Menyambut Idul Adha 1436 Hijriyah atau yang sering disebut hari raya kurban, tidak dilewatkan begitu saja oleh para aktivis Kampus. Forum Studi Islam Mahasiswa (FOSIM) Universitas Tidar (Untidar) mengisi hari raya haji ini dengan menggelar seminar keagamaan dengan menghadirkan tokoh multikulturalisme KH. Muhammad Yusuf Chudlori di Kampus Untidar Magelang, kemarin.
Seminar yang mengusung tema; “Pemuda Islam Nusantara untuk Indonesia Jaya” disambut antusias oleh warga kampus. Ketua panitia seminar, Tabah Riyadi menjelaskan, saat ini perlu upaya membangun nilai spiritualitas di dalam kampus untuk membangun karakter para mahasiswa, salah satunya dengan kajian keagamaan yang saat ini sudah dilupakan atau kurang diminati oleh para mahasiswa.
“Mahasiswa sekarang terlalu banyak disibukan dengan kegiatan-kegiatan akademis dan tugas tugas kuliah, sehingga nyaris tidak ada waktu untuk mengikuti kegiatan kerohanian, maka kajian ini merupakan salah satu upaya untuk menciptakan nuansa keagamaan di dalam kampus,” tegas pria yang juga ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Untidar Magelang ini. Ditambahkanya pula, kegiatan ini juga sebagai ajang untuk diskusi dan silaturahmi para Mahasiswa yang rutin diadakan setiap bulanya dengan lokasi yang berbeda beda.
Senada Tabah. Wakil rektor III Untidar Dr. Bambang Kuncoro dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pemuda sekarang ini sudah mengalami degradasi yang cukup serius terutama masalah moral, maka dengan adanya kegiatan ini diharapkan bisa menjadi media untuk menciptakan generasi muda yang berperilaku baik dan mengamalkan nilai ajaran agamanya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo KH. Yusuf Chudlori menekankan pentingnya memaknai Al-Qur’an tidak hanya secara tekstual tetapi juga melihat dari aspek kontesktualnya. Oleh karena itu, mengamalkan ajaran Islam di Indonesia ini harus memperhatikan budaya yang berlaku di Indonesia, bukan budaya Arab yang belum tentu selaras dengan kehidupan masyarakat.
“Jadi pakaian Jubah, surban ataupun burqo yang biasa dikenakan oleh orang orang Arab itu adalah bagian dari budaya, bukan bagian dari ajaran Islam, jadi kalau kita beragama jangan hanya meninjau dari simbolnya saja, tetapi nilai universal itu yang harus dipahami. Kita ini orang Indonesia yang memeluk Islam bukan orang Islam yang datang ke Indonesia” jelas Gus Yusuf.
Sumber : NU Online