Tawakkal Sebelum, Selama dan Sesudah Ikhtiar
Bekerja dan berusaha merupakan ibadah dan harus dikerjain karena diperintahkan oleh Allah. Disamping kita yakin bahwa rizki itu berasal dari Allah semata, Allah lah yang “menyebabkan” rizki itu sampe kepada kita dan bekerja bukan lah “sebab” datangnya rizki, kita juga harus bertawakal pada Allah. Tawakal diperintahkan oleh Allah, sesuai firmanNya:
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. Ath Thalaq: 3).
Juga berdasarkan Hadist Rasulullah Saw:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenarnya, niscaya Allah memberi kalian rezeki seperti Dia memberi burung rezeki; burung itu berangkat pagi dengan perut kosong dan kembali di sore hari dengan perut kenyang” (HR Ahmad, ar-Tirmidzi, an-Nasai, Ibn Majah, Ibn Hibban dan al-Hakim).
Al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Ashqalani menjelaskan di dalam Fath al-Bârî bahwa asal dari tawakkuladalah al-wukûl. Kalo ada kata: wakkaltu amrî ilâ fulân, maka artinya: aku mengembalikan urusanku—dan menyandar-kannya kepada—si fulan. Dikatakan pula: Wakkala fulân, artinya: dia mencukupkan (suatu perkara) kepada si fulan karena percaya dengan kemampuannya.
Ibn Rajab al-Hanbali di dalam Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam menjelaskan, hakikat tawakal adalah benarnya penyandaran hati kepada Allah SWT dalam meraih maslahat dan menolak madarat dari urusan dunia dan akhirat; mewakilkan (menyerahkan) semua urusan kepada Allah SWT; serta pe-realisasi-an iman bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi, memadaratkan dan memberikan manfaat kecuali Dia.
Jadi, al-mutawakkil (orang yang bertawakal) hakikatnya adalah orang yang tahu bahwa Allah menjamin untuk hamba-Nya rezeki dan kecukupannya, menyandarkan dirinya hanya kepada Allah terkait rezeki dan yang lainnya yang telah Dia jamin serta menyerahkan segala sesuatunya hanya pada Allah SWT. Dan sikap “penyerahan” ini harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah ikhtiar (berusaha). Tawakal inilah yang mendorong seorang mukmin senantiasa bersyukur dan bersabar serta semangat untuk bekerja giat dan mencari cara jitu yang halal sebagai jalan diberikannya rizki oleh Allah SWT.
Sumber : Gaul Fresh