Mensucikan Ambisi [2]

0
795

Manusia dilihat dari sisi ambisius

Ada beberapa kelompok manusia ketika berusaha untuk meraih sesuatu. Pertama, ada manusia ketika berusaha untuk meraih sesuatu, dia sama sekali tidak berharap apa-apa dari sesuatu itu. Kelompok yang pertama ini berusaha melakukan sesuatu di dalam hati dan pikirannya tidak tersimpan kepentingan apa-apa. Jika terlihat semangat atau berkeinginan keras dalam berusaha untuk mewujudkan sesuatu tersebut, tidak lain memang untuk kepentingan sesuatu tersebut, bukan kepentingan pribadi.

Kedua, ada manusia ketika berusaha untuk meraih sesuatu, di dalam hati dan pikirannya tersimpan kepentingan yang membuat berkeinginan keras yang menjadikan dirinya kemudian bersemangat melaukuan sesuatu itu. Semangat usaha dari kelompok ini muncul dari kepentingan pribadi bukan muncul dari kepentingan sesuatu yang diusahakannya.

Untuk yang kedua tersebut ada dua kelompok manusia. Pertama, ada yang mengikuti dari apa yang menjadi kepentingan pribadinya. Kemlompok inilah yang disebut dengan kelompok ambisius. Tentu kelompok ini dalam mengusahakan sesuatu bukan untuk kepentingan sesuatu itu sendiri, melainkan kepentingan pribadinya yang menjadi obyek utama ketika melakukan saesuatu. Jelasnya, dia berkeinginan keras dalam usahanya hanya untuk mendapatkan apa yang diharapkan dari sesuatu itu. Lebih tepatnya, sesuatu itu menjadi bungkus dari ambisinya.

Kedua, ada kelompok manusia yang memang dalam dirinya tersimpan ambisi, namun tidak sampai diwujudkan ketika melakukan sesuatu. Di saat melakukan sesuatu, ketika semangat ambisinya masuk ke dalam hati dan pikirannya, dia membuangnya dengan cara meluruskan niatnya.

Memang, siapa saja –kecuali orang yang hatinya sudah menyatu dengan Allah atau khasyyah billah– hati dan pikirannya lebih rawan dirasuki oleh bisikan setan dan nafsu. Ambisi merupakan salah satu pola setan dan nafsu untuk menjatuhkan seseorang ke lembah kedurhakaan pada Allah. Jadi, wajar saja ketika manusia hendak berusaha melakukan sesuatu, terkadang dalam hati dan pikirannya terselip kepentingan pribadi yang membuat dirinya berkeinginan keras untuk melakukan sesuatu.

Akibatnya, bagi mereka yang mengikuti bisikan setan dan nafsu, membuat dirinya buta sehingga untuk mewujudkan apa yang diharapkan dari sesuatu yang dia lakukan, lebih sering menggunakan cara-cara yang salah, alasan dan tujuannya pun keliru. Namun, bagi mereka yang mampu mengendalikan bisikan setan dan nafsu, sebesar dan sekuat apapun ambisi yang ada di dalam hati dan pikirannya, dia tidak mau mewujudkannya. Meski dia tetap melakukan sesuatu, tapi dia membuang terlebih dahulu ambisi tersebut dengan mengedepankan kepentingan dari sesuatu itu.

Tinggalkan Balasan