Kehidupan anak nantinya sangat ditentukan oleh bagaimana cara orang tua memberikan kehidupan awal pada si anak. Jika si anak sejak dalam kandungan sudah didik dengan ajaran Nabi Muhammad saw, otomatis ketika lahir akan menjadi anak yang sedikit tertanam bibit keimanan. Semisal yang telah disebutkan tadi, mengajarkan anak pentingnya Al-quran sebagai pijakan hidup. Ibu yang sejak rajin melakukan hal-hal positif pada masa kehamilan juga mempengaruhi karakter anak saat dewasa. Terutama kegiatan bathiniyah. Yakni rutinitas ruhani, semisal positif thinking, bersabar, penyayang, dan sebagainya.
Di samping itu, ibu juga berperan sebagai madrasatul ula[1]. Ada pepatah arab mengatakan, “Al-ummu madrasatul ula”. Jika kita pahami makna dari pepatah ini, yang artinya adalah ibu merupakan sekolah pertama, maka yang ada dalam pikiran kita adalah ibu juga berperan sebagai guru untuk anaknya. Guru yang mengajarkan segalanya sebelum anak menerima pendidikan di sekolah. Mulai dari cara berjalan, berbicara, tersenyum, membaca, menulis, hingga memahami ayat Al-quran.
Banyak orang tua yang pergi menuntut sekolah anaknya lantaran sang anak nakal di rumah, pemarah, melawan orang tua, atau karena memukuli anak tetangga. Jika orang tua mau sadar diri, bahwa sebenarnya peran sekolah dan lingkungan adalah peran ke dua yang mempengaruhi perkembangan anak. Sekolah dan lingkungan hanya berperan membantu mempengruhi perkembangan anak. Sedangkan, sifat nakal, pemarah, sopan dan santun anak dipengaruhi oleh peran orang tua di rumah. Karena orang tualah yang pertama kali memberikan pendidikan pada anak. Sementara sekolah hanya melanjutkan hasil kerja orang tua anak.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda,”Tidak terlahir seorang bayi kecuali dia terlahir dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanya yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.”
Hadits tersebut terang sekali menjelaskan bahwa peran orang tua benar-benar mempengaruhi masa depan dunia dan akhirat anak. Jika sejak lahir diberi bimbingan keruhanian, maka –insyaallah– anak akan menjadi anak yang cerdas spiritual. Dan ini penting sekali.
Di samping peran orang tua mempengaruhi spiritual anak, juga mempengaruhi emosional dan intelektual anak. Dengan segenap usaha diupayakan agar anak tidak terpengaruh dengan hal-hal yang negatif. Apalagi di zaman sekarang, untuk menghindar dari virus negatif bukan hal yang mudah. Sehingga orang tua harus selalu eksis meluangkan waktu utntuk memperhatikan kondisi anak.
Banyak orang tua yang sibuk karena karirnya tidak bisa diputus. Sehingga, perhatian orang tua terhadap anak berkurang. Anak menjadi kurang perhatian. Konsekuensinya, anak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang menyebabkan imannya menjadi lemah. Hamba yang memiliki iman yang lemah, walaupun baik perilakunya, maka dia tidak berarti apa-apa. Dan perbuatan baiknyapun juga bernilai lemah di mata Allah. Sebaliknya, seseorang yang berbuat baik disertai dengan iman yang kuat akan menjadikan dia berarti di hadapan semua makhluk di negri dunia atau negeri akhirat. Namun, ada juga seseorang yang beriman lemah dan perbuatannya atau amalnya juga buruk. Contoh yang terakhir inilah yang sangat berbahaya. Naúdzubillah. Semoga senatiasa menjaga kita dan keluarga dari segala pengruh negatif yang menyebabkan kita jauh dari-Nya. Amin.
Allah swt. berfirman,
“Jagalah diri kalian serta keluarga kalian dari api neraka.”
Kitab suci kita sudah memperingatkan kita semua agar berhati-hati dan menjaga keluarga dari siksa api neraka. Satu-satunya jalan terbaik untuk merealisasikan kebanggan orang tua terhadap anak, yakni memiliki anak yang saleh-salehah. ESQ yang terjaga keutuhannya adalah dengan mempercayakan lembaga pesantren sebagai pendidikan kedua si anak setelah mencerna pendidikan dari orang tua.
Betapa sempurnanya agama Islam. Ajarannya mendidik kita agar selalu ingat pada Sang Khlaik. Hingga akhirnya menjadi dekat tanpa ada sekat sedikitpun yang menghalangi interaksi dan koneksi dengan Tuhannya. Islam juga mengajarkan kita bagaimana tips jitu yang bisa diterapkan siapa saja untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Melalui anaklah kita bisa tertolong dari siksa api neraka, dan dari anak pula kita bisa terjerumus ke dalam api neraka. Allahumma baídna, semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang menyebakan kita merasakan ganasnya malaikat Atid. Amin…
[1] Yaitu: sekolah atau pembelajaran pertama bagi anak, Durusul Lughotul Arobiyah, juz 1