Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dibahas di Unipdu

0
535

Jombang — Tidak banyak yang mengetahui bahwa Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan cemerlang terkait masalah pendidikan dalam keluarga. Dan saat seminar hukum keluarga yang diselenggarakan di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang Jawa Timur, sejumlah tabir tersebut dapat terkuak.

“Keluarga bagi Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang utama,” kata Chafid Wahyudi, Ahad (24/4). Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengemukakan bahwa alam keluarga adalah tempat terbaik untuk melakukan pendidikan, tidak terkecuali pendidikan sosial, lanjutnya.

Bahkan pengurus PC Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Kota Surabaya ini memaparkan ada kritik yang disampaikan Ki Hadjar Dewantara terhadap institusi pendidikan termasuk kampus yang semata hanya memandang peserta didik tidak ubahnya sebagai hubungan bisnis.

“Sistem pendidikan kita terjebak pada komersialisasi,” kata dia.

Secara lebih detil, Chafid menjelaskan pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap keluarga. “Pertama, orang tua dalam pendidikan keluarga berperan sebagai guru atau penuntun, pengajar dan pemimpin pekerjaan atau pemberi contoh,” terangnya. Dan ketiga peran tersebut sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari orang tua saat berada di rumah, lanjutnya.

Sedangkan yang kedua, dalam alam keluarga, anak saling mendidik. “Semakin kelaurga itu besar, maka proses pendidikan semakin besar,” kata pegiat literasi ini. Hal ini juga berlaku kebalikannya. “Semakin kecil keluarganya, maka proses pendidikan akan semakin kecil,” ungkapnya.

“Ketiga, anak-anak berkesempatan mendidik dirinya sendiri,” katanya. Lebih jelas, Chafid mengemukakan dalam alam keluarga mereka tidak berbeda kedudukannya seperti orang hidup di masyarakat. “Beragam kejadian, sering kali memaksa anak-anak mendidik diri mereka sendiri,” lanjutnya.

Chafid mengingatkan ketika keluarga absen dalam pendidikan, maka keberadaan lembaga pendidikan formal hanya mengeksploitasi intelektualitas serta materialistis. Kalau hal ini terus menerus dilanjutkan, maka sistem pendidikan hanya akan menghasilkan produk produk keras di fisik namun rapuh di jiwa. “Pada gilirannya membentuk sikap individualistik sehingga tidak ramah terhadap alam,” pungkasnya.

Seminar hukum keluarga ini diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Akhwal as-Syakhsiyyah Fakultas Ilmu Agama Islam Unipdu. Disamping Chafid Wahyudi, tampil pula Hasan Ikhwani dari ITS. (s@if)

Tinggalkan Balasan