Ada Lantunan Yasin di Negeri Tirai Bambu

0
851

 

Kangen adalah “penyakit” yang cukup mengganggu saat tengah berada di luar negeri. Melepas rindu kepada keluarga di Tanah Air bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan rutinan Yasin.

Tidak mudah mempertahankan tradisi keislaman dan keindonesiaan saat berada di negeri Tirai Bambu. Berikut catatan perjalanan Bintang Ramadhan, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang selama satu tahun berada di Cina karena mendapat beasiswa.

Malam itu di salah satu kamar asrama mahasiswa asing Huazhong Normal University / Central China Normal University (CCNU) terdengar ramai. Ramai bukan karena suara musik dari speaker. Melainkan terdengar lantunan merdu ayat suci Al – Qur’an. Bila didengar dengan seksama surat Yaasinlah salah satu ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan secara berjamaah. Kalam ilahi ini memecah keheningan malam di area sekitar asrama mahasiswa asing CCNU. Dengan merdu dan syahdu, pesan-pesan kehidupan dari kandungan ayat tersebut melingkupi para mahasiswa yang tengah berkumpul. Kangen keluarga di Indonesia setidaknya dapat terobati, meski hanya beberapa waktu.

Ya, kegiatan itu dinamakan Yasinan Rutin. Aktifitas membaca Surat Yaasin tiap Jumat malam yang dilakukan mahasiswa Islam Indonesia yang berada di kampus CCNU. Kegiatan ini awalnya diadakan tiap hari Kamis malam atau malam Jum’at tepatnya pukul 20.00 WC (waktu Cina). Tetapi karena beberapa hari terakhir atas permintaan dari teman-teman untuk memindahkan jadual, akhirnya disepakati bergeser ke Jum’at malam. Pertimbangan lain agar esoknya bisa beristirahat karena hari Sabtu libur.

Kegiatan Yasinan awalnya diprakarsai oleh pengurus PPIW tahun lalu. “Itu prakarsa teman– teman pada waktu PPIW kepengurusan tahun lalu,” kata Mulawarman Aan salah satu mantan pengurus PPIW. Tetapi acara ini bukan termasuk agenda PPIW. “Memang pengurus PPIW yang mengadakan. Tetapi yasinan tidak diprogram menjadi kegiatan PPIW karena lebih diorientasikan kesukarelaan. Waktu itu banyak teman muslim sepakat mau meramaikan. Ya Alhamdulillah bisa berjalan,” kata Sunawan, mantan Wakil Ketua PPIW tahun lalu.

Sekedar informasi, PPIW atau Persatuan Pelajar Indonesia Wuhan merupakan organisasi mahasiswa Indonesia yang belajar di Wuhan China yang diorientasikan mempererat persaudaraan antar pelajar. Juga dalam rangka mempromosikan dan meningkatkan citra Indonesia, dan mengembangkan penalaran, kreativitas dan kemampuan berorganisasi.

Jaringan PPIW menjangkau seluruh kota Wuhan, yang dalam praktiknya banyak membantu kami mahasiswa Indonesia yang belajar di kota Wuhan. Salah satunya ketika awal tinggal di sini. Kami dibantu beradaptasi oleh mereka.

Rindu Khusyuk Ibadah

Mencari tempat ibadah yang kondusif seperti mushalla dan masjid layaknya di Tanah Air, adalah pekerjaan sulit. Karena terus terang, Islam bukan sebagai agama mayoritas dipeluk masyarakat. Otomatis, sangat jarang ditemukan tempat ibadah seperti di Indonesia. Demikian juga panggilan adzan, tidak sesemarak di Tanah Air. Mengumpulkan masyarakat muslim secara bergilir di kediaman masing-masing adalah bagian dari “menghadirkan” mushalla dan masjid layaknya di kampung. Pertemuan juga bisa menjadi media menjalin ukhuwah islamiyah dan menjaga semangat belajar melalui sejumlah diskusi dan tukar pengalaman.

Kegiatan Yasinan, seperti umumnya di Indonesia diadakan bergiliran di rumah orang yang ikut mengaji. Di sini juga diadakan secara bergiliran di kamar mahasiswa yang ikut. Yang penting tuan rumah ikhlas kamarnya ditempati kegiatan. Pertama kali Yasinan diadakan bulan April tahun lalu di kamar Pak Doni yang ketika itu menjabat sebagai Ketua PPIW, sekaligus sebagai acara tasyakuran, sehingga setelah membaca surat Yasin dan sharing dilanjutkan ramah tamah atau makan bersama.

Kesan Yasinan seperti itulah yang terbawa hingga kini. Selalu ada acara makan–makan ketika Yasinan, apalagi biasanya makanan khas Indonesia yang dihidangkan oleh tuan rumah. Sehingga setelah mendapatkan ketenangan hati dengan membaca surat Yaasin, kebersamaan kian terpupuk. Kami dapat kenikmatan lain dengan suguhan makanan khas Indonesia tersebut.

Ketika awal kami berada di kota Wuhan, kegiatan Yasinan masih diurus oleh para senior. Beberapa lama kemudian ganti giliran kawan dari Unesa yang menjadi tuan rumah. Kegiatan tetap bertahan hingga libur musim dingin tiba, dimana para senior sudah pulang ke Indonesia. Saat itu sempat pesimis Yasinan akan terhenti, menunggu hingga para senior kembali ke kota Wuhan. Alhamdulillah kegiatan Yasinan masih dapat terus berjalan. Ternyata semangat kawan-kawan mahasiswa untuk terus mengadakan Yasinan memang patut diacungi jempol. Semangat untuk belajar Bahasa Mandarin yang tinggi sepadan dengan semangat untuk meraih pahala sebanyak mungkin lewat Yasinan. 

Sungguh meskipun kegiatan hanya berlangsung tidak terlalu lama, namun Yasinan cukup bisa menjadi obat rindu akan keluarga dan juga suasana di Tanah Air. Semoga kegiatan akan tetap lestari, sehingga syiar agama dan kebersamaan dapat direngkuh sekaligus. (s@if)

Tinggalkan Balasan