Kesombongan Sebesar Biji Sawi, Tidak Masuk Surga
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’udradhiyallahu ‘anhu dari Nabi Saw, beliau bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Artinya: “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain“ (HR. Muslim).
Dari hadist di atas menerangkan kalo ternyata kesombongan itu ada dua macam sob, yaitu sombong terhadap al haq (menolak kebenaran) dan sombong terhadap makhluk (meremehkan). Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau menerimanya. Sedangkan, meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang lain (Syarh Riyadus Shaalihin, II/301, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, Daar Ibnu Haitsam).
Sombong terhadap manusia
Ketika kita merasa lebih baik, pintar, gagah-cantik, kaya dan hebat dari yang lain serta meremehkan orang lain, maka kita telah berprilaku sombong. Seorang pejabat, dosen, pegawai yang merasa dirinya lebih baik, mulia dan tinggi dibanding buruh, tukang sapu, petani atau lainnya juga sebuah sikap sombong.
Ingat, Allah Swt menilai kemuliaan dan kebaikan seseorang bukanlah dari sisi materi, tapi sisi takwanya. Selain itu, semua di hadapan-Nya itu sama.
Sombong terhadap kebenaran (Al Haq)
Sesungguhnya sombong adalah sikap hati yang gak kelihatan oleh mata kepala orang lain, tapi ia bisa dirasakan akibatnya. Ia menjelma dalam ketidakpatuhan, ketidakadilan dan acuh pada diri manusia ataupun sebuah masyarakat atas hukum Allah. Dalam buku ihya’ ulumuddin, Imam Al-Ghazali berkata, “sombong adalah suatu sifat yang ada didalam jiwa yang tumbuh dari penglihatan nafsu dan tampak dalam perbuatan lahir” (Imam Al-Ghazali, Mutiara ihya’ ulumuddin).
Jika saat ini banyak kemiskinan, kerusakan moral, pergaulan bebas, kriminalitas dan itu ada di mana-mana, hal tersebut terjadi karena kesombongan manusia pada Rabb penciptanya yang telah menurunkan aturan hidup manusia. Kesombongan yang ada pada diri manusia membuatnya gak mau menerima dan taat pada hukum-hukum atau aturanNya. Begitulah sikap manusia yang sombong.
Berkaca pada kesombongan Abu Jahal, Fir’aun dan Qorun
Abu Jahal sombong kepada Nabi, karena ia menolak risalah (ajaran Allah Yang Maha Benar). Ia gak mau belajar dan gak mau tahu terhadap apa yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Sehingga Abu Jahal, yang juga paman beliau, mudah meremehin, menyepelein apa yang dibawa Nabi. Gak aneh jika ia juga bernafsu membunuh Nabi.
Demikan pula yang terjadi pada Raja Fir’aun. Fir’aun ngaku kalo dirinya lebih hebat, tinggi baik terhadap Tuhannya maupun kepada rakyatnya bahkan mengaku Tuhan. Karena itu, ketika Nabi Musa datang memberikan nasehat kepadanya, sang Fir’aunpun menolak dan menantangnya.
Hal senada juga dialami sang konglomelarat..eits, maksudnya konglomerat masa nabi Musa, Qorun yang menyepelein kaum fakir dengan sikap enggan ngeluarin sebagian hartanya untuk fakir miskin. Ia beranggapan berinfak kepada si miskin gak ada gunanya. Akhir cerita Qorun mati di atas kesombongannya. Na’udzubillah min dzalik.
Dalam Al Qur’an, Allah SWT melarang kita untuk bersikap sombong. firmanNya: ” Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman: 18).
Itulah peringatan dari Allah agar kita tidak berlaku sombong. Siapapun yang sombong, maka ia akan mengalami hal yang sama seperti Abu Jahal, Qorun, Fir’aun dan penyombong lainnya. Maukah kita berpulang ke rabb kita dalam keadaan seperti atau bersama mereka?.
Sobat, Kecantikan, ketampanan, kekayaan, jabatan, harta, pendidikan dan sebagainya, sering dijadikan sarana kesombongan manusia. Pertanyaannya, Bukankah itu semua milik Allah?, ngapain disombongin, khan kita bukan pemilik yang sesungguhnya?, bukankah hal itu tidaklah kekal dan bakal diambil Allah sang pemilik itu semua kelak?. Gak usah pamer deh, apalagi dibangga-banggain, digaya-gayain dan disombongin secara berlebihan.
Innalillah, kembalikan semua itu pada Allah semata dan manfaatkan di jalan-Nya.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Ma’bad bin Khalid Al Qaisi dari Haritsah bin Wahb Al Khuza’i dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahu penduduk surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan diperlemah. Sekiranya ia bersumpah atas nama Allah pasti Allah akan mengabulkannya, Maukah kalian aku beritahu penghuni neraka? Yaitu Setiap orang yang keras (hati), congkak dan sombong” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu a’lam
Sumber : Gaul Fresh