Ikhtiar Dan Tawakkal

0
686

Oleh: Imam Syafi’i

Diriwayatkan dari Malik bin Anas, suatu ketika Nabi Muhammad Saw. sedang berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba seorang laki-laki dari kaum Anshor menghadap nabi untuk meminta sesuatu, namun nabi enggan mengabulkan permintaannya dan bermaksud mengajarinya, terjadilah dialog diantara keduanya:

فَقَالَ ” أَمَا فِى بَيْتِكَ شَىْءٌ ؟ ” قَالَ بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ وَنَبْسُطُ بَعْضَهُ وَقَعْبٌ نَشْرَبُ فِيهِ مِنَ الْمَاءِ، قَالَ ” ائْتِنِى بِهِمَا “

“Apakah dirumahmu masih ada sesuatu?” tanya rosul. laki-laki tersebut menjawabnya “ya ada, alas pelana panjang yang sebagiannya biasa saya pakai sementara sebagiannya saya hamparkan, dan gelas yang biasa saya gunakan untuk minum”. Lalu nabi berkata: “Ambillah dan bawa kesini”.

Mendapati nabi menyuruh demikian, laki-laki tersebut bergegas pulang, selang beberapa waktu kemudian ia datang kembali dengan membawa dua barang miliknya tersebut. Dialogpun terjadi lagi, kali ini nabi melibatkan para sahabat:

وَقَالَ ” مَنْ يَشْتَرِى هَذَيْنِ ” قَالَ رَجُلٌ أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ، قَالَ ” مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ “. مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا قَالَ رَجُلٌ أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ. فَأَعْطَاهُمَا إِيَّاهُ وَأَخَذَ الدِّرْهَمَيْنِ وَأَعْطَاهُمَا الأَنْصَارِىَّ وَقَالَ ” اشْتَرِ بِأَحَدِهِمَا طَعَامًا فَانْبِذْهُ إِلَى أَهْلِكَ وَاشْتَرِ بِالآخَرِ قَدُومًا فَأْتِنِى بِهِ “

Nabi bersabda: “Siapakah yang ingin membeli dua benda ini?, “Aku beli dua benda itu seharga satu dirham” imbuh seorang sahabat menawar. Nabi kembali bersabda: “Siapa lagi yang menawar lebih dari satu dirham?” seraya mengulang-ulang penawarannya, sampai kemudian terdapat seorang sahabat yang lain bermaksud untuk membelinya seharga dua dirham. Akhirnya nabi menjual dua benda itu kepada penawar terakhir dengan harga dua dirham dan menyerahkannya kepada laki-laki anshor itu, lalu nabi bersabda: “Satu dirham ini engkau belikan makanan untuk kelurgamu, dan satu dirhamnya lagi untuk membeli kapak, setelah itu nanti engkau datang lagi kesini”

Ternyata nabi melelang dua barang milik laki-laki Anshor tersebut, dan hasilnya diberikan kepadanya. Setelah apa yang diperintahkan oleh nabi telah ia lakukan semuanya sebagaimana hadis di atas, ia kembali kehadapan nabi sambil membawa sebilah kapak, lalu nabi mengikatkan kayu dikapak itu dan bersabda:

“اذْهَبْ فَاحْتَطِبْ وَبِعْ وَلاَ أَرَيَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا”

“Pergilah, carilah kayu bakar dan jual, dan jangan kembali menghadapku kecuali setelah lima belas hari”

Laki-laki itupun akhirnya pergi, ia berusaha dan bekerja dengan mencari kayu bakar dan menjualnya. Dari hasil jerih payahnya itu selama lima belas hari, ia telah memperoleh uang sebanyak sepuluh dirham. Separuh uang tersebut ia pergunakan untuk membeli kebutuhan keluarganya dan sisanya untuk membeli baju. Akhirnya nabi kemudian bersabda:

“هَذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِىءَ الْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِى وَجْهِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ”

“Hal seperti ini adalah lebih baik bagimu daripada meminta-minta yang akan menimbulkan bintik hitam diwajahmu kelak di akherat” (Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy`ast al-Sijistaniy, Sunan Abi Daud)

Dari hadis ini nabi Muhammad Saw. memberikan pelajaran kepada kita semua agar seyogyanya bekerja dan berusaha, nabi melarang umatnya meminta-minta atau mengemis, berpangku tangan akan uluran orang lain. Nabi juga melarang umatnya hanya memasrahkan dirinya kepada keadaan, dengan dalih bertawakkal kepada Allah swt. dan hanya diam mengharap hujan emas turun, tanpa usaha ataupun ikhtiar yang dilakukan. Terakhir, terkait diatas dalam kesempatan lain nabi bersabda:

أَنَس بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ

“Anas bin Malik ra. berkisah, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dengan mengendarai onta. Orang tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, aku ikat ontaku dulu dan aku bertawakal. Atau aku biarkan saja dia lepas dan aku tawakal?” Nabi bersabda, “Ikat dulu ontamu, baru engkau bertawakal!”. (Muhammad bin Isa bin Sauroh bin Musa bin Dhohhak al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi)

Sikap tawakkal tidak identik dengan kepasrahan diri yang tidak beralasan. Namun tawakkal harus terlebih dahulu adanya usaha yang maksimal. Manusia berkewajiban untuk berusaha dan biarlah Allah swt. yang menentukan hasilnya.

Sumber Gambar: dtberdaya.org

Tinggalkan Balasan