Purwokerto, Cyberdakwah — Sekjen Kemenag Nur Syam berharap Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), termasuk IAIN Purwokerto, dapat mengembangkan diri sebagai laboratorium penyelesaian konflik sosial. Sebagai lembaga pendidikan agama dan keagamaan, STAIN, IAIN, maupun UIN berperan besar untuk menjadi pusat-pusat studi rekonsiliasi kerukunan.
Hal ini disampaikan Nur Syam saat menjadi pembicara pada seminar sehari tentang Kebijakan Umum Kementerian Agama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Keagamaan di IAIN Purwokerto, baru-baru ini. Hadir dalam kesempatan ini, Kepala Biro Umum Setjen Kemanag Syafrizal, Ketua STAIN Purwokerto A. Lutfhi Hamidi, para Kepala Kankemenag, Kepala Madrasah, dosen, dan mahasiswa IAIN Purwokerto.
Menurut Nur Syam, PTKI ke depan ditantang untuk terus menggali pemikiran, gagasan, dan ide sehingga dapat menjadi laboraturium pengembangan manajemen penyelesaian konflik.
PTKI, lanjutnya, dituntut dapat menawarkan solusi serta rekonstruksi dalam penyelesaian konflik kerukunan. āUntuk itu IAIN/UIN diharapkan memiliki ahli-ahli semacam itu, dalam mengatasi konflik, dan menjadi garda terdepan dalam memberikan masukan solusi yang sangat berguna dan bermanfaat bagi umat beragama,ā kata Nur Syam.
Nur Syam mengingatkan bahwa Indonesia saat ini menjadi contoh terbaik dalam kerukunan umat beragama. Indonesia menjadi ikon kerukunan umat beragama, dan bahkan menjadi kiblat negara-negara lain di ASEAN.
āHarapannya (Indonesia) menjadi laboratorium kerukunan umat beragama, walau masih ada riak-riak kecil karena kerukunan itu suatu hal yang (tergantung) bagaimana kita dapat mengatasi dan menyelesaikannya,ā ujarnya. (Ant/S@if)