“Alhmadulillah, ternyata aku mampu menuangkan perasaanku dalam lemabaran kertas yang selama ini tertahan”. Dalam benaknya, Alaik memuji Tuhan. Kemudian Alaik membaca hasil tulisannya,
ILAHI…..
Tidakkah Engkau Tuhanku
Bukankah aku hambaMu
Aku tidak marah
Hanya meminta
KekuasaanMu segalanya
JanjiMu tak terlupa
Tunjuki jalanku
Kabulkan do’aku
Engkau penciptanya
Mengapa harus dia
Apakah ini hidayah?
ILAHI…..
Tak terhitung waktu
Tak terbilang tenaga
Ikhtiarku sudah
Tapi mengapa
Karang tak terkikis ombak
Air tak melubangi batu
Kurangkah
Atau memang ada yang salah
Bukan karang yang kulihat
Bukan batu yang ku genggam
ILAHI…….
Kini semua sudah
Mata ini tak kuat
Tanganku lemah
Biarkan dia pergi tak terlihat kembali
Relakan dia lepas tak tersentuh kembali
Andai masih ada waktu
Ku hanya ingin dia tahu
Rasa ini tak kan mati
Kan ku tunggu
Di sisi gelap kehidupanku
Menjadi pengagum gelapnya
Malam ini benak Alaik masih mengingat-ngingat kekasihnya yang sekarang sudah menikah dengan laki-laki lain. Hatinya pun masih terikat dengan cinta itu. Batinnya tersiksa karena hampir setiap malam bayangan kekasihnya datang menghampiri. Sungguh malam ini menggelapkan hati Alaik. Hatinya telah tertutup oleh kegelapan asmara. Bintang-bintang yang memainkan cahaya indahnya, tak lagi indah bagi Alaik, bahkan Alaik merasa seakan-akan bintang yang memainkan cahayanya mengolok-olok dirinya yang dirundung derita. Bulan yang bersinar terang, terasa gelap di ruang kehidupan Alaik. Angin malam yang bersemilir membawa kesujkan, tak lagi terasa sejuk di tubunya Alaik. Alaik benar-benar merasakan kematian dalam hidupnya di malam ini.
“Tok…tok…tok…
“Alaik…. bangun! Sudah adzan shubuh, ayo Shalat!”
Ibu Alaik membangunkan Alaik dari balik pintu kamarnya.
“Ya, bu…Alaik bangun”. Jawab Alaik dengan nada tak begitu jelas.
Dengan kepala yang agak berat, karena Alaik tidur sangat larut malam, Alaik bangun lalu ke jading mengambil wudu. Beberapa menit Alaik telah menunaikan shalat shubuh.
###
“Laik, bangun! Uda pagi” Faris membangunkan Alaik dengan menepuk-nepuk paha Alaik.
Faris adalah sahabat karib Alaik sejak ada di pesantren. Mereka berdua sudah seperti saudara, tidur berdua dan makan berdua. Keduanya satu asrama. Namun meski demikian, ada perbedaan yang cukup jauh di antara keduanya.
Di pesantren, Alaik dikenal nakal, karena Alaik tidak rajin kuliah, tidak aktif berdiskusi, tidak pernah mengikuti solat jama’ah, ngaji kitab pun tidak pernah, di tambah lagi sering melanggar aturan pesantren seperti surat-suratan dengan santri putri. Namun, selain terkenal nakal, Alaik dijuluki dokter cinta, karena setiap ada teman-temannya yang memiliki masalah cinta, pasti larinya ke Alaik untuk meminta pendapat dan solusi masalah cinta mereka. Dan itu tak pernah gagal, semuanya terselesaikan dengan baik dan bijak.
Berbeda dengan Faris. Di pesantren, Faris dikenal sebagai santri yang top dalam ilmu agama, pintar membaca kitab. Ilmunya yang tinggi membuat santri, pengurus bahkan kiai terkagum-kagum. Faris tak pernah ada waktu kosong dalam keseharian dan malamnya. Faris rajin kuliah, aktif megikuti diskusi, mengaji kitab, belajar sendiri, solat jama’ah istiqamah, dan solat sunnah pun bagi Faris wajib dilakukan.
Yang lebih melengkapi ke-top-annya Faris, dia memiliki ahlak yang mapan. Faris dikenal memiliki solidaritas yang tinggi kepada teman-temannya. Terhadap orang lain, Faris selalu berpikir positif. Sehingga meski dia alim dan rajin ibadah, dia tak pernah sombong dan benci pada santri yang nakal. Oleh sebab itu, Faris tidak pernah memilih teman dalam bergaul. Contohnya Alaik yang dikenal paling nakal di pesantren. Bagi Faris, semua orang memiliki caranya sendiri dalam menjalani kehidupannya. Orang nakal baginya cermin untuk mengoreksi diri sendiri. Orang nakal seperti Alaik juga pasti punya alasan. Begitulah cara berpikir Faris kepada orang lain.
Alaik dan Farir memang sahabat yang sudah menjadi saudara. Keduanya memiliki bakat yang berbeda. Alaik bakat dalam bidang sastra dan Faris bakat dalam bidang kitab. Persahabatan antara Alaik dan Faris tetap berlanjut meski keduanya sudah berhenti dari pesantren dan menjalani kehidupan masing-masing di rumahnya. Komunikasi dan silaturahim tetap terjaga di antara mereka.
###
Hampir setengah jam Faris menunggu Alaik yang masih nyenyak dalam tidurnya. Tapi setengah jam tak terasa bagi Faris. Karena Faris sambil lalu membaca buku milik Alaik yang bertaburan di atas ranjang tidurnya.
“Laikkk… bangun! Uda jam tujuh”. Faris kembali membangunkan Alaik dengan suara agak tinggi dan memukul-mukul paha Alaik agak keras.
“Yaaa…”. Alaik menyahut dengan suara yang kurang jelas.
“Eh, kamu, Ris”. Sapa Alaik seketika melihat wajah Faris.
“Ya”. Jawab Faris sekenanya, karena Faris sedang konsen membaca buku milik Alaik.
“Tumben datang ke aku, pagi-pagi lagi”. Tanya Alaik penasaran. Karena sudah lebih sebulan Faris tidak silaturrahim. Jika ada perlu, Faris cukup menelpon.
“Aku mo minta tolong” Jawab Faris dengan wajah penuh kebimbangan
“Mo minta tolong pa?” Tanya Alaik. Tapi Alaik tidak melihat wajah Faris yang penuh kebimbangan itu. Karena Alaik sedang merapikan kamarnya yang berantakan.
“Aku mo tunangan” Jawab Faris lemas.
“Hah, kamu mo tunangan?.” Tanya Alaik kaget bercampur senang, bahkan barang-barang yang dipegannya langsung dilepas lalu menghampiri Faris dan memeluknya. Alaik gembira sekali mendengarnya, karena sahabat karibya telah menemukan jodohnya. Sementara dirinya masih tetap menunggu kekasihnya yang tidak jelas akan menjadi jodohnya atau tidak.
Namun kesenangan Alaik berubah menjadi kekhawatiran dan penasaran, karena melihat wajah Faris yang penuh kebimbangan.
“Sahabatku, kenapa wajahmu tak menunjukkan kegembiraan. Padahal kamu mo tunangan, emang ada apa?” Tanya Alaik khawatir dan penasaran.
“Aku bingung tentang rencana tunangan ini. Makanya aku ke sini untuk minta pendapat dan solusinya dari kamu, Laik” jawab Faris lemas.
“Aku harus memberi pertolongan apa untuk masalahmu ini?” Tanya Faris.
“Ayo ceritakan semuanya” Lanjut Alaik meminta penjelasan.
“Aku bingung tentang takdir cintaku. Karena tiga kali aku jatuh cinta pada seseorang, ketiga-tiganya sama sekali tidak sesuai dengan logikaku. Cinta pertama singgah pada perempuan yang suka gonta ganti cowok. Dan setiap cowok yang dia sukai pasti pernah melakukan hal-hal yang nigatif. Padahal perempuan itu mengenakan kerudung. Cinta kedua jatuh pada perempuan yang ibadahnya kurang, dia jarang solat, tidak tau ngaji dan tidak berkerudung. Dan cinta yang ketiga menjumpai perempuan yang lebih parah dari cinta pertama dan kedua. Dia tidak berkerudung, cara solat aja tidak tau, puasa ya gak, tak tahu hurup arab, pacaran ganti tiap minggu, bahkan dia pernah pecandu. Dan cinta yang ketiga ini yang rencananya aku lamar”. Faris menceritakan kisah cintanya pada Alaik.
“Aku bingung pada hatiku sendiri, kenapa hatiku melabuhkan cinta pada perempuan-perempuan yang kayak gitu. Dan, diantara ketiga perempuan itu, yang terakhir yang paling aku cintai. Aku bener-bener gak ngerti pada hatiku”. Lanjut Faris.
“Lalu kenapa kamu mo tunangan dengan perempuan yang ketiga itu, yang keadaan hidupnya seperti itu?” tanya Alaik heran.
“Aku pun juga tidak mengerti, Laik. Ini permintaan hatiku, meski logiku menentangnya.” Jawab Faris kebingungan.
“Sepertinya sudah takdir cintaku begini. Mulai dari pertama hatiku terus-menerus memilih perempuan yang seperti itu, meski logiku tidak menerimanya”. Lanjut Faris pasrah.
Alaik pun terdiam kebingungan. Dalam benaknya bertanya-tanya; kenapa Alaik bisa mencintai perempuan yang seperti itu. Padahal dirinya alim, tentu tahu bagaimana mencari pasangan yang sepadan dengan dirinya dan sesuai dengan kriteria yang dijelaskan dalam kitab-kitabnya yang dia baca setiap hari di pondok.
“Kamu sudah istikharah, Ris?” Tanya Alaik membuyarkan sunyi yang penuh kebimbangan.
“Ya, sudah” Jawab Faris singkat.
“Terus gimnan hasilnya? ” Alaik melanjutkan pertanyaannya.
“Ya, perempuan itu yang hadir dalam mimipiku ketika aku tertidur pas setelah solat istihorah” jawab Faris memastikan.
Alaik pun tambah bingung. Pikirannya mencari-cari alasan kenapa Tuhan memberi takdir cinta pada Faris yang seperti itu. Bukankah Tuhan menjanjikan dalam kitab sucinya bahwa orang yang baik jodonya baik juga dan begitu juga sebaliknya, orang yang buruk jodohnya juga buruk. Tapi kenapa Faris yang sangat baik bahkan tergolong orang yang mulia yang memang aku kenal dari pesantren menjumpai jodohnya yang buruk. Benaknya Alaik mengeluh pada Tuhan.
Faris tidak berbicara apa-apa, dia tetap terdiam. Dia menyerahkan masalahnya pada Alaik. Faris yakin Alaik memiliki pendapat dan solusinya. Karena Faris teringat waktu di pondoknya, ketika setiap teman-temannya memiliki masalah cinta lalu minta pendapat dan solusi pada Alaik, semuanya selesai dengan baik dan bijak.
Beberapa menit kemudian, Alaik bersuara, memecahkan keheningan.
“Ris, kamu bener-bener cinta ke dia?”. Tanya Alaik memastikan.
“Ya” jawab Faris.
“Yakin?” Alaik melanjutkan pertanyaannya.
“Ya”. Jawab Faris tanpa ragu.
Alaik menarik nafasnya lalu berkata,
“Ris, Cinta itu memaafkan yang salah
Cinta itu memperbaiki yang keliru
Cinta itu mengajari yang bodoh
Cinta itu melupakan masa lalu”
“Laik, aku gak ngerti maksudnya” Faris tidak mengerti apa maksud dari kata-katanya Alaik.
“Ris, perempuan itu memang melakukan banyak kesalahan, tapi itu tidak ada apa-apanya jika kau mencintainya, karena cinta memaafkan yang salah. Perempuan itu memang kelakuannya sangat keliru, tapi perempuan itu akan menjadi benar jika kau mencintainya, karena cinta memperbaiki yang keliru. Perempuan itu memang bodoh, bodoh tentang ilmu agama, bodoh mengaji bodoh akan semuanya, tapi dia akan menjadi tahu jika kau mencintainya, karena cinta mengajari yang bodoh. Perempuan itu memang memiliki masa lalu yang kelam, tapi itu masa lalu, sementara kamu hidup bersama dia di masa depan dan masa depan dia akan berubah karena kau akan memperbaikinya dan mengajarinya. Cinta yang kau rasakan ini adalah cinta yang dikehendaki Tuhan untuk merubah hambanya memlalui kekuatan cintamu. Dan itulah cinta yang hakiki”. Alaik menjelaskan isi kata-katanya itu.
“Ris, aku yakin, kamu diciptakan oleh Allah untuk merubah perempuan itu menjadi solehah, sebagaimna Allah menciptakan Nabi Muhammad untuk merubah manusia. Kamu Nabi Muhammad bagi perempuan itu”. Alaik melanjutkan penejelasannya.
Mendengar pendapat dan solusi dari Alaik, hati Faris mulai yakin bahwa perempuan itu adalah jodohnya.
###
Sebulan dari pertemuan itu, akad nikah antara Faris dengan perempuan itu telah dilaksanakan. Alaik menyalami Faris yang bersanding dengan istrinya sambil berbisik.
“Ada cahaya Allah di wajah istrimu, sahabatku”
Faris mengerti apa yang dimaksud Alaik.
###
Satu tahun kemudian, Alaik mengunjungi Faris. Sebelum sampai di rumah Faris, Alaik mendengar seorang perempuan membaca al-Qur’an dengan suara yang indah dan bacaannya sesuai tajwid di depan ibu-ibu, di mushallah tidak jauh dari rumah Faris.
“Assalamu’ailkum” Alaik mengucapkan salam
“Wa’alaikum salam” Faris terburu-buru keluar dari kamarnya menuju pintu, karena Faris tau suara yang mengucapakansalam itu pasti Alaik.
Faris dan Alaik pun saling berpelukan. Dan kemudian Faris mempersilahkan Alaik duduk di sofa. Alaik masih penasaran suara yang tadi didengar dari mushallah. Tanpa basa-basi Alaik pun langsung bertanya kepada Faris.
“Ris, tadi di musollah aku mendengar seorang perempuan mengaji al-Qur’an di depan ibu-ibu. Suaranya indah dan bacaannya tepat. Ustadzah dari mana, ya?”
“Ooo… perempuan yang mengajar nagji ibu-ibu muslimtan itu. Solehah Jadidah, namanya. Dia adalah perempuan yang di wajahnya ada cahaya Allah”
Alaik terdiam, dalam benaknya mengingat-ingat kata-kata itu. Tak lama kemudian.
“Allah…subhanallah… dia istrimu, Ris.?” Tanya Alaik penuh kagum.
“Ya, dia istriku, Laik”. Jawab Faris sambil tersnyum.
“Allah…Alhamdulillah…” Alaik terus memuji-muji Tuhan.
Tak lama kedmudian, ada perempuan mengucapkan salam di depan pintu.
“Assalamu’alaikum…” Istri Faris datang dari pengajian ibu-ibu muslimatan.
Alaik yang duduk di sofa tertegun ketika melihat istri Alaik melangkah mengahampiri Faris lalu menyalami dan mencium tangan Faris.
Perempuan yang dulunya mengenakan pakaian serba minimalis dan tidak berkerudung, sekarang berubah total, perempuan itu menutup auratnya dengan sempurna. Perempuan itu yang dulunya tak mengenal huruf arab, sekarang sudah lancar mengaji. Sungguh cinta Alaik adalah cinta yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk merubah perempuan itu menjadi solehah. Alaik terheran-terheran dan kagum.
Sekali lagi Alaik memuji-muji Tuhan dalam benaknya,
“Subhanallah…alhamdulillah… ya Allah….”
###
Setelah istri Faris masuk ke ruang belakang. Faris dan Alaik asyik ngobrol tentang kisah-kisah yang selama satu tahun tidak bertemu.
Tak lama kemudian, Alaik menyodorkan sebuah surat undangan kepada Faris. Seketika itu Faris langsung memeluk Alaik seraya berkata,
“Alhamdulillah, sahabatku telah menmukan jodohnya”
Lalu faris membuka surat undangannya, melihat tanggal pelaksanaan pernikahannya. Faris terdiam setelah membaca nama pengantin perempuan, kemudian menatap wajah Alaik dengan tatapan penuh kesenagan dan sedikit tidak percaya.
“Laik, benarkah perempuan yang bernama Mar’ah Habibah ini yang akan menjadi pendamping hidupmu?” Tanya Faris berapi-api.
“Ya,” Jawab Alaik singkat.
Faris pun bangkit dari duduknya lalu memluk Alaik. Faris sangat gembira karena sahabatnya akan menikah dengan perempuan yang dulu dicintai dan diimpikan waktu di pondok, namun perempuan itu berhenti karena akan dijodohkan dengan laki-laki lain.
Alaik bingung kenapa Faris begitu gembira. Alaik pun bertanya pada Faris.
“Ris, kok kamu gembira banget aku menikah dengan Mar’ah Habibah? Tanya Alaik.
“Laik, kamu ingat kan waktu aku ke rumahmu, itu waktu akau mo membicarakan tentang istriku, Solehah jadidah? Tanya Faris.
“Ya, aku ingat” jawab Alaik.
“Ketika aku nunggu kamu sampe bangun tidur, aku menemukan puisi yang terselip di buku-bukumu yang berantakan di atas ranjang tidurmu lalu aku membacanya. Dan di lemabaran puisi itu ada tulisan, Tuk hidayahku, Mar’ah Habibah”. Ucap Faris menceritakan.
“O…ya, kamu masih ingat ya?”. Tanya Alaik.
“ya ingat lah, tapi ingatannku kalah kuat dengan ingatanmu pada Mar’ah Habibah. Padahal hampir sembilan tahun kamu masih tetap mengingat dan menunggu dia yang sudah menikah dengan orang lain. Kamu ini bener-bener mengamalkan puisimu itu,
Kan ku tunggu
Di sisi gelap kehidupanku
Menjadi pengagum gelapnya”
Alaik tersenyum mendengar kata-kata itu diingatkan oleh Faris. Lalu Alaik berkata,
“Ris, sebenarnya puisi yang dulu menjadi solusi buat cintamu itu, ada satu bait yang tidak aku sebutkan, karena satu bait itu solusi buat cintaku”
“Emang apa?”. Tanya Faris penasaran.
“Cinta itu menanti takdir yang tertunda”. Kata Alaik tersenyum.
Sumber Gambar: yusvazalea.files.wordpress.com