Geliat Pesantren Sebagai Pelayan Setia Masyarakat

0
282

Pesantren adalah lembaga sosial keagamaan lahir dari masyarakat dan memiliki akar kuat dari masyarakat. Namun karena proses modernisasi yang begitu kuat, maka peran itu semakin kecil, bahkan ada yang menghilang. Untuk itulah masyarakat dan pesantren, sebagai kekuatan utama dari pedesaan harus dikukuhkan kembali. Fungsi hubungan ini konsentrasi dalam menangani segala problem sosial kemasyarakatan.

Pesantren adalah mitra setia masyarakat, pendamping masyarakat (society advocation), memecahkan problem masyarakat (society problem) serta mampu memproduk manusia yang bersosial tinggi, mulia, mengabdi dan mensejahterakan masyarakat sesuai nilai-nilai ma’hady (Pesantren).

Dua proyek mendasar dalam bidang internal dan eksternal tanggung jawab pesantren sebagai pelayan setia masyarakat. Bidang Internal mampu mengembangkan program-program di pesantren dengan baik, profesional, inovatif, objektif dan proporsional. Bidang ekstrenal mampu menemukan ide baru (innovatif idea) dan mengembangkan program-program di masyarakat secara tepat dan objektif. Dengan dua garapan inilah pesantren tidak bisa lepas dari eksistensi peranannya dalam membangun masyarakat maju dan berkembang lebih-lebih masyarakat pedesaan yang amat terbelakang.

Untuk itu, pesantren hendaknya menjalin hubungan (net working) dikalangan para elit pemerintahan, umat dan ulama (pesantren). Dimana hubungan mereka yang semula diikat oleh emosi dan keagamaan yang kuat, kini bisa semakin mencair lagi. Hubungan sosial antara tokoh, ulama dan umat pengikut tidak ada lain dimulai dan didasarkan atas dasar pertimbangan rasional dan kepentingan pragmatis. Agar keberhasilan pesantren dalam membangun umat di tengah-tengah kehidupan tampak jelas dan terasa.

Misalnya konsep-konsep sosial dan politik yang mengalami pergeseran pesat dan cepat berubah, saat ini harus ditorehkan pada kepentingan sosial-ekonomi yang bersifat praktis, pragmatis lagi menguntungkan. Agar fungsi kedudukan ulama dan elite santri lainnya mulai berubah maju. Hingga mereka mempunyai kecenderungan kuat bahwa santri membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang skill (keahlian) atau keterampilan tertentu yang berkualitas sesuai cita-cita umat saat ini dan masa akan datang.

Maka dari itu, di era modernisasi ini santri tidak cukup dibekali dengan pengetahuan hukum, moralitas atau nilai-nilai sosial-agama saja, penting juga dilengkapi ilmu-ilmu terapan modern yang berorientasi pada kebutuhan kerja (job) dan pengabdian kepada masyarakat. Pesantren yang berlabel tradisional bisa kita ganti dengan modernisasi pesantren melalui banyak pendekatan kekinian. Misalnya pendidikan Islam kontemporer dan modernisasi informasi di dunia dakwah (ceramah) sangat efektif dilakukan. Baik digodok mengenai metodelogi atau ilmu retorikanya dalam menyampaikan pesan-pesan agama secara lugas, praktis, mudah dicerna dalam kehidupan riil masyarakat.

Misalnya lembaga Fakultas Dakwah di pondok pesantren kita, merupakan solusi terbaik untuk menjawab persoalan umat dewasa ini. Saat ini problem kita adalah belum berkembangnya paradigma-paradigma dakwah dan simbol-simbol dakwah yang selaras dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu, hakikatnya khittah pesantren adalah kembali memperbaiki umat karena pesantrenlah sumber pembimbing umat sejak awal.

Maka dari itu, aksi penerjunan santri ke beberapa elemen masyarakat merupakan gerakan pembaharuan pesantren yang amat spektakuler yang harus kita perjuangkan secara maksimal. Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diikuti oleh Mahasiswa Sarjana (S1), Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat (PPM) oleh Mahasantri Ma’had Aly Se-Indonesia (Depag RI/2007) utusan dari pelbagai pesantren salaf dan modern. Kemudian diperkuat dengan usaha penguatan basic internal yakni Lembaga Pengabdian Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (LP3M) oleh kalangan santri-santri sendiri. Semuanya itu untuk bertugas mengamati problem dan perkembangan sosial sekitar menuju perbaikan umat seutuhnya.

Program di atas memompa semangat dakwah mereka dalam menumbuhkan sikap kreatif, aktif-transformatif dan melatih mental pada esensinya. Oleh karenanya kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepada pemberdayaan umat dan bangsa terus dipertahankan jangan sampai kebobolan.

Untuk menjalankannya pesantren bisa mengembangkan, mengolah kembali segala program-programnya dengan baik secara konsisten mengarah pada kesalehan sosial. Misalnya pembaharuan kurikulum pesantren sesuai kontek zaman, menjalankan program ekstra dengan penuh selektif lagi bermutu, membangun kerja sama di luar dan pesantren lain, serta membangun found rising (pembiayaan) yang cukup menguntungkan bagi pesantren dan ekonomi umat.

Langkah-langkah praktis yang harus ditempuh pesantren dalam merealisasikan programnya antara lain secara berkala (continue), melalui perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian komando (comanding), pemberian motivasi (motivating), pengawasan (controlling), dan penilaian (evaluating) secara tepat dan baik amat penting diperhatikan sejak dini oleh pesantren.

Dengan analisis tajam dan mengkolaborasi teori dengan fakta empirik di masyarakat dapat bermuara pada pembentukan peradaban (civilization/al-hadharah) baru yang lebih maslahah, menggali potensi dan pengembangan SDM santri di hari esok yang nantinya akan dibuktikan dalam satu komunitas masyarakat menjadi satu kebudayaan (al-staqofah) masyarakat madani yang berbasis pesantren. Dengan gebrakan ini masyarakat mudah berkarya, mengembangkan ilmu pengetahuan (sains), kesenian (estetika), dan teknologi modern yang bertitik tekan pada nilai-nilai akhlaqul karimah (sikap mulia), serta berpijak pada pandangan filsafat hidup.

Walhasil, khittah pesantren sejatinya sebagai pelayan, pendamping dan pengayom umat yang terus kita pertaruhkan sampai kapanpun. Pesantren ruh Islam yang bertugas sebagai pembawa agama kebenaran. Maka bendera Islam tidak akan pernah berkibar jaya di alam jagad raya ini, bilamana pesantren jumud, pasif apalagi tidak mau mengadakan aksi perubahan umat ke arah yang lebih baik. Tidakkah kita berpikir bahwa semangat Kanjeng Nabi Muhammad Saw untuk memperbaiki moralitas umatnya masih hidup tegar sampai akhir zaman.

 Oleh : Ahmad Mu’takif Billah, Sumenep Madura

Tinggalkan Balasan