Dzikir merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh orang Islam. Baik dilakukan sendirian atau secara jama’ah. Dzikir paling rutin dilakukan ialah setelah shalat, khususnya shalat maktubah. Sedangkan bagi para Auliyaillah setiap gerak geriknya tidak lepas sedikitpun dari dzikir.
Kata dzikir merupakan serapan dari bahasa arab dzikr yang bermakna ingat. Oleh karena itu ketika disebutkan kata dzikrullah berarti mengingat Allah. Dzikrullah tak lain dari salah satu penyejuk jiwa manusia, yang terkadang gundah gulana dengan masalah kehidupan yang silih berganti berdatangan. Permasalahan tersebut tidak akan bisa dihindari, dalam arti bahwa manusia pasti akan menghadapi persoalan. Sebab itu salah satu dari roda kehidupan yang harus dihadapi, tidak pandang siapapun orangnya, kaya atau miskin, kuat atau lemah, pintar atau bodoh.
Namun rasa gundah gulana tersebut bisa dinetralisir, dalam bahasa lain bisa diobati dengan dzikir kepada Allah. Allah berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati akan menjadi tenteram”. (QS. Al-Ra’du: 28)
Yang dimaksud dzikir di sini, bukan hanya membaca lafad dzikir, tapi maksudnya adalah mengingat Allah, itulah hakikat dari dzikir. Kalau hanya melafalkan dzikir-dzikir, sedangkan pikiran dan hati tidak ikut berdzikir maka ketengan itu tidak akan didapat. Sementara seseorang yang pikiran dan hatinya juga berdzikir ia akan merasakan nikmat ketenangan yang sudah dijanjikan oleh Allah. Untuk mencapai ini pada awalnya mungkin akan terasa sulit, tapi kesulitan itu jangan sampai terus meliliti diri ini. Berusaha untuk membuat mudah suatu yang sulit merupakan sebuah keharusan.
Lafad-lafad dzikir banyak sekali, ada yang langsung dari nabi, baik nabi Muhammad atau nabi seblumnya, ada juga yang ciptaan dari para ulama’ (waliyullah). Yang paling populer ialah dzikir setelah shalat maktubah, dzikir-dzikir ini datang langusng dari nabi, yaitu: Subhanllah, al-Hamdulillah, Allahuakbar, Asataghfirullaha al-Azhim, dan lailahaillallah. Jika direnungkan, dzikir-dzikir ini mempunyai nilai, yang bisa menjadi sebuah pelajaran untuk mengarungi bahtera kehidupan dunia dan persiapan menuju akhirat. Berikut ini ulasannya:
@ Subhanallah
Kata tersebut bermakna “Maha Suci Allah”, suci dari bentuk kekurangan yang bisa akan mengurangi “nilai ketuhanan-Nya”. Allah itu maha Sempurna, hal itu merupakan kewajaran, bahkan harus terjadi. Tidak mungkin Tuhan akan memiliki kekurangan, sebab tidak akan ada bedanyan dengan manusia dan mahluk. Tentu juga tidak perlu bertuhan kalau memang Tuhan itu memiliki kekurangan.
Pengakuan seperti ini, jika dikaitkan dengan realita kehidupan yang ada akan memberikan dampak yang positif. Yakni mengakui akan kelebihan orang lain. Hal ini sangat penting. Sebab banyak sekali kita jumpai orang yang tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Dirinya angkuh, hatinya tidak mau mengakui kekurangan.
Mari bersama kita lihat saat ada pemilu di negeri tercinta ini. Banyak kita jumpai para kontestan yang kalah tidak mau mengakui kemenangan lawannya. Jarang ada kata selamat yang terucap dari kontestan yang kalah. Bahkan terkadang tuduhan-tuduhan keji muncul. Jika memang melalui bukti yang valid it’s no problem, tapi yang sering terjadi tuduhan muncul melalui spekulasi.
Padahal di USA mengakui kemenangan lawan sudah terbiasa, dan itu penting untuk ditiru. Hal ini bukan hanya saja terjadi dalam pemilu, tapi hampir di setiap hal membutuhkan adanya kompetensi, semisal perlombaan dan tes masuk lowongan pekerjaan. Biasanya ketika kecewa dengan kekalahan hatinya berkata “Kok dia sih yang lolos/menang, padahal kemampuannya pas-pasan”.
Jika dibiarkan mengalir dalam tubuh, rasa angkuh ini akan bisa mengakibatkan kedengkian, dan ini sangat berbahaya. Misalnya kontestan yang kalah tidak mau bekerjasama dalam membangun negeri, padahal dia mempunyai kompetensi untuk bekerjasama dalam pembangunan. Jika dibiarkan yang ada bukan demi pembangunan, melainkan hanya untuk mencari kesalahan orang lain. Tentu ini bukan merupakan hal yang baik.
Dengan dzikir ini Allah hendak memberikan pelajaran bagi mahluknya, khususnya manusia untuk bisa mengakui kelebihan orang lain. Juga ingin menunjukkan bahwa kesombongan dan keangkuhan bukan sifat untuk manusia. Seperti pepatah “Di atas langit, masih ada langit”.
@ Alhamdulillah
“Segala puji bagi Allah”, itulah makna dari kata tersebut. Kata ini merupakan salah satu ungkapan rasa syukur, atau bisa disebut juga ungkapan rasa terima kasih. Kata tersebut diucap sebagai bentuk terima kasih kepada Allah karena telah memberikan nikmat yang sangat besar bagi kita semua. Namun memang terima kasih itu tidak hanya cukup dengan kata-kata saja, melainkan melalui tindakan-tindakan konkrit, dan itulah yang terpenting. Percuma kita membaca al-Hamdulillah rutin setelah shalat sebanyak 33 kali, kalau nikmat yang Allah berikan tidak kita manfaatkan dengan baik. Contohnya nikmat sehat, memanfaatkan kesehatan untuk terus beribadah kepada Allah merupakan ungkapan rasa terima kasih yang lebih besar dibandingkan hanya dengan ungkapan alhamdulillah.
Rasa terima kasih yang besar ini jika terus kita tanam akan memberikan efek yang sangat besar. Akan membentuk jiwa-jiwa yang tegar terhadap segala bentuk persoalan kehidupan yang dihadapi. Menerima apa saja yang telah Allah gariskan padanya. Tidak akan mudah putus asa dengan setiap gagalan yang diterima. Bahkan sebaliknya, dalam artian akan terus tertantang untuk memperjuangkan demi menggapai kesuksesan.
Misalnya ketika gagal dalam membangun bisnis yang diidamkan. Saat hal itu terjadi rasa kecewa tidak akan membuat kita terus bertumpu tangan, terkungkung dengan keputusasaan. Sebab akan masih menyadari bahwa banyak hal yang kita punya, sebagai modal untuk meraih kesuksesan itu. Sedangkan yang terjadi apabila kegagalan menghampiri, apalagi berulangkali akan memberikan efek putus asa yang sangat besar, bahkan terdakang menyalahkan Allah karena telah dianggap tidak memberikan nikmat yang diidamkan. Juga seperti orang miskin yang bosan dengan segala penderitaannya, sehingga sampai bunuh diri.
Padahal kalau mau disadari setiap kegagalan atau setiap pahitnya kehidupan yang dihadapi akan menjadi semangat besar. Tidak akan ada lagi perasaan untuk menyalahkan Dzat yang telah mengatur kehidupan ini. Karena Ia telah memberikan banyak nikmat kepada hambanya sebagai bekal mengarungi kehidupan di dunia. Kesuksesan dalam berbisnis hanya sebagian dari nikmat yang Allah berikan. Masih banyak lagi nikmat yang diberikan, yang tidak akan terhitung jumlahnya. Sebagaimana firman Allah:
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ الله لاَ تُحْصُوهَا
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakan”. (QS. Ibrahim: 34)
Saat nikmat kesuksesan dalam bisnis belum didapat, kita masih memilki nikmat kesehatan, sebagai modal besar untuk menggapai nikmat-nikmat itu. Ketika kita tercipta orang miskin, kita masih punya modal kesehatan sebagai bekal untuk menggapai hal itu. Ketika kita tercipta sebagai orang bodoh, kita masih memiliki akal waras sehingga dengan usaha yang sangat besar bisa menghilangkan kebodohan itu.
Kesimpulan akhir dari ini, kita sebagai manusia oleh Allah ingin diajari untuk menerima segala yang terjadi. Tidak menyalahkan Allah atau bahkan putus asa. Namun rasa untuk menerima ini akan membuat kita berpangku tangan namun sebaliknya, sebab kita sendiri lah yang bisa merubah nasib itu, tentu dengan seizin Allah. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حتى يُغَيّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. al-Ra’du: 11)
@ Allahuakbar
Mengakui bahwa Allah Maha Besar merupakan makna dari kata ini. Ini akan membuat kita tidak merasa sombong dengan apa yang dimiliki. Jika dikaitkan dengan kehidupan, hikmahnya sama dengan kata subhanllah, yakni mengakuan kelebihan yang dimiliki orang lain.
@ Astaghfirullahaladhim
Sebesar apapun kehebatan yang dimiliki seorang manusia, pasti ia memiliki kekurangan, dengan kekurangan tersebut dia akan berbuat kesalahan, disengaja atau tidak. Oleh karena itu, disebutkan bahwa iman manusia itu bisa bertambah dan berkurang. Akan berkurang jika ia melakukan kesalahan, dan bertambah ketika kesalahan tidak terjadi. Oleh karena itu, kita diajarkan untuk berdoa ketika hampir magrib, yang dalam doanya tersebut mengunggkapkan rasa mohon ampun pada Allah apabila dalam menjalani kehidupan selama 24 jam telah banyak kesalahan yang dilakukan. Pada sore hari itu kita diajarkan untuk merenungi semua hal yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya satu, yakni untuk terus memperbaiki semua tingkah laku. Kalau memang melakukan kesalahan, bagaimana kesalahan itu tidak terualan. Sedangkan apabila melakukan kebaikan, bagaimana untuk selanjutnya kebaikan itu akan bertambah, baik kualitas atau kuantitas.
Dengan ini Allah ingin mengajari kepada hambanya untuk selalu merenungi apa saja yang terjadi dan menyadari kekurangan yang dimilki. Jika hal ini yang dilakukan kita tidak akan mudah menyalahkan orang lain, tidak akan mudah menuduh orang lain,dan menghina orang lain. Yang sering terjadi kita dengan mudah menyalahkan orang lain, dengan mudah mencari kambing hitam. Padahal bisa saja kesalahan itu muncul dari kita sendiri.
Lebih parahnya lagi kita dengan mudah menghina orang lain atau su’uzhan tanpa memikirkan persoalan yang sebenarnya terjadi, tanpa memikirkan jalan keluarnya. Ketika menjumpai pencuri kita langsung menyalahkan, padahal kalau mau direnungi mereka sesungguhnya tidak akan mau jadi pencuri, tapi karena ada hal yang berbuat hal itu. Jika kita ada di posisi mereka bukan tidak mungkin kita akan melakukan hal yang sama. Umpamanya juga ketika melihat PSK, kita terkadang merasa jijik dan sangat benci pada mereka, padahal ketika kita ada diposisi mereka belum tentu kita tidak melakukan apa yang mereka lakukan.
Oleh karena itu, jangan kita mudah manyalahkan, menghina, menuduh dan lainnya pada orang lain. Jangan hanya melakukan hal itu, melainkan mencari titik persoalan yang dihadapi dan mencari jalan keluarnya. Hal ini akan sangat lebih bijak jika dibandingkan dengan hanya menyalahkan, menuduh atau menghina. Sebab hal itu tidak akan membuat lebih baik, bahkan bisa sebaliknnya.
@ Lailaha illallah
Menurut Rasulullah, kalimat ini merupakan paling utamanya dzikir. Memang jika dilihat maknanya bukan hal aneh kalau ini dikatakan paling utamanya dzikir. Kata tersebut tersebut bermakna pengakuan terhadap keesaan Allah sebagai tuhan. Pengakuan ini merupakan hal yang paling utama dalam hidup. Sebelum melakukan segala bentuk kebaikan, manusia dituntut untuk mengakui keesaan Allah. Dari pengakuan yang tulus itulah akan tercipta perbuatan yang baik. Jika dikaitkan dengan kehidupan, hal ini juga sama dengan dzikir sebelumnya, subhanallah dan Allahuakbar, yakni bisa mengkui kelebihan dari orang lain.
Kesimpulan akhir dari pembahasan ini, bahwa dzikir-dzikir ini disamping sebagai media untuk selalu mengingat Allah demi tergapainya ketentraman hati, juga memiliki hikmah yang besar saat dikaitkan dengan kehidupan sosial. Dari lima dzikir tersebut menjadi tiga, yaitu: 1). Pengakuan terhadap kelebihan atau kehebatan yang dimiki orang lain, 2). Tidak mudah putus asa, dan 3). Tidak mudah menyalahkan orang lain. Jika hal ini bisa dilakukan maka akan memberiakan warna beda dalam roda kehidupan. Diharapkan akan membuat kita menjadi lebih baik lagi, demi mendapatkan kebahagiaan di dua tempat, dunia dan akhirat.