Ini Makna Al-Muqshith Menurut Qurais Shihab

0
328

 Ada salah satu sifat Allah, yaitu Al-MuqsithqisthQisth itu berbeda dengan adil. Bila adil adalah menuntut semua hak dan memberi semua kewajiban. Sementara adil dalam hal sengketa adalah, menjatuhkan sanksi kepada yang bersalah, itu merupakan sanksi yang wajar. Pencuri, keruptor, misalnya akan mendapat sanksi sesuai dengan perbuatannya sendiri.

Hal itu berbeda dengan adil dalam arti hubungan antarmanusia, termasuk dalam bisnis. Dalam hal ini yang dituntut bukan adil, tetapi qisthQisth itu adalah win-win, sama-sama menang, sama-sama senang. Contohnya, saya punya dua anak, anak yang lebih tua dan adiknya. Suatu waktu, si adik merampas mainan kakaknya, lalu kakaknya pun menangis.

Bila kita mau adil, maka kita akan mangatakan, “Itu mainan bukan kamu punya, kasihkan kakakmu”. Tapi kemudian sang adik lah yang akan menangis. Akan tetapi, bila kita mau melakukan qisth, beti tahu lah pada kakaknya, “nak kasih saja adikmu itu, nanti ayah akan belikan lagi yang lebih bagus”.

Imam Al-Ghazali pernah menceritakan bahwa di hari kemudian ada orang-orang yang datang kepada Allah. Dia mengadukan orang lain kepada Allah. “Ya Allah, waktu di dunia si A ini Melakukan ini itu terhadap saya. Saya sekarang datang kepadamu.” Kemudian Allah menjawab, “Kamu mau apa?”, “Saya mau ganjarannya.” Maka, orang itulah kemudian yang diistilahkan oleh Nabi sebagai orang bangkrut, muflis.

Kisah ini diambil dari salah satu ceramah yang disampaikan oleh Prof Dr. H.M. Qurais Shihab mengenai apa yang disebut muqsihtqisth dan adil. Menurut beliau, tidak jarang terjadi pada orang-orang yang baik, orang yang taat kepada Allah, kemudian Allah mengambil alih dosanya, Bagaimana bisa seperti itu? Maka kemudian terdapat doa,

Allahumma inna li dzunuuban fi maa bayni wa baynik, wa dzunuuban fii maa baynii wa bayna khalqik. Allahumma maa kaana laka minhaa faghfirhu wa maa kaana minhaa li khalqika fa tahmmathu ‘anni. Yang artinya kurang lebih adalah, “Ya Allah saya punya dosa antara saya dengan-Mu, ada juga dosa saya antara saya dengan makhluk-Mu, yang antara saya dengan-Mu, saya mohon ampuni karena memang Dia berwewenang untuk mengampuni. Tapi antara saya dengan makhluk-Mu, Allah tidak mau ambil hak anda…”. Maka bagaiamana caranya? “Ya Allah ambil alih”. Maka, Allah telah melakukan putusan yang qisth bukan yang adil.

Ada cerita lagi yang disampaikan oleh Imam Ghazali, ada orang datang mengadu kepada Allah. Kemudian Allah berfirman,” coba kamu menengok ke atas”. Kemudian dia menengok ke atas, dia mellihat suatu pemandangan istana yang sangat indah. Orang itukemudian bertanya, “ya Allah, itu siapa yang punya?” Allah menjawab, “yang sanggup membeli.” Orang itu kemudian bertanya lagi, “Siapa yang sanggup membeli?” Allah kemudian berfirman, “kamu kalau mau beli, bisa”. “Bagaimana saya beli?”. Allah kemudian menjawab, “Maafkan saudaramu”.

Begitulah qisth, jadi dua-duanya senang. Jadi, menurut Prof Quraish Shihab, jangan pernah berkata, “saya tuntut di akhirat,” karena Anda akan rugi. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah di dalam Al-Qur’an,

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ (٣٤)

Walaa tastawii alhasanatu walaa alssayyi-atu idfa’ biallatii hiya ahsanu fa-idzaa alladzii baynaka wabaynahu ‘adaawatun ka-annahu waliyyun hamiimun

Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Q.S. Fussilat ayat [54] 34).

Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa ketika kita mau berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah pada kita, maka tiba-tiba lawan kita itu tadi akan berubah sikapnya menjadi sahabat kita yang kental. Kenapa bisa begitu? Karena, ada psikolog muslim yang menafsirkan ayat ini, kemudian berkata: “Setiap benci ada cinta, setiap cinta ada benci.” Terkait dengan perkataan ini, akan dijelaskan dalam tulisan selanjutnya.

Akhirnya, tulisan ini merupakan penjelasan dari Prof Quraish Shihab mengenai makna al-muqsith sebagai salah satu sifat Allah. Bahwa, al-Muqsith memiliki arti yang lebih dari sekadar adil. Semoga tulisan ini memberikan pelajaran untuk menjadi lebih baik. Aamiin. (Laduni)

Tinggalkan Balasan