Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) tahun 2015 di pusatkan di empat pesantren besar di Jombang. Para peserta muktamar (Muktamirin) dari berbagai daerah yang mayoritasnya adalah pra kiai merasa bernostalgia kembali sebagai santri sebab penginapannya di tempatkan di pesantren.
Salah seorang muktamirin Kiai Mohammad Thohir (47) Ketua PCNU Tangerang Selatan yang diinapkan di pesantren Tambakberas mengingatkannya kembali ketika dulu masih di pondok pesantren. “Serasa kembali seperti dulu sebagai santri,” ungkapnya saat ditemui NU Online, Senin (3/8) pagi disela-sela istirahat sebelum pemberangkatan menuju Sidang Pleno Muktamar di Alun-alun Jombang.
Menurut kiai Thohir, sebagai warga NU merasa nyaman bisa menginap di pesantren, karena baginya NU seperti pesantren, sehingga ketika menginap di pesantren justru lebih baik.
“Saya kira sudah beberapa kali muktamar NU tidak menginap di pondok pesantren, ini malah lebih bagus,” tutur kiai yang pernah nyantri di Pesantren di Sarang, Rembang asuhan Mbah Maimoen Zubair.
Sementara itu, Kiai Uhi Solahi ketua PCNU Pandeglang mengatakan, tinggal di lingkungan pesantren mengingatkan dahulu bisa berkumpul sekamar dengan teman-temannya serta bisa makan bersama. “Nyantai, nyaman dalam menghadapi muktamar,” ujarnya sambil duduk santai berasandarkan bantal di atas kasur tipis yang disediakan oleh panitia muktamar.
“Penempatan penginapan peserta muktamar di tempatkan di pesantren baginya sangat baik, karena NU dilahirkan dari pesantren. Lebih nyaman daripada di hotel,” sambung kiai jebolan pesantren Wagean dan Sidogiri Kediri itu.
Senada dengan sebelumnya, Kiai Hifdhullah ketua PCNU Cilegon merasa terkesan bisa menginap di pesantren. Ia menilai secara umum merasa puas dengan pelayanan dan fasilitas yang disediakan.
“Buat saya nggak kaget. Jadi melihat keadaan di sini, suasana santri terekam kembali waktu remaja dulu. Ini lebih enak, kalau dulu saya pesantren di Banten ada semacam asrama yg dinamakan ‘kobong’,” kenang Kiai Hifdhullah.
Sumber : NU Online