Kilau Permata Diantara Celah Perbedaan

0
397

Biasanya kita melihat  pertentangan itu negatif dan kesamaan sebagai rahmat. Padahal perbedaan, pertentangan dan perlawanan itu sunnatullah. Dimana di dunia ini yang tidak ada pertentangan? Oleh karena itu, mulai sekarang rubahlah paradigma kita yang selalu melihat segala sesuatu dengan kaca mata, “harus sama, tidak boleh berbeda, berbeda berarti lawan yang harus dimusnahkan”. Allah SWT berfirman, Seandainya Allah tidak menjadikan sebagian manusia sebagai penentang (lawan, oposisi, saingan, kompetitor) kepada sebagian manusia yang lain, niscaya bumi ini akan hancur lebur, akan tetapi Allah berkenan memberikan anugerah kepada alam semesta (dengan pertentangan itu)” QS :2;251.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan falsafah mendirikan rumah kemah. Rumah kemah akan berdiri tegak dan kuat menghadapi terpaan angin dikarenakan ada beberapa orang yang mau menarik tiang tengahnya keberbagai arah yang saling berlawanan. Coba bayangkan seandainya Anda mendirikan kemah, lalu demi persamaan, Anda dan teman Anda menarik tali temalinya kearah yang sama secara bersamasama, pasti roboh, bukan..!? Jadi, pertentangan, perbedaan dan persaingan bisa melahirkan kekuatan. Jangan negative thinking, itu kuncinya.

Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis apapun, akan menguntungkan konsumen karena akan ada peningkatan kualitas dan penurunan harga, adanya sekelompok orang yang berdiri sebagai oposisi terhadap pemerintahan akan menguntungkan rakyat banyak yang tidak menjadi oposisi, karena pemerintah tidak akan berani melakukan kecurangan dan selalu hati – hati dalam membuat keputusan, kehadiran orang lain yang selalu mengkritik dan memusuhi kita, akan mendewasakan dan menjadikan kita lebih waspada serta menumbuhkan kreatifitas kita, kehadiran agama lain pada lingkungan Anda, bisa membangkitkan ghiroh (Spirit) dan militansi Anda kepada agama Anda. Walhasil, keseragaman dan monopili merugikan. Al Ghazali berkata, “bahwa diantara cara untuk memperbaiki  dan mengenal diri adalah dengan mendengarkan segala cacian yang keluar dari mulut musuhmu[1] Tanpa adanya pertentangan, lawan, kompetitor, dan pesaing, Anda tidak akan pernah maju karena akan serba santai, alonalon asal kelakon, dan lama-lama mati.

Dengan kesadaran ini, Anda akan bisa bersikap manusiawi kepada lawan, penentang dan kompetitor Anda, bahkan bisa membiarkan mereka untuk tetap hidup karena menjadi sumber inspirasi untuk berinovasi. “Dan demikianlah, kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh yang terdiri dari dari setansetan dari jenis manusia dan dari jenis jin, antara sebagian dengan sebagian yang lain (bisa antara manusia dengan manusia, antara jin dengan jin atau antara manusia dengan jin)  saling mengirim pesan (melalui sms, email atau facebook atau cara yang lain) dengan katakata yang indah sebagai tipu daya, dan seandainya Tuhanmu menghendaki (untuk menghentikan), niscaya mereka tidak melakukan hal tersebut, maka biarkanlah mereka itu dengan seluruh aksinya”. QS:6;112.

Imam Zamakhsyariy berkomentar, “bahwa Allah tidak menghabisi musuh-musuh para nabi itu, karena keberadan mereka akan memunculkan keteguhan dan kesabaran dalam diri para nabiNya, sekaligus menambah pahala dariNya”[2].

Ditengah-tengah komunitas muslim Madinah pada masa Rasulullah SAW, dikenal ada sekelompok orang munafik yang selalu menjadi duri dalam daging. Mereka ini berbaju muslim, beritual Islam, tetapi tujuannya lain. Bukankah selama ini kita menerima beberapa kelompok yang menempuh jalan berbeda asalkan tujuannya sama. Sedangkan orang munafik, menempuh jalan yang sama dengan tujuan yang berbeda. Bahayyya…! Mereka menjadi  musuh dalam selimut, melaksanakan fungsi spionase terhadap kaum muslimin demi kepentingan kelompok-kelompok diluar Islam. Sangat berbahaya, karena sedemikian bahayanya, pernah ada seorang sahabat yaitu Umar bin Khattab yang mengajukan usul agar mereka ini dibunuh saja semua. Toh, Rasulullah sebenarnya mengetahui siapa saja mereka itu karena mendapatkan informasi langsung dari Allah SWT. Akan tetapi beliau tidak berkenan melakukannya seraya berkata, “nanti orangorang akan berkata bahwa Muhammad membunuh sahabatsahabatnya”.[3]  Satu sisi kehadiran orang-orang munafik ditengah-tengah kaum muslimin sangat berbahaya dan merugikan, akan tetapi dibalik itu terdapat permata yang amat berharga, yaitu lahirnya dinamisme sosial yang melahirkan semangat, gairah, kompetisi dan kreatifitas. Karena itulah beliau bersabda, “kami akan lembut kepada mereka dan bersahabat dengan mereka dengan sebaik mungkin selama mereka masih tinggal bersama kita”[4]. Walhasil, menghadapi lawan secara manusiawi.

Author: Muzammil, Yogyakarta


[1] Al Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya’ Ulumiddin, Juz III, hal. 63, Maktabah Usaha Keluarga Semarang.

[2] Al Zamakhsyariy, Mahmud bin Amr bin Ahmad, tafsir al Kassyaf, lihat tafsir pada surat al An’am ayat112

[3] alKhazin, Abu al hasan Ali bin Muhammad, lubab al ta’wil fi ma’ani al tanzil, lihat mengenai tafsir surat al Munafiqun.

[4] Al Khazin, ibid.

Tinggalkan Balasan