Disadari atau tidak, dunia ini (kehidupan) terus berjalan semakin cepat, persoalan yang muncul pun semakin rumit. Hal ini menuntut manusia untuk bekerja dan menjadikan dirinya semakin baik, memerlukan berbagai keterampilan yang baru. Jika tidak, maka ia akan ketinggalan oleh laju percepatan dunia. Oleh karenanya tentu sangatlah keliru jika beranggapan tidak perlu belajar lagi selepas mendapatkan ijazah sekolah atau telah memiliki pekerjaan dan penghidupan yang mapan.
Ingat, belajar tidak hanya terbatas pada materi kuliah atau pelajaran teori maupun penerapan suatu bidang keilmuan, tetapi lebih dari itu. Belajar berarti membuka diri pada alam jagat raya yang luas ini. belajar mengajarkan pelajaran terpenting dalam hidup, yaitu kerendahan hati untuk bertanya, belajar memberikan makna akan tidak mungkinnya mengetahui semua jawaban. Dan tentu belajar bukan hanya sebagai alat untuk meraih kemajuan, namun untuk berada disuatu tempat dimana dituntut untuk tahu bagaimana menjaga posisi.
Oleh sebab itu amat menyenangkan sekali jika setiap saat bertambah ilmu, rupanya berjumpa dengan orang lain harus seperti membawa gelas kosong, karena kalau membawa gelas penuh maka susah diisi. Artinya kapanpun harus sangat siap bertemu dengan siapapun untuk menambah ilmu, karena setiap orang diberikan wawasan, pengalaman, dan kemampuan yang beragam. Sungguh luar biasa bertemu dengan banyak orang, dengan beragam karakter, dan dengan beragam kemampuan itu dicermati dengan niat menambah ilmu, wawasan, dan pengalaman.
Ungkapam Pribahasa arab yang biasa sering didengar dapat dijadikan pegangan mengenai hal ini:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”
Maka, marilah kita budayakan setiap kali bertemu orang diniatkan untuk belajar, untuk mencari ilmu dan mendapatkan pengalaman. Posisi kita jangan merasa lebih tetapi siap untuk mendapatkan ilmu. Ini penting sekali karena pertemuan itu sangat berharga sehingga alangkah ruginya jika kita meluangkan waktu namun tidak mendapatkan sesuatu yang berharga. Dan pada saat yang sama kita jangan menyia-nyiakan kesempatan, setiap pertemuan untuk menyumbangkan atau mentransferkan ilmu yang Allah swt. titipkan kepada kita. Tidak dengan niat merasa lebih pandai dari orang lain dan tidak juga dengan niat menggurui, tetapi niat menyampaikan amanah. Sebagaiman sabda nabi: “Ballgigu `anni walau ayatan”.
Dua hal ini (belajar dan mengajar) akan membuat waktu yang kita jalani, pertemuan yang kita lakukan memiliki nilai tambah yang besar bagi peningkatan kualitas diri kita, dan diharapkan juga kita bisa bersedakah dengan ilmu, pengalaman, dan wawasan kita yang membuat orang lain bermanfaat. Kita mendapat manfaat dan yang lain juga mendapatkan manfaat, itulah pertemuan yang bermanfaat.
Terakhir, patut kita renungkan perkataan Ibnu Mas’ud ra.: “Seseorang tidak mungkin dilahirkan dalam keadaan berilmu, karena sesungguhnya ilmu itu didapatkan dengan belajar.” (Tahdzib Mau’idlah Mukminin, 16). (Img: studyintensiveplus.blogspot)