Meraih Cahaya dalam Hati yang Bersih

0
585

Manusia kadang kala lalai atas perbuatannya. Hingga menjadikannya jauh dari Allah SWT.  Dan sebab nafsu dalam dirinya hingga menjadikan hatinya kotor. Padahal hati (qalbu) adalah salah satu komponen jiwa-raga yang Allah jadikan sentra pengamatan dalam menentukan kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang. Berikut adalah hadits dari An-Nu’am bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

ألَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ. أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Hadits tersebut memberikan penjelasan bahwa menjaga dan membersihkan hati sangatlah penting. Dalam berbagai kesempatan, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz atau yang lebih dikenal dengan Habib Umar selalu mengingatkan kepada para jama’ahnya disetiap majelis ilmunya untuk membersihkan hati dari berbagai penyakit dan hal yang membuat hati menjadi kotor serta hawa nafsu manusia. Sehingga kebaikan akan menyebar kepada masyarakat yang beriman kepada Allah SWT. dan rasul-Nya.

Dalam ceramahnya pula, pengaruh Pesantren Darul Musthafa Tarim, Hadramaut, Yaman tersebut, Habib Umar juga menyetujui pendapat tokoh agama Budha tentang pentingnya membersihkan hati. Hati nurani, kata Habib Umar satu sisi merupakan sumber berbagai masalah di muka bumi.

Maka dari itu, marilah kita simak apa yang dituturkan oleh Habib Umar bin Hafidz, seputar hal yang membersihkan hati, yang beliau sampaikan disebuah majelis ilmu yang diunggah di youTube, pada channel Nabawi TV. Berikut tautannya dapat diklik DI SINI.

Habib Umar bin Hafidz menjelaskan dalam ceramahnya bahwasannya kita dapat meraih cahaya di dalam hati dengan tiga perkara. Dengannya hatimu akan menjadi bersih dan bercahaya. Yang pertama adalah membaca Al-Quran dengan tadabbur (penghayatan) dan tartil. Luangkanlah waktu untuk membaca Al-Qur’an pada siang dan malam hari. Bacalah juga Al-Quran saat berdiri ditengah shalat dan jika dilakukan secara menyendiri maka itu lebih baik, supaya lebih menghayati membaca dengan penuh tadabbur dan tartil.

Imam Abdullah bin Husein bin Thahir berkata kepada keponakannya yaitu Habib Abdullah bin Umar bin Yahya, “kemarin aku melihat rumah-rumah di kota Masilah (tempat mereka tinggal) naik ke tempat tinggi, namun aku melihat rumahmu berada di atas semua rumah itu. Dan kamarmu bahkan naik lebih tinggi di atas rumahmu. Apa yang sudah kamu lakukan di rumahmu?”

Dijawab: “Aku tidak melakukan apapun kecuali niat membangun rumah yang telah engkau ajarkan kepada kami dan kami mencari uang dengan halal, kami juga melakukan seperti yang engkau ajarkan seperti memuliakan tamu, menyambung tali silaturrahmi, mengadakan majelis-majelis dan lain sebagainya. Kemudian pada setiap kamar yang ada di rumah, di dalamnya  aku pernah mengkhatamkan Al-Quran sambil shalat. Dan pada setiap anak tangga yang ada di dalam rumah, maka aku pernah mengkhatamkan Al-Quran di atasnya. Pada anak tangga dan juga di dalam kamar-kamar. Sedangkan kamar tempat aku tinggal, maka aku sudah banyak mengkhatamkan Al-Quran di dalamnya.”

Itulah mengapa aku melihat rumahmu di atas semua rumah dan kamarmu berada di atasnya lagi.  Menaik tinggi karena Al-Quran. Sebagian orang membangun rumah, namun dalam setahun belum pernah sekalipun dikhatamkan Al-Quran di dalamnya. Pada sebagian kamar sama sekali belum pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya. Keadaan rumah kaum mu’minin tidak seharusnya seperti itu. Nabi bersabda bahwa rumah yang dibacakan Al-Quran di dalamnya, maka akan terlihat bagi penduduk langit. Sebagaimana bintang terlihat bagi penduduk bumi.

Membaca Al-Quran dengan tadabbur dan tartil , inilah hal pertama yang dapat membersihkan hati dan menerangkannya. Yang kedua adalah dzikir kepada Allah dengan adab dan menghayati. Lazimkan berdzikir dengan adab dan khusyu’. Hanya dalam satu minggu dan cahaya akan masuk ke dalam hatimu. Namun dengan adab dan khusyu’. Dzikir kepada Allah dengan adab dan khusyu’ .

Yang ketiga adalah melakukan shalat malam. Dengan hati dan anggota badan yang menunduk. Ketiga hal tersebut akan membersihkan hati dan meneranginya. Dan perkuatlah ketiga hal ini dengan faktor pendukung lainnya supaya memperlancar di dalam melakukannya. Apa saja? Yang pertama dengan tidak makan banyak. Tinggalkanlah makan banyak dan terlalu kenyang!. kedua jauhilah orang-orang yang lalai. Karena duduk dengan orang-orang yang tidak baik dan lalai hatinya akan memberatkanmu untuk bertadabbur, memberatkanmu untuk khusyu’ ketika berdzikir dan melakukan shalat malam.

Jika badanmu terasa berat dan malas untuk beribadah, maka ketahuilah bahwa kamu telah mengambil sesuatu yang tidak layak bagimu. Duduk bersama orang-orang lalai dan membicarakan hal yang tidak pantas, maka itu akan membuatmu berat dan malas melakukan ibadah. Karena itu disini disebutkan, ini dapat dibantu dengan tidak makan terlalu banyak dan menjauhi orang-orang yang lalai. “jika bertemu orang yang melakukan hal tidak bermanfaat, maka ia berlalu dengan menjaga kehormatan diri.”

Dalam akhir kalamnya, Habib Umar memberikan nasehat kepada kita semua untuk menjauhi hal-hal yang tidak penting dari kesibukan terhadap urusan duniawi yang tidak penting dan juga tidak bermanfaat. Dengan hal tersebut maka hati akan menjadi bersih dan bersinar. Semoga Allah memuliakan kita dengan hal itu dan mempermudah kita untuk mengikuti orang-orang pilihan yang bersinar hatinya. Aaamiiin. (Laduni)

Wallahu a’lam bisshowab

*Oleh:  Novita Indah Pratiwi, Alumni MA Salafiyah Kajen dan Universitas Diponegoro.

Tinggalkan Balasan