Sejumlah Pesantren di Jombang Ikuti Pelatihan Kesehatan

0
314

Jombang, Cyberdakwah — Kita telah berada di zaman yang serba canggih. Piranti teknologi mudah diakses siapa saja, termasuk generasi muda. Yang terbaik adalah membekali mereka dengan pengetahun positif agar bisa memilah informasi yang bermanfaat.

Pemikiran ini juga yang mendorong Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Seblak Diwek Jombang Jawa Timur menggelar pelatihan kesehatan reproduksi bagi santri atau PKRS selama tiga hari (7-10/3/2015).
“PKRS bekerjasama dengan Rahima di Jakarta, sebuah LSM yang intens dengan dunia kesehatan reproduksi, terlebih di kalangan remaja,” ujar ketua panitia Abdul Chakim. Peserta kegiatan, lanjutnya, merupakan perwakilan santri dari tujuh pesantren. Yakni Pesantren at-Tahdzib Ngoro, Pesantren Darussalam Ngesong, Pesantren Kalimasada Plandaan, Pesantren Pesantren Kyai Mojo Tambakberas, Pesantren al-Ghazaliyah Sumbermulyo, Pesantren Babussalam Mojoagung serta Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Seblak selaku tuan rumah.

Ketujuh pesantren ini dipilih dan diundang sebagai tindaklanjut dari penelitian yang dilaksanakan akhir Januari lalu. “Rahima meneliti ketujuh pesantren tentang keberagamaan santri dikorelasikan dengan kesehatan, baik kesehatan lingkungan ataupun kesehatan diri, termasuk kesehatan reproduksi,” ujar salah satu fasilitator, Maman A. Rahman.

Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia ini menambahkan bahwa hasil penelitian itu penting diketahui banyak pihak. Menurut rencana, hasil penelitian itu akan disosialisasikan dengan para pemangku kebijakan. “Sekitar akhir Maret nanti kita undang para stakeholders, baik kementerian agama, dinas pendidikan, dinas kesehatan, BKKBN dan teman-teman ormas lainnya,” ujarnya.

Ditemukan sejumlah fakta menarik terkait hal ini. “Ternyata masih belum ada korelasi kuat antara pemahaman terhadap ajaran agama dengan praktek di lapangan. Kondisi ini yang menyebabkan dunia pesantren masih perlu terus meningkatkan dalam usaha menjaga kesehatan,” katanya. Dengan itu, diharapkan proses pengajian dan pembelajaran berlangsung secara lebih sehat dan nyaman. Semua warga pesantren juga harus terlibat dalam menjaga kesehatan, lanjutnya.

Salah seorang pemateri, Nur Rofi’ah lebih menyoroti ajaran dalam Islam yang sebenarnya adil. Terutama dalam memandang hak dan kewajiban pria dengan perempuan. “Namun, pemahaman dan realita di lapangan masih banyak menempatkan perempuan sebagai pihak lemah, inilah yang menyebabkan ketidakadilan gender terjadi,” ujarnya.

Perempuan yang menamatkan studi S2 dan S3 di Turki ini menuturkan bahwa dari perspektif Islam, ajarannya tidak melarang kaum perempuan untuk berperan dalam peran-peran sosial. Tentu ini diiringi dengan kesepahaman dengan pihak pria.
”Kita berharap para peserta mampu menularkan ilmu dari pelatihan ini kepada teman lain di pesantren,” ujarnya. Upaya sosialisasi ini, imbuhnya, tetap harus menghormati kearifan lokal dan tradisi yang berlaku di pesantren yang ada, lanjutnya.

Saat penutupan, Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Seblak Nyai Mahshunah menekankan pentingnya pelatihan ini. “Sekarang banyak pria yang tidak tahu kewajibannya, istrinya bekerja tapi dia malah santai-santai di rumah,” terangnya.

Kondisi ini dimulai sejak pembentukan mental saat remaja. “Mereka ini pasti saat remajanya dulu tidak paham hak dan kewajibannya sebagai seorang pria,” tukasnya. Sehingga saat sudah menjadi kepala keluarga, pria seperti ini akan dengan mudah untuk tidak memenuhi kewajibannya. Seolah tidak ada beban, apalagi merasa berdosa, sama sekali tidak, lanjutnya.

Ibu tiga putri ini berharap para peserta mampu mencerna dengan jeli materi yang disampaikan selama pelatihan. “Sehingga mereka tidak mudah terjerumus dalam sisi negatif dunia modern, karena telah dibekali lewat kegiatan ini,” pungkasnya.

PKRS disellenggarakan sejak Sabtu (7/3) hingga Selasa (10/3) di aula pesantren setempat. Pemateri yang hadir adalah Nur Rofi’ah, Maman A. Rahman, Nur Khayati Aida dan Gomar Ferdinan Gimon. (s@if)

Tinggalkan Balasan