Komunitas Muslim AS tengah “galau” menghadapi kecurangan produsen produk halal. Ini terjadi, karena produsen seolah menganggap remeh masalah tersebut.
“Ada banyak kecurangan,” ungkap Syed Ahmed Rasheedudin, Pendiri Kelompok Konsumen Muslim, Sertifikasi Halal dan Pendidikan, seperti dikutip The Huffington Post, Jumat (28/6).
Syed mengaku tidak semua produsen melakukan kecurangan. Akantetapi, ini akan menjadi masalah apabila tidak ada itikad baik dari produsen. “Saya senang, ada produsen makanan yang mulai menghentikan klaim halal dari produk mereka,” kata dia.
Saat ini, industri makanan AS telah melayani jutaan Muslim. Akantetapi ketika muncul kasus kecurangan yang dilakukan produsen, dalam hal ini terkait masalah keabsahan status halal produk yang dirilis ke pasar, telah membuat khawatir umat Islam.
Beberapa tahun terakhir, industri makanan halal meningkat pesat. Pada tahun 2011, omsetnya diperkirakan mencapai 11 miliar dolar AS. “Ini merupakan pangsa pasar yang besar,” ungkap Timothy Abu Mounir Hyatt, Direktur Pelayanan Islam Amerika.
Selama beberapa dekade terakhir, jumlah produsen meningkat dari semula 10 pada tahun 1970 menjadi lebih dari 2.300 pada tahun 2012. Jumlah restoran yang menyajikan makanan halal juga telah melampaui 6.900.
Namun, ketiadaan regulasi khusus terkait status halal menjadi pekerjaan rumah Muslim AS di masa depan. Tanpa regulasi ini, sejumlah produsen makanan mencoba mengambil keuntungan dari hal ini.
“Memang ada perlindungan hukum, tapi ada produsen tidak bermoral yang lolos,” ungkap Shahed Amanullah, pendiri zabihah.com, sebuah laman yang mendata restoran halal dan grosir di seluruh dunia. Agung Sasongko. (Republika)