justru menjajah diri sendiri.

“Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku ubah dunia”

Masih ingat kata-kata Soekarno diatas? Ya. Tapi tentunya muncul sebuah pertanyaan. “Mengapa harus sepuluh pemuda??” “Mau tau mengapa?”. Jawabanya adalah  Sedikit tapi luar biasa lebih baik daripada banyak tapi biasa saja. Karena kita tidak butuh banyak pemuda tapi tidak mempunyai semangat. Yang dibutuhkan cukup sepuluh diantara ribuan bahkan jutaan pemuda yang ada, tapi sepuluh pemuda yang mempunyai komitmen dan semangat juang tinggi Ini sudah cukup, karena dengan sepuluh pemuda yang luar biasa ini akan mampu merubah dunia.

Ditangan kita lah nasib Indonesia negara kita menanti. Apakah kita akan mewarisi nilai juang para pahlawan ataukah justru menjadi perusak seperti sekarang. Semua itu pilihan. Indonesia menanti. Bukan nanti tapi sekarang. Dimulai dari sekarang ini. Langkah-langkah kecil untuk tujuan besar. Ingatlah bahwa kita adalah agent of change, agen perubahan yang akan mengubah indonesia menjadi lebih baik. Kita adalah generasi penerus dan calon pemimpin yang dinanti.

“Dan hendaklah ada segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka adalah orang-orang yang beruntung” Qs. Ali Imran:104

Dalam firman Allah diatas pun Allah menyeru hanya segolongan bukan semua, itu artinya kualitas lebih utama dari pada kuantitas. Yang sedikit yang bermakna. Dan itu adalah aku dan kau yang mau. Sudah saatnya kita mensyukuri nikmat Allah yang diberikan pada Indonesia dengan menjaga dan merawat serta memakmurkan negeri ini. Hingga tak ada lagi kelaparan di negeri yang subur makmur. Tak ada lagi kemiskinan di negeri yang kaya raya dengan semua potensi yang Allah anugrahkan. Tak perlu lagi melihat tangan-tangan menengadah meminta belas kasih, yang ada adalah tangan-tangan yang memberi dan memberi. Hingga keberkahan membalut negeri Indonesia tercinta.

Kini tiba saatnya yang muda yang bekarya. Yang muda yang beraksi. Mulailah dari aksi kecil tapi nyata. Belajar yang rajin hingga gelar pun layak kau terima memang karena ilmumu. Belajarlah tentang agama hingga nanti kau tak menjadi lumpuh dalam berjalan. Karena sejatinya ilmu tanpa agama sama halnya dengan lumpuh. Dan agama tanpa ilmu akan menjadi buta. Karena aku dan kaulah the next generation. Generasi penerus dan perubah yang mengubah pada kebaikan. Allohu Akbar!!!

Oleh: Okta Dwi Astuti

Tinggalkan Balasan