Oleh: KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy
Dalam kehidupan, ada sesuatu yang keberadaannya karena diusahakan, ada sesuatu yang keberadaannya memang sudah ada, dan ada sesuatu yang keberadaannya secara tiba-tiba.
Sesuatu yang keberadaannya karena diusahakan, karena melalui proses secara langsung oleh seseorang, semisal membangun rumah. Mulai dari bahan dan pembangunannya diusahakan sendiri. Sesuatu yang keberadaannya memang sudah ada, keberadaannya tanpa ada usaha langsung dari tangannya sendiri, semisal rumah warisan. Sesuatu yang keberadaannya secara tiba-tiba, juga tanpa ada usaha sendiri, semisal rumah pemberian secara cuma-cuma dari orang lain.
Ketika sesuatu itu sudah ada, baik keberadaannya diusahakan sendiri, memang sudah ada, atau secara tiba-tiba, seseorang yang menjadi pemiliknya berusaha menjaga, memilhara, dan melindunginya, agar tidak berubah dan hilang.
Tingkat usaha menjaga, memelihara, atau melindungi barang yang sudah ada di tangan pemiliknya, bergantung pada barang itu sendiri. Mungkin jika sesuatu itu berupa barang remeh atau tidak begitu mahal atau berharga, pemiliknya tidak begitu semangat menjaganya. Tetapi, jika sesuatu itu berupa barang yang mahal atau berharga, pemiliknya pasti menjaganya dengan baik.
Dan juga tingkat semangat menjaga, memelihara, dan melindungi barang yang menjadi milik seseorang, bergantung pada proses diperolehnya barang itu -tidak hanya barangnya yang menjadi ukuran untuk menjaganya dengan baik-. Karena ada orang yang abai pada barang yang tidak dihasilkan oleh usahanya sendiri, meski barang tersebut termasuk barang mahal atau berharga. Menurutnya, barang yang bukan hasil dari usaha sendiri, buat apa juga terlalu memperhatikannya. Toh, jika rusak atau hilang, bukan saya yang rugi.
Sebaliknya, ada seseorang yang menjaga, memelihara, dan melindungi barang yang menjadi miliknya sampai keterlaluan. Sehingga, ketika barang itu, semisal mobil, lecet atau tergores, dia kepikiran karena merasa eman. Akibatnya, ketika mobil tersebut lecet atau tergores oleh orang lain, dia marah-marah. Apalagi, ketika mobilnya hilang, dia pasti sangat kepikiran dan berat hati. Lebih-lebih, jika mobil itu didapat dari usahanya sendiri. Ini sudah pasti akan membuat dirinya sangat merasa kehilangan, bisa-bisa stress.
Memang, berubah dan kehilangan sering membuat penyakit hati bagi orang-orang. Ini bagi orang yang tidak memahami atau tidak mau menerima ketentuan dari Allah. Allah memberi dua sifat ini dalam kehidupan manusia sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang tentu memiliki sifat hadits (sesuatu yang baru). Namun, bagi orang yang memahami dan mau menerima ketentuan ini, semahal dan seberapa besar apapun harganya, ketika barang yang dimlikinya dia tidak akan merasa berat hati, meski juga barang itu merupakan hasil dari usahanya sendiri. Karena dia menyadari bahwa hidup ini pasti berubah dan hilang.
Dalam kehidupan, ada beberapa hal yang dianggap mahal dan berharga, yang jika berubah dan hilang akan membuat pemiliknya merasa benar-benar kehilangan. Yaitu, harta, tahta, cinta, dan fisik.