Akibat Hobi Curhat ke Selain Pasangan

0
1065

Nabi berpesan, “Suami jangan mendengarkan rintihan dari wanita mana saja yang sedang memiliki maslah. Begitu pula dengan istri, jangan mendengarkan keluhan dari laki-laki manapun yang memiliki masalah, karena kegelisahan akan membuka pintu-pintu celaka”

Hadits di atas jelas sekali melarang seorang suami mendengarkan keluh kesah perempuan lain, dan melarang seorang istri mendengarkan keluh kesah laki-laki lain. bahasa gampangnya, seorang suami dan istri jangan menerima curhatan dari orang lain. Kenapa? Karena orang yang mau bercurhat biasanya karena ada masalah yang membuat dirinya gelisah, dan untuk menyembuhkan kegelisahannya butuh orang lain, minimal dengan mendengarkan keluh kesahnya.

Kenapa dalam hadits di atas larangannya kepada orang yang mendengarkan atau si pendengar? Karena jika larangannya ditujukan kepada orang yang mau bercurhat, diduga tidak berpengaruh, karena dia sudah dikuasai oleh perasaan gelisah yang membuat dirinya sudah tidak sadar. Orang yang tidak sadar sulit menyadari kata-kata yang dibicarkan orang lain. Oleh sebab itu, larangannya ditujukan kepada orang yang pikirannya dalam kondisi normal, agar mengerti bahwa orang yang mau curhat itu sedang gelisah.

Dalam hadits di atas dikatakan, kegelisahan itu akan membuka pintu-pintu celaka. Penulis punya anggapan, maksud celaka tersebut adalah akibatnya bisa mengganggu orang yang mendengarkan curhatannya. Semisal, jika seorang suami yang mendengarkan keluh kesah perempuan lain, dimungkinkan dia akan lebih perhatian dari pada ke istrinya. Karena keluh kesah itu pada biasannya membuat yang mendengarkan merasa iba. Jika keluh kesahnya berhasil menjadikan suami tersebut merasa iba, secara otomatis dia lebih perhatian kepada perempuan tersebut, dan akibatnya istrinya diabaikan. Atau sebaliknya, seorang istri yang mendengarkan keluh kesah laki-laki lain. Akibatnya bisa sama juga.

So, orang yang sudah memiliki pasangan, lebih-lebih yang sudah menikah, jangan sampai mendengarkan keluh kesah dari orang lain. Maksud orang lain di sini bukan keluarga.  Bagaimana jika teman atau sahabat dekat? Jika bisa, jangan. Karena demi menjaga kemungkinan-kemungkinan yang bisa merusak hubungan cinta atau keluarga.

Dari masalah ke curhat

Obyek pembahasan hadits di atas lebih kepada si pendengar keluh kesah (curhat). Sekarang penulis hendak mengambil pemahaman dari hadits tersebut dengan obyek bahasannya lebih kepada orang yang mau bercurhat. Pembahsan ini dimulai dari masalah yang mengantarkan orang tersebut untuk bercurhat. Tentu, yang dimaksud dengan orang yang bercurhat di sini dia telah memiliki pasangan, baik sudah halal atau pun tidak.

Dalam hidup berpasangan, baik yang sudah menikah ataupun belum, tidak seterusnya merasakan kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman. Pasti -tidak bisa dihindari- pada gilirannya tibalah kondisi dan situasi yang penuh dengan masalah. Entah, masalah itu benar-benar nyata atau masalah yang muncul sebab kesalahpahaman. Ketika terjadi masalah diantara kedua pasangan, biasanya membuat kondisi hubungan mereka menjadi tegang, yang mengakibatkan salah satu atau kduanya saling berjauhan.

Nah, ketika saling berjauhan sementara masalah belum terselesaikan, kegelisahan atau kegalauan serta merta menguasai hati dan jiwa. Masalah yang membuat hati gelisah akan semakin terasa ketika seseorang sedang sendirian. Menyendiri di ruang dan waktu setiap hari dan malam.

Kenapa kok tidak mendekat saja kepada pasangannya? Sebentar dulu, ada beberapa alasan kenapa ketika terjadi masalah, salah satu atau keduanya enggan mendekat ke pasangannya. Seharusnya kan, ketika terjadi masalah, solusinya diselesaikan bersama, bukankah begitu? Ya memang, tapi dalam masalah yang berkaitan dengan perasaan, tidak segampang itu. Karena, masalah yang berkaitan dengan perasaan, sebenarnya bukan semata masalahnya yang harus diselesaikan. Pertama dan utama dilakukan adalah menenangkan atau mendamaikan perasaan terlebih dahulu.

Mendamaikan perasaan itu tidak bisa secara gampang diselesaikan dengan mencari solusi ke mana-mana. Perasaan yang tegang itu butuh waktu untuk kembali tenang. Menyyelesaikan masalah perasaan, tidak cukup memilih kata atau sikap yang tepat, bahkan pemilihan waktu yang tepat itu perlu diperhatikan. Artinya, ketika perasaan atau hati gelisah karena terjadi masalah, serahkan saja kepada waktu. Biarkan waktu yang mengikis sedikit demi sedikit hingga babis, meski hati tetap terasa teriris.

Masalahnya, kadang atau mungkin tidak jarang salah satu atau keduanya tidak mampu menahan gejolak perasaan ketika ditimpa masalah. Ketika tidak mampu menahan gejolak perasaan akan muncul ucapan atau sikap yang malah membuat hubungan mereka semakin tegang dan menjauh. Dalam hal ini, biasanya salah satu atau keduanya mencari tempat untuk mengadu atau bercurhat kepada orang lain. karena memang, ketika terjadi masalah bagi orang yang tidak mampu menahan gejolak perasaan, dia akan merasa butuh orang lain hanya untuk dijadikan tempat curhat.

Di saat masalah terjadi dan kegelisahan semakin menguasai hati, sementara masih saja menyendiri, dan merasa tidak sanggup menunggu waktu yang dinanti. Ketika seperti inilah dia butuh orang lain. Jika dia tidak mampu menahan gejolak hati, dia akan memandang orang lain yang mampu memberi solusi. Akhirnya, dia mencoba bercurhat kepada orang lain terkait dengan masalah yang dialaminya. Jika bercurhat kepada teman yang sejenis dan berpihak pada hubungan keduanya, mungkin solusi yang akan diberi. Tapi, jika bercurhat kepada teman selain yang sejenis dan apalagi tidak berpihak kepada hubungan keduanya, ini yang celaka. Bukan solusi yang didapati, malah akan menjauhkan dan merusak hubungan mereka. Dalam hal ini, maksud tidak mendukung lebih kepada, temannya itu juga menaruh hati dan berharap memilikinya.

Sekarang membahas curhat ke lain jenis. Curhat ke lain jenis, entah dia teman atau orang lain. jika dia terus-menerus bercurhat sehingga merasa nyaman dan asyik, akan mengakibatkan munculnya perasaan atau menaruh hati. Dia akan mulai membanding-bandingkan orang yang dijadikan tempat curhat itu dengan pasangannya. Dimulai dari merasa tempat curhatnya lebih perhatian, lebih dewasa karena mampu memberi soslusi, mau mendengarkan keluh kesahnya, dan bahkan merasa lebih –jika dijadikan pasangan- sepertinya akan lebih sayang dari pada pasangannya itu. Sehingga, muncullah bisikan dalam hatinya, “Kenapa saya tidak milih dia dulu, ya?” jika dia temannya. Jika dia orang lain yang baru dikenal, dia akan mengatakan, “Orang ini sepertinya lebih tepat untuk kujadikan pasangang hidupku”.

Oleh: Halimah Achmad (Santri Ma’had Aly Situbondo)

Tinggalkan Balasan