Gus Sholah: Kita Tak Ingin Pelemahan KPK Kembali Terjadi
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menilai, keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sering mendapatkan gangguan. Padahal, korupsi adalah masalah utama yang harus diperjuangkan untuk memujudkan negara hukum.
Gus Sholah menyampaikan hal tersebut dalam Halaqoh Kebangsaan dengan tema “Masa Depan Pemberantasan Korupsi” di Aula Yusuf Hasyim Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (28/3). Hadir dalam kesempatan ini anggota Tim 9, di antaranya Prof Jimly Assidiqie (mantan ketua Mahkamah Konstitusi), Johan Budi (Plt Pimpinan KPK), dan Dr. Bambang Widjayanto dan (pimpinan KPK nonaktif).
“KKN, dalam hal ini korupsi, saat reformasi adalah masalah utama yang diperjuangkan untuk diperangi. Dan kita paham waktu itu lembaga hukum tumpul, maka dibentuk KPK,” ujar Cucu Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari ini.
Namun, lanjut Gus Sholah, KPK sering mendapatkan gangguan. Hal ini seperti yang terjadi pada mantan ketua KPK, Antasari Azhar, kemudian Bibit dan Candra. Dan sekarang kasus Abraham Samad dan Bambang W.
“Kita tidak ingin kasus gangguan terhadap KPK terulang kembali,” tandasnya menyikapi ditersangkakannya dua pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjajanto atas kasus yang dinilai hanya dicari-cari. “Kalau hanya mencari-cari persoalan atau kasus seseorang, semua orang pasti memiliki masalah, termasuk AS dan BW,” ujarnya.
Gus Sholah juga mempertanyakan sikap Presiden terkait penangan korupsi ini. Karena hukum saat ini dinlai tajam ke bawah dan tumpul ke atas. “Saya tidak paham apakah Presiden ngerti apa tidak soal ini,” imbuhnya.
Rencananya, rekomendasi para kiai pesantren dalam halaqoh yang salah satunya menghasilkan dukungan pengutaan kelembagaan hukum untuk memberantas korupsi itu akan disampaikan ke Presiden, DPR, serta pihak-pihak yang terkait dengan lembaga antikorupsi di Indonesia. “Yang paling urgen adalah pengutan kelembagaan hukum, untuk memberantas korupsi, ini yang penting disampaikan,” tandasnya.
Sementara itu, sebelumnya Prof Jimli Asshidiqi dalam pemaparannya mengatakan bahwa kasus yang menimpa pimpinan KPK, yakni Abraham Samd dan Bambang Widjayanto, merupakan upaya pelemahan. Selain itu KPK juga diserang dengan kriminalisasi para penyidiknya, juga para pegiat antikorupsinya. “Dulu pernah terjadi pada Antasari Azhar kemudian Bibit-Candra, saya khawatir peradilan sesat atas kasus Antasari Azhar terjadi lagi,” tutur anggota Tim 9 ini. (Muslim Abdurrahman/Mahbib)