Nafsu itu Karunia

0
681

Untuk manusia yang normal, pasti tak akan pernah lepas dari bisikan nafsu. Dalam perbuatan yang positif pun, nafsu tetap saja merayu seorang yang hendak melakukannya. Sehingga, perbuatan yang positif itu pun berubah menjadi bentuk atau akibat yang negatif.

Namun, nafsu tidak akan bisa berkutik jika berhadapan dengan seorang yang mampu mengendalikan geraknya, mengacuhkan godaannya,dan mengabaikan ajakannya. Berbeda dengan seorang yang lemah mengendalikan gerakannya, terbuai godaannya, dan pasrah pada ajakannya, maka dia akan sangat gampang terperangkap ke dalam penjara kebejatan nafsu.

Sungguh sangat beruntung bagi orang yang mampu melawan kebejatan nafsu. Seseorang yang seperti ini akan merubah nafsu menjadi karunia, yaitu dengan cara, ketika nafsu berusaha mengarahkan dia ke jalan yang sesat, dia pun lebih berusaha memalingkan langkah yang ditunujukkan nafsu, lalu tetap menuju jalan Allah. Tentu, orang seperti ini akan mendapatkan karomah dari Allah saw. sebagaimana dalam kisah di bawah ini.

Dikisahkan ada seorang pandai besi yang mempunyai keajaiban luar biasa. kalau ia memanggang besi di dalam bara api tangannya tidak kepanasan sekalipun saat mengambilnya menggunakan tangannya secara telanjang. Ketika itu ada seorang yang tergerak hatinya bermaksud menyaksikan keajaiban itu. Apakah benar ataukah sekedar berita bohong. Hingga suatu hari orang tersebut datang kerumah si pandai besi. Ia bertanya tentang berita itu. Setelah melihat sendiri Ia memandangi dengan penuh kekaguman.

Setelah pandai besi itu menyelesaikan pekerjaannya, lelaki tadi memberi salam. Pandai besi menjawab. Lalu kata lelaki tadi:”Malam ini aku menjadi tamumu, kamu tidak keberatan bukan?’

Si pandai besi menjawab:”Dengan suka hati aku menerima kehadiranmu”.

Lelaki tadi diajak masuk kerumah. hingga setelah makan malam tiba ia disuguhi makan malam. Selesai makan hingga menjelang tidur lelaki itu tidak menjumpai suatu kelebihan di lakukan si pandai besi. Ibadah fardunya hanya seperti itu. Ia tidur malah hingga subuh. Dalam hati ia berkata: ”Barangkali malam ini ia sengaja merahasiakan ibadahnya”. Lelaki tadi meminta izin agar di perbolehkan bermalam untuk yang kedua kalinya. Ia mencoba memperhatikan amaliyahnya. Ternyata tidak ada kelebihannya dalam menjalankan kewajiban dan kesunahan beribadah.

Akhirnya lelaki itu berkata : ”Sudah seringkali aku mendengar, betapa besar Allah memuliakan dirimu. Kebetulan aku sendiri juga menyaksikan kekeramatanmu itu. Tetapi setelah aku perhatikan secara lahiriyah ternyata tidak ada kelebihan yang aku jumpai dalam ibadah fardu atau sunnahmu. Kalau begitu dari manakah tingkatan itu kamu peroleh?”.

Si pandai besi itu menjawab :”Saudaraku, sesungguhnya ada kisah yang sangat menarik. ceritanya begini, Aku bertetangga dengan seorang perempuan yang sangat cantik sekali. Aku cinta sekali padanya. Setiap saat aku menggoda dan merayunya supaya mau memenuhi keinginanku. Namun sejauh itu aku tidak dapat menundukkan dirinya. Rupanya Ia perempuan ahli wara’ (berhati-hati dalam menjalani ajaran agama) yang sangat bagus segalanya. Bulan demi bulan terus bergulir, hingga tibalah masa paceklik, makanan sulit diperoleh. Kelaparan merata dimana-mana. Suatu hari ketika aku sedang

menikmati udara di rumah, tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Aku keluar utuk melihat siapa yang datang. ternyata perempuan yang cantik itu yang datang. Ia serdiri didepan pintu, katanya:”Tuan aku ini sedang kelaparan, Apa ada makanan yang bisa tuan berikan kepadaku?”

Jawabku:”Apa kau tidak merasa bahwa aku sangat mencintaimu?. Aku tidak akan memberi makanan kecuali kau bersedia menyerahkan dirimu padaku”.

Sesungguhnya aku takut menghadapi bahaya dalam kematian. Aku telah berjanji untuk tidak melakukan maksiat kepada Allah”. Lalu Ia kembali.

Dua hari kemudian Ia datang lagi. Ia meminta makanan seperti yang dikatakan tempo hari. Aku juga memberi jawaban seperti jawabanku yang kemarin. Saat itu tubuhnya kelihatan sangat kusut dan rusak. Ia masuk dan duduk didalam rumah. Aku menyodorkan makanan didepannya. Tiba-tiba air mata perempuan cantik itu terus mengalir deras seraya berkata:”Apakah makanan ini kau berikan semata hanya karena Allah?”

Aku menjawab:”Aku berikan makanan itu agar kau bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”.

Ia bangkit dan meninggalkan makanan itu tanpa menjamahnya sedikitpun. Ia terus melangkah keluar rumah menuju rumahnya sendiri, yang berada tak jauh dari rumahku.

Dua hari kemudian ia datang lagi. Ia mengetuk pintu sambil berdiri didepan pintu, Kulihat tubuhnya kian kurus kering. Suaranya terbata-bata. Punggungnya membungkuk karena menahan lapar.

Ia berkata :”Tuan aku telah merasa kesulitan, untuk mencari makanan, dan aku tak sanggup lagi untuk berjalan jauh untuk mencari makanan kecuali kepada tuan. Apakah tuan punya makanan yang bisa diberikan kepadaku ikhlas karena Allah?”

Ya tentu ada kalau kamu bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”.

Ia kemudian menundukkan wajah beberapa saat, ia masuk dan duduk didalam.

Saat itu aku benar benar tidak mempunyai makanan yang dapat kuberikan untuknya. Maka aku segera menghidupkan api untuk memasak makanan untuknya.

Setelah masak dan makanan kuletakkan didepannya tiba-tiba aku tersadar memperoleh petunjuk Allah.

Dalam hati aku berkata:”Hehhh… rusak amat diriku ini. Sesungguhnya perempuan ini termasuk orang yang di beri akal sedikit dan begitu pula ketaatannya pada agamanya. Ia tidak mampu mencari makanan dan sudah berulang kali merasakan betapa pedihnya kelaparan. Tetapi kamu tidak mau menahan kemaksiatan, padahal ia dapat mencegah kemaksiatan tanpa mau menyentuh makanan, jika diberikan dengan syarat”.

Kemudian aku berdoa kepada Allah : ”Wahai Allah sesungguhnya aku sekarang bertaubat kepada-MU atas segala perbuatanku. Aku berjanji tidak akan mendekati lagi kepada perempuan itu untuk bermaksiat”.

Aku dekati dia yang masih terpaku didepan makanan. Aku berkata, sekarang makanlah. Kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan meminta persyaratan itu. Kuberikan itu hanya karena Allah”.

Begitu mendengar ucapanku itu, ia mengangkat wajahnya ke langit seraya berucap:”Wahai Allah, jika ucapannya itu benar, hindarkanlah dirinya dari api dunia dan api akhirat”. Lalu perempuan cantik itu ku biarkan menyantap makanan. Aku sendiri berkemas dari hadapannya untuk memadamkan api. Tanpa sengaja sebuah bara api jatuh mengenai kakiku. Ternyata tidak melepuh. Aku kembali lagi menjumpainya dengan penuh kegembiraan. Aku berkata:”Bergembiralah kamu, sesungguhnya Allah telah mengabulkan doamu”.

Lalu Ia buang sesuap makanan yang masih ada di tangannya. Ia bersujud syukur seraya berucap : ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau telah memperlihatkan kepadaku apa yang kuhendaki terhadap lelaki ini. Maka cabutlah ruhku sekarang juga”. Selesai berucap begitu, perempuan cantik itu mati dalam keadaan masih bersujud.

Demikianlah ceritaku, saudara”.

Wallaahu a’lam

Macam-macam Nafsu

Macam-macam nafsu ada 7. Masing-masing yang 7 itu memiliki tempat dan beberapa tentara yang berbeda. Nafsu yang 7 itu adalah:

1. Ammarah

Tempat nafsu ammarah berada di dada. Tentaranya adalah bakhil, tamak, menghasut, bodoh, sombong, syahwat, dan marah.

2. Lawwamah

Tempat nafsu lawwamah berada di hati. Tentaranya adalah mencela, hasrat, tipu muslihat, heran, riya’, ghibah, zhalim, bohong, dan lupa.

3. Mulhimah

Tempat nafsu mulhimah adalah bersama ruh, tepatnya berada di bawah puting susu yang kanan. Tentaranya adalah qana’ah, tawadhu’, taubat, sabar, dan murah hati.

4. Muthmainnah

Tempat nafsu muthmainnah berada di sisi puting susu yang kiri. Tentaranya adalah tawakkal, ibadah, ridha, bersyukur, takut kepada Allah, dan dermawan.

5. Radhiyah

Tempat nafsu radhiyah berada di seluruh jasad manusia. Tentaranya adalah zuhud, ikhlas, wara’, dan riyadhah.

6. Mardhiyah

Tempat nafsu mardhiyah berada di sisi puting susu yang kanan, jaraknya dua jari ke dada tengah. Tentaranya adalah budi pekerti yang baik, meninggalkan sessuatu yang selain Allah, bersikap yang mengarah kepada maslahah, berpaling dari kegelapan menuju pada cahaya Allah.

7. Kamilah

Tempatnya nafsu kamilah berada di dada bagian tengah. Tentaranya adalah keyakinan sejati kepada Allah.

Referensi: ‘Uqudu al-Lijain, hlm. 21 dan Qathrul Ghaits, hlm. 05

sumber gambar: tasbihkaromah.com

Tinggalkan Balasan