Fashion Remaja Perspektif Nabi

0
569

Usia remaja merupakan usia pengenalan jati diri, ingin mendapat pengakuan, ingin di perhatikan dll. Para remaja sekarang ini umumnya memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar, ingin coba-coba dan suka sekali meniru gaya dan tindakan yang pernah dilihatnya.

Begitu juga dalam hal cara berbusana, kalangan remaja tidak mau ketinggalan dengan gaya-gaya trend terbaru saat ini. Ia cenderung untuk terus mengupdate gaya fashionnya.  Ironisnya, model fashion yang mereka favoritkan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Islam.

Sebagian dari pemuda kita lebih senang dan merasa ‘cool’ -katanya- ketika mengenakan jenis fashion dari negara-negara luar Islam. Seperti yang trend saat ini adalah baju korea. Tidak hanya itu,  mereka juga beranggapan bahwa mengenakan pakaian Islami tidak gaul dan terkesan membuat mereka ribet dan tidak nyaman. Persepsi ini perlu diluruskan, karena sesungguhnya kalau kita mau menelaah jenis fashion yang dikenakan oleh Nabi sudah sangat cukup dijadikan sebagai tuntunan bagi para remaja khususnya dan semua kalangan umumnya.

Dalam salah satu riwayat dari Ibnu Abbas dijelaskan bahwa Rasulullah saw. terkadang  mengenakan baju yang pendek lengannya, terkadang mengenakan baju yang panjang lengannya. (Hr, Ibnu Majah)

Dari hadits di atas mengilustrasikan bahwa kadang kala Nabi mengenakan pakaian lengan pendek dan di lain kesempatan beliau mengenakan pakaian lengan panjang. Dua jenis pakaian ini beliau gunakan sesuai dengan tempat dan kondisinya. Pakaian lengan panjang beliau kenakan pada saat musyawaroh bersama sahabat-sahabatnya, atau ketika harus tampil di depan guna menyampaiakan khutbah, ceramah, dan beberapa kegiatan lain yang terkesan formal atau semi formal. Beliau merasa, jika dalam kondisi yang demikian tidak mengenakan pakaian lengan panjang terkesan tidak sopan. Sementara pakaian lengan pendek beliau pakai pada saat keadaan santai, bercengkrama dengan para istrinya dan ketika cuaca sangat panas.

Dari dua jenis model pakaian tersebut, tidak ada yang lebih Nabi utamakan. Sebab dua model ini sama-sama Nabi gunakan. Hanya saja yang perlu kita ketahui bahwa Nabi bisa memposisikan dua jenis pakainnya itu sesuai tempatnya, sehingga walaupun Nabi tidak banyak memiliki pakaian, beliau selalu tampil rapi, serasi dan patut. Keternagan ini memberikan pelajaran kepada kita, di dalam mengenakan pakaian tidak boleh asal pakai tetapi harus disesuaikan dengan tempat dan kondisinya.

Pelajaran lain yang dapat dipetik dari hadits di atas adalah Nabi ingin menunjukkan kepada para umatnya bahwa Islam juga mengenal mode pakaian. Di dalam Islam tidak hanya satu model pakaian, justeru sebaliknya. Banyak ragam di sana. Maka setiap orang berhak menuangkan kreasi dan inovasinya dalam mode pakaian. Tidak hanya itu, motif dan corak pakaianpun tidak diatur secara tegas dalam Islam. Itu artinya Islam telah memberikan keloggoran kepada penganutnya untuk mendinamisasikan jenis pakaian agar tidak monoton, nyaman dipakai dan enak dipandang mata, dengan syarat tetap menutup aurat.

Hal ini sebenarnya tidak hanya berlaku bagi kaum laki-laki, akan tetapi berlaku juga bagi kaum perempuan. Tentang model, corak, dan motif islam memberikan sepenuhnya kepada pemeluknya. Tidak ada aturan yang tegas dalam jenis jilbab tertentu yang harus dikenakan oleh seorang perempuan.  Ini merupakan lahan basah bagi mereka untuk mengerahakan semua bentuk kekreatifitasnya dalam desain pakaian, agar tidak senantiasa mengekor pada dunia barat.

Sebagai kesimpulan, anggapan bahwa dengan berpakain Islami seseorang merasa terbebani untuk bergaya itu perlu di telaah kembali, karena islam telah memberikan sepenuhnya kepada penganutnya untuk mengenakan pakaian jenis apa saja asal menutup aurat.

Hafidz Wahyudi 

Tinggalkan Balasan