KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dituding sejumlah pihak beraliran liberal. Berkaitan dengan itu, warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kendal, Jawa Tengah, meminta pihak yang menuding Pj Rais A’am PBNU 2014-2015 sebagai sosok liberal menggunakan nalarnya dengan baik.
“Yang bilang Syaikhona Gus Mus itu liberal sebaiknya mikir! Lihat dari dekat dengan hati dan akal sebelum mengatakan beliau liberal,” ujar Shuniyya Ruhama Habiballah, warga NU di Kendal, Selasa (11/8).
KH Ahmad Mustofa Bisri hingga hari ini akrab dipanggil Gus Mus. Sapaan “gus” lazimnya diperuntukkan bagi putra kiai dan umumnya berusia muda. “Padahal beliau itu kiai sepuh disegani banyak orang, ilmunya seperti lautan tak bertepi. Sementara orang baru belajar agama Islam, baru tahu satu dua ayat dijerumuskan teman-temannya dengan sebutan ustadz. Liberal siapa?” kata dia.
Menurutnya, Gus Mus yang dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944 selalu sumringah, bersikap melayani, tidak seperti ndoro yang selalu minta dilayani.
“Tidak peduli yang sowan itu pejabat atau penjahat, semua diterima dengan tangan terbuka. Tidak pernah menghakimi orang lain. Sementara yang baru saja belajar agama sudah berani menggantikan tugas Malaikat Rokib dan Malaikat Atid, bahkan tidak segan-segan mengambil alih tugas Malaikat Ridwan dan Malaikat Malik. Liberal siapa?” ujar Shuniyya lagi.
Menurutnya, jika disowani, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang tersebut dengan senang hati diajak foto bersama karena ingin menyenangkan hati semua orang.
“Tidak ada sedikitpun umpatan dan cacian yang akan kita dengar dari lisan beliau yang mulia. Bandingkan saja dengan sebarisan orang yang mengharamkan foto narsis, mencaci, memaki, bahkan tidak segan-segan meneraka-nerakan orang lain. Di saat yang sama, fotonya dengan berbagai gaya dan pose bertebaran di mana-mana. Liberal siapa?” tuturnya lagi.
Pada Muktamar NU 33 di Jombang 2015, Gus Mus bahkan bersedia mencium kaki para peserta supaya tetap tenang.
“Kiai sepuh panutan umat kok mau-maunya menyatakan hal semacam itu. Sementara yang di sana, jangankan mencium tangan kiai, sowan saja entah mau entah tidak. Liberal siapa? Lihat saja, saat beliau begitu saja menolak jabatan tertinggi dari ormas Islam terbesar di dunia, padahal sudah pernah menjadi pejabat sementara saat Syaikhona Mbah Sahal Mahfudh Pati berpulang ke rofiqul a’la sebelum selesai tugasnya, dan didukung penuh oleh kiai sepuh yang lebih senior, beliau hanya tertunduk, menangis, merasa tidak pantas. Lha yang di sana itu, malah mengangkat dirinya sebagai pemimpin ini itu, imam ini itu, setidaknya dijerumuskan teman-temannya sendiri dalam jabatan itu, petentang-petenteng padahal ada yang jauh lebih pantas atas sebutan dan jabatan itu. Liberal siapa?” katanya lagi.
KH Ahmad Mustofa Bisri pada Senin (10/8) kemarin berulang tahun yang ke-71. Ucapan selamat dan doa datang dari berbagai kalangan.
Sumber : NU Online