KH Sholeh Bahruddin, Tradisi Menulis Buku dan Membagikan secara Gratis

0
639

Pasuruan, Cyberdakwah — Tidak banyak kiai yang memiliki waktu dan kemampuan dalam menulis buku. Tapi kiai di pesantren ini tidak semata menuangkan gagasan keagamaan lewat buku, juga membagikan karyanya secara cuma-cuma kepada masyarakat.
Beliau adalah KH Sholeh Bahruddin, Pengasuh Pondok Pesantren Ngalah, Sengonagung, Purwosari, Pasuruan Jawa Timur. Baginya, menulis buku adalah sebagai panggilan jiwa sekaligus ingin meniru tradisi agung yang telah dilakukan para ulama terdahulu.
“Saya ingin meniru pengarang kitab Fathul Qarib, Fathul Muin dan lain-lain,” katanya kepada sejumlah Pengurus Wilayah Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (PW LFNU) Jawa Timur, beberapa waktu berselang.
Penegasan ini disampaikan Kiai Sholeh, sapaan akrabnya di sela-sela acara Pendidikan dan Latihan (Diklat) falakiyah yang diikuti ratusan peserta dari PC LFNU, utusan pesantren, pejabat kementerian agama, serta dosen sejumlah perguruan tinggi di pesantrennya.
Ia memandaskan bahwa para pengarang kitab atau muallif tempo dulu tidak sekedar menulis kitab, juga tidak berkenan menerima dan meminta royalti dari karya yang telah dibuat. “Justru dengan tidak meminta royalti seperti ini, maka manfaat karya-karya mereka bisa bertahan ratusan tahun bahkan hingga sekarang,” tandas Mustasyar PCNU Kabupaten Pasuruan ini.
Kepada setiap peserta diklat falakiyah, Kiai Sholeh memberikan secara gratis buku berjudul Ensiklopedi Fikih Jawabul Masail Bermadzhab Empat. Buku setebal 572 halaman dan dicetak dengan hard cover ini disusun bersama para santri. Isinya adalah tentang tanya jawab hukun Islam terhadap berbagai masalah berdasarkan sudut pandang keagamaan. Mulai dari masalah internasional, kebangsaan, politik, sosial, ekonomi, akidah, hinga persoalan amaliah ibadah sehari-hari.
Menurut Kiai Sholeh, buku-buku hasil karangannya memang sengaja dicetak dan dibagi-bagikan secara gratis. Bahkan sudah didownload di situs pesantren dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa batas. “Yang penting asas manfaat. Boleh diperbanyak dan tidak perlu izin,” ungkapnya. Ia hanya meminta, kalau hendak diterbitkan lagi maka identitas Pesantren Ngalah sebagai penerbit bisa dihilangkan, lanjutnya.
Kiai Sholeh dan pesantren yang diasuhnya telah mentradisikan kegiatan menyusun, menerbitkan dan membagikan buku secara gratis sejak lama. Judul dan bahasan dari buku yang dihasilkan juga bervariasi. “Saya mendidik para santri agar memiliki kemampuan menulis dengan baik,” ungkapnya. Tidak hanya itu, kepada seluruh pengurus PW LFNU Jatim saat itu, Kiai Sholeh juga menghadiahkan satu buku dengan judul Sabilus Salikin. Buku setebal 791 halaman tersebut berisi tentang ensiklopedi tarekat yangberjumlah 31 aliran. Selain itu, di bagian awal dan akhir buku dijelaskan tentang esensi tasawuf dan tarekat serta tanya jawab masalah tarekat.
“Mudah-mudahan buku ini bisa menjadi jawaban atas berbagai tuduhan terhadap tasawuf dan pengamal tarekat,” terangnya. Baginya, semakin banyak yang memanfaatkan buku tersebut tentu kian baik, pungkas kiai yang juga mursyid tarekat ini. (s@if)
Keterangan gambar: Kiai Sholeh ketiga dari kiri.

Tinggalkan Balasan